Indonesia Berpeluang Kendalikan Suplai Energi Dunia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Indonesia memiliki cadangan gas bumi paling besar di wilayah Asia Tenggara, seiring penemuan sumber daya gas bumi di Wilayah Kerja South Andaman serta Geng North yang diharapkan mampu berperan menjadi penyedia energi di dunia. Berdasarkan data Rystad Energy, diperkirakan Indonesia memiliki sumber daya gas lebih dari 100 trillion cubic feet (TCF).
Volume ini mewakili hampir separuh dari total sumber daya gas di Asia Tenggara. Hal ini membuat Indonesia memiliki momentum untuk dapat memenuhi kebutuhan energi secara mandiri sekaligus mempunyai posisi yang berpengaruh di panggung dunia melalui pemanfaatan potensi sumber daya gas bumi.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), realisasi produksi gas sepanjang 2023 sebesar 960 juta barel setara minyak per hari (BOEPD), di bawah target sebesar 1.100 juta BOEPD. Realisasi tersebut meningkat bila dibandingkan 2022 yang tercatat sebesar 953 juta BOEPD.
Pemerintah mengklaim, porsi pemanfaatan gas untuk domestik tahun 2023 sebesar 68,2%, lebih besar dibandingkan porsi ekspor dengan realisasi penyaluran Gas Bumi Domestik 2023 sebesar 3.745 BBTUD. Pemanfaatan gas domestik paling besar untuk industri sebesar 1.515,8 BBTUD (40,5%).
Pemerintah memiliki prioritas untuk membangun infrastruktur gas agar tersambung antara Sumatera dan Jawa melalui dua proyek pipa transmisi yaitu Cirebon – Semarang serta Dumai Sei Mangkei dengan total panjang ruas pipa mencapai sekitar 760 km. Setelah lama tidak digarap akhirnya pemerintah turun tangan mendanai sendiri proyek tersebut. Untuk Cirebon – Semarang (Cisem) tahap 1 sudah rampung, sementara untuk Cisem tahap 2 serta Dumai – Sei Mangkei akan dikerjakan tahun ini.
Namun, potensi sumberdaya yang besar saja tidak cukup karena tantangan sebenarnya adalah bagaimana monetisasi sumberdaya dapat segera dilakukan. “Sebagian besar potensi gas belum diproduksikan lantaran berada di wilayah deepwater serta memiliki kandungan CO2 tinggi,” ujar Sofwan Hadi, Country Head Indonesia Rystad Energy, dalam keterangannya, dikutip Sabtu (27/1/2024).
Menurut Sofwan, prioritas utama saat ini memastikan bahwa Indonesia tetap menjadi tujuan investasi investor global. Salah satu cara yang dapat dilakukan dengan menciptakan kebijakan yang tepat demi mengantisipasi kebutuhan energi di masa depan, sekaligus memenuhi kebutuhan saat ini, khususnya dalam rangka menghadirkan energi rendah karbon.
“Strategi untuk memaksimalkan cadangan ini harus bertahap. Dalam jangka pendek, kita perlu fokus untuk menjalankan kembali proyek- proyek gas yang tertunda karena tantangan pada Mergers and Acquisition dan keterbatasan keuangan,” ujarnya.
Volume ini mewakili hampir separuh dari total sumber daya gas di Asia Tenggara. Hal ini membuat Indonesia memiliki momentum untuk dapat memenuhi kebutuhan energi secara mandiri sekaligus mempunyai posisi yang berpengaruh di panggung dunia melalui pemanfaatan potensi sumber daya gas bumi.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), realisasi produksi gas sepanjang 2023 sebesar 960 juta barel setara minyak per hari (BOEPD), di bawah target sebesar 1.100 juta BOEPD. Realisasi tersebut meningkat bila dibandingkan 2022 yang tercatat sebesar 953 juta BOEPD.
Pemerintah mengklaim, porsi pemanfaatan gas untuk domestik tahun 2023 sebesar 68,2%, lebih besar dibandingkan porsi ekspor dengan realisasi penyaluran Gas Bumi Domestik 2023 sebesar 3.745 BBTUD. Pemanfaatan gas domestik paling besar untuk industri sebesar 1.515,8 BBTUD (40,5%).
Pemerintah memiliki prioritas untuk membangun infrastruktur gas agar tersambung antara Sumatera dan Jawa melalui dua proyek pipa transmisi yaitu Cirebon – Semarang serta Dumai Sei Mangkei dengan total panjang ruas pipa mencapai sekitar 760 km. Setelah lama tidak digarap akhirnya pemerintah turun tangan mendanai sendiri proyek tersebut. Untuk Cirebon – Semarang (Cisem) tahap 1 sudah rampung, sementara untuk Cisem tahap 2 serta Dumai – Sei Mangkei akan dikerjakan tahun ini.
Namun, potensi sumberdaya yang besar saja tidak cukup karena tantangan sebenarnya adalah bagaimana monetisasi sumberdaya dapat segera dilakukan. “Sebagian besar potensi gas belum diproduksikan lantaran berada di wilayah deepwater serta memiliki kandungan CO2 tinggi,” ujar Sofwan Hadi, Country Head Indonesia Rystad Energy, dalam keterangannya, dikutip Sabtu (27/1/2024).
Menurut Sofwan, prioritas utama saat ini memastikan bahwa Indonesia tetap menjadi tujuan investasi investor global. Salah satu cara yang dapat dilakukan dengan menciptakan kebijakan yang tepat demi mengantisipasi kebutuhan energi di masa depan, sekaligus memenuhi kebutuhan saat ini, khususnya dalam rangka menghadirkan energi rendah karbon.
“Strategi untuk memaksimalkan cadangan ini harus bertahap. Dalam jangka pendek, kita perlu fokus untuk menjalankan kembali proyek- proyek gas yang tertunda karena tantangan pada Mergers and Acquisition dan keterbatasan keuangan,” ujarnya.