Bangun SPBU Hidrogen, Bagian dari Strategi Pertamina Masuk ke Bisnis Hijau?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Mengembangkan stasiun pengisian hidrogen yang dapat melakukan pengisian hidrogen skala komersial dengan waktu kurang dari 5 menit, Pertamina dinilai patut mendapatkan apresiasi. Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa menerangkan, Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum atau SPBU Hidrogen sejalan dengan rencana transisi energi bersih.
Apalagi, sumber dari hidrogen tersebut, antara lain juga berasal dari panasbumi dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Pertamina. “Patut diapresiasi. Karena hidrogen memang bisa menjadi salah satu alternatif energy carrier, yang bisa dipakai untuk menggantikan energi fosil,” kata Fabby kepada media, Minggu (21/1/2023).
Fabby juga berharap, upaya Pertamina ini bisa berhasil. Terlebih, pembangunan SPBU Hidrogen tersebut merupakan inisiatif Pertamina dalam menciptakan ekosistem kendaraan hidrogen. Menurutnya, keberadaan kendaraan berbahan bakar hidrogen tersebut, bisa menjadi alternatif energi bersih selain baterai EV.
“Saya harap sukses langkah Pertamina ini. Mungkin ini juga bagian dari strategi bisnis mereka. Pertamina masuk ke industri mobil listrik lewat pengembangan ekosistem baterai di Indonesia dan sekarang di kendaraan hidrogren,” jelas Fabby.
Fabby berpendapat, pembentukan komunitas hidrogen memang keniscayaan. Selain sebagai upaya transisi energi, juga merupakan bagian dari upaya transformasi bisnis Pertamina.
“Harus dilakukan, memang harus masuk ke sana. Sebab, mereka akan menghadapi berkurangnya BBM fosil sehingga harus melakukan antisipasi di masa datang. Jadi, Pertamina harus mencari opportunity bisnis baru. Sekarang adalah saatnya. Salah satunya, masuk melalui ekosistem kendaraan hydrogen,” tegas dia.
Begitupun Fabby mengingatkan, dalam upaya pembentukan ekosistem hidrogen, Pertamina tidak bisa berjalan sendiri. Maka Fabby mengharapkan, Pemerintah bisa mendampingi Pertamina dalam mengembangkan ekosistem tersebut. Pemerintah harus menyiapkan regulasi yang bisa mendorong pengembangan ekosistem kendaraan hidrogen.
“Jangan hanya Pertamina saja. Perlu dukungan dari pemerintah, karena membangun ekosistem tidak bisa sendirian karena semua harus terlibat. Di Kementerian ESDM, misal, kan sudah ada roadmap-nya. Hanya implementasinya saja yang perlu dipikirkan. Misalnya perlu peraturan presiden atau regulasi lain untuk mendorong,” pungkasnya.
Apalagi, sumber dari hidrogen tersebut, antara lain juga berasal dari panasbumi dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Pertamina. “Patut diapresiasi. Karena hidrogen memang bisa menjadi salah satu alternatif energy carrier, yang bisa dipakai untuk menggantikan energi fosil,” kata Fabby kepada media, Minggu (21/1/2023).
Fabby juga berharap, upaya Pertamina ini bisa berhasil. Terlebih, pembangunan SPBU Hidrogen tersebut merupakan inisiatif Pertamina dalam menciptakan ekosistem kendaraan hidrogen. Menurutnya, keberadaan kendaraan berbahan bakar hidrogen tersebut, bisa menjadi alternatif energi bersih selain baterai EV.
“Saya harap sukses langkah Pertamina ini. Mungkin ini juga bagian dari strategi bisnis mereka. Pertamina masuk ke industri mobil listrik lewat pengembangan ekosistem baterai di Indonesia dan sekarang di kendaraan hidrogren,” jelas Fabby.
Fabby berpendapat, pembentukan komunitas hidrogen memang keniscayaan. Selain sebagai upaya transisi energi, juga merupakan bagian dari upaya transformasi bisnis Pertamina.
“Harus dilakukan, memang harus masuk ke sana. Sebab, mereka akan menghadapi berkurangnya BBM fosil sehingga harus melakukan antisipasi di masa datang. Jadi, Pertamina harus mencari opportunity bisnis baru. Sekarang adalah saatnya. Salah satunya, masuk melalui ekosistem kendaraan hydrogen,” tegas dia.
Begitupun Fabby mengingatkan, dalam upaya pembentukan ekosistem hidrogen, Pertamina tidak bisa berjalan sendiri. Maka Fabby mengharapkan, Pemerintah bisa mendampingi Pertamina dalam mengembangkan ekosistem tersebut. Pemerintah harus menyiapkan regulasi yang bisa mendorong pengembangan ekosistem kendaraan hidrogen.
“Jangan hanya Pertamina saja. Perlu dukungan dari pemerintah, karena membangun ekosistem tidak bisa sendirian karena semua harus terlibat. Di Kementerian ESDM, misal, kan sudah ada roadmap-nya. Hanya implementasinya saja yang perlu dipikirkan. Misalnya perlu peraturan presiden atau regulasi lain untuk mendorong,” pungkasnya.