Boeing Segera Produksi Pesawat Bersayap Lipat

Kamis, 24 Mei 2018 - 07:49 WIB
Boeing Segera Produksi Pesawat Bersayap Lipat
Boeing Segera Produksi Pesawat Bersayap Lipat
A A A
WASHINGTON - Inovasi Boeing untuk membuat pesawat besar dengan sayapnya yang bisa dilipat menjadi kenyataan. Boeing telah menerima persetujuan resmi untuk desain baru inovatif pesawat itu pada 18 Mei lalu. Otoritas Amerika melalui Administrasi Penerbangan Federal (FAA) merilis dokumen di Federal Register yang menjelaskan kondisi khusus Boeing untuk menerapkan desain pesawat baru 777x tersebut.

Saat terbang, pesawat Boeing 777x akan memiliki bentang sayap 235 kaki atau 71,6 meter. Sayangnya, sayap sepanjang itu terlalu besar untuk masuk gerbang bandara yang biasa untuk pesawat jenis 777.

Karena itu, agar pesawat 777x tidak perlu memotong panjang sayapnya atau meminta bandara memperlebar gerbang, para teknisi Boeing memberi solusi baru yakni sayap itu dapat dilipat ke atas dan bawah hingga bentang sayap hanya jadi 212 kaki atau 64,6 meter.

Pesawat Boeing 777 saat ini memiliki dua mesin, dengan bentang sayap saat ini hanya sekitar 213 kaki atau 65 meter. Sedang pesawat 777x yang merupakan generasi terbaru dibuat dengan sayap lebih panjang yang terbuat dari serat karbon sehingga lebih hemat bahan bakar.

“Ini semua karena ini mengurangi gesekan,” kata Gary Ullrich, associate profesor di John D. Odegard School of Aerospace Sciences, University of North Dakota dan mantan pilot Angkatan Udara AS. Dia juga menjadi salah satu penulis buku Aerodynamics for Aviators.

Sayap yang lebih panjang, menurut Ullrich dapat mengurangi vortisitas atau penyebab turbulensi yang dapat terbentuk di ujung-ujung sayap. Karena itulah sayap yang lebih panjang dapat bergerak melintasi udara dengan gesekan lebih sedikit, menghemat bahan bakar dan uang.

Ullrich membandingkan antara jet tempur yang memiliki sayap pendek dan dengan glider atau pesawat peluncur dengan sayap panjang. Sayap pendek jet tempur menciptakan vortisitas lebih besar dan lebih banyak gesekan, dibandingkan glider. “Mereka memiliki 777 dan mereka ingin mengubahnya menjadi glider,” ujar dia.

Faktanya, dengan dua pesawat yang mirip, jika yang satu pesawat dengan sayap pendek dan satunya sayap panjang, maka yang memiliki sayap lebih panjang akan memiliki lebih sedikit turbulensi dan lebih efisien.

Namun karena ini jenis baru 777x, maka pesawat harus dapat pas saat masuk gerbang dan sayap yang lebih panjang harus dapat dilipat. “Kemampuan sayap untuk dilipat itu pun menambah kerumitan,” papar dia.

FAA menjelaskan, dokumen Kondisi Khusus menjelaskan, kemampuan sayap yang dapat dilipat itu hanya akan beroperasi saat pesawat di darat dan perusahaan tidak berencana menyimpan bahan bakar di bagian yang dapat dilipat.

Selain itu, akan menjadi bencana jika sayap pesawat terlipat saat penerbangan atau saat pesawat lepas landas atau mendarat dengan posisi sayap yang tidak pas. Karena itu, Boeing menganggap aspek desain ini sebagai fitur baru yang sangat serius. “Kami berpikir tentang mekanisme pelipatan sesungguhnya, pin pengunci, kait. Kita memiliki sistem kait primer dan sekunder,” ungkap insinyur Boeing Terry Beezhold.

Dia menambahkan, “Kita memiliki beragam lapisan redundansi, dan lapisan proteksi, untuk memastikan lipatan sayap tetap terentang saat penerbangan dan hanya terlipat saat pesawat di darat.”

Menurut Terry, desai sayap baru ini sangat indah. “Pesawat ini benar-benar akan paling efisien dari pesawat bermesin dua yang pernah dikembangkan dalam sejarah komersial,” tandas Beezhold.

Beezhold menambahkan, pesawat itu dikembangkan untuk banyak tujuan. “Dengan mengembangkan sayap yang dapat dilipat, penerbangan dapat dilakukan lebih lama, lebih efisien, tapi tetap dapat beroperasi di bandara mana pun, gerbang manapun, yang saat ini dilayani oleh 777,” ujar dia.

Pesawat militer di kapal induk telah menggunakan sayap lipat untuk dapat muat di ruang yang terbatas. Ullrich menjelaskan, menemukan sistem ini digunakan dalam pesawat komersial sangat melegakan. “Ini sesuatu yang telah terkunci sejak lama. Karena masalah bobot, dan kerumitan, ini sulit diterapkan dalam penerbangna sipil,” kata Ullrich.

Rencananya, pesawat dengan sayap dapat dilipat ini akan mulai beroperasi pada 2020. Pesawat dengan dua mesin jet itu memiliki kursi untuk sekitar 350 hingga 410 penumpang.

Kehadiran pesawat Boeing yang sayapnya dapat dilipat itu akan menjadi lawan berat bagi pesaingnya, Airbus, dan manufaktur pesawat lainnya. Pesawat itu memiliki potensi pasar yang sangat besar dan dapat diproduksi hingga ribuan unit untuk memenuhi kebutuhan pasar global. (Syarifuddin)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4322 seconds (0.1#10.140)