Penjualan Trade Mall Tidak Terpengaruh Marketplace

Sabtu, 09 Juni 2018 - 01:05 WIB
Penjualan Trade Mall Tidak Terpengaruh Marketplace
Penjualan Trade Mall Tidak Terpengaruh Marketplace
A A A
JAKARTA - Meski bisnis jual beli dengan sistem online melalui marketplace terus tumbuh, tetapi hingga kini omsetnya masih tetap jauh dibawah sistem offline. Omsetnya masih di bawah 2% dari omset jual beli konvensional lewat toko, kios, pasar, supermarket, minimarket, mall, lelang, dan lain-lain.

"Untuk produk jasa, seperti traveling, pemesanan hotel, dan transportasi, bisnis online memang terus tumbuh. Tetapi untuk jual beli ritel, orang Indonesia masih suka belanja langsung ke toko atau swalayan," ujar Vice President Marketing Trade Mall Agung Podomoro, Ho Mely Surjani di Jakarta, Jumat (8/6/2018).

Menurut Ho Mely Surjani, ada 5 perilaku pembelanja Indonesia yang sulit digantikan jual beli online. Yakni, melihat, mencoba, merasakan, makan-minum, dan menawar.

"Sebelum memutuskan membeli barang, orang Indonesia biasanya ingin melihat sendiri dan memilih barang yang akan dibeli, mencobanya, menyentuh dan merasakan kualitasnya, menawar harga barang, dan suka diselingi dengan makan minum dulu diantara waktu berbelanja," ujarnya.

Lima karakter itulah, yang membuat kebiasaan belanja offline orang Indonesia akan sulit digantikan sistem belanja online, hingga sampai puluhan tahun ke depan. "Online mereka fungsikan untuk memantau promosi dan tawaran diskon saja. Tapi, ketika hendak memutuskan membeli, mereka pergi ke toko," tambahnya.

Contohnya di Thamrin City dan Plaza Kenari Mas, Kramat, Jakarta Timur, trade mall yang terkenal sebagai pusat penjualan barang-barang perlengkapan rumah tangga, toiletries, elektronika, dan segala jenis produk perlampuan itu, tetap ramai dikunjungi pembelanja hingga 20 ribu orang setiap hari.

Untuk membeli misalnya lampu hias, lampu taman, atau perlengkapan rumah tangga seperti segala kebutuhan toiletnya misalnya, orang tidak bisa berbelanja via online. Mereka harus tetap datang ke Plaza Kenari untuk menyentuh, melihat sendiri, dan memilih diantara beragam produk mana yang ia sukai.

Untuk mendukung bisnisnya, pemilik gerai atau kios di trade mall juga melengkapi tokonya untuk di jalur online, untuk promosi. Kalau sudah memilih toko atau kios sebagai lokasi berbisnis secara offline, akan semakin mudah untuk melebarkan sayap promosi bisnisnya di jalur online.

Tetapi kalau belum memiliki kios, namun hanya mempromosikan bisnisnya di jalur online, akan sangat merepotkan guna menyimpan stok barang, dan alamat bagi konsumen untuk mendatangi toko guna berbelanja dan melihat barang.

Ho Mely Surjani menyarankan kepada pebisnis di Jakarta untuk segera memiliki kios sebagai tools pertama berbisnis, baik untuk tempat bisnis offline yang masih menjadi pilihan paling populer para konsumen di Indonesia, maupun untuk berpromosi bisnis secara online.

Pilihannya sekarang, manakah pilihan yang paling menguntungkan untuk memiliki kios di Jakarta? Apakah membeli kios di pasar tradisional, sewa-beli di trade mall, atau dengan sewa ruang di mall? Dari riset perbandingan yang dilakukan oleh TM Agung Podomoro, sistem sewa-beli di trade mall lebih menguntungkan bagi pebisnis di Jakarta dibanding dua pilihan lain.

Membeli kios di pasar tradisional di Jakarta, biasanya belum termasuk biaya perawatan kios yang mahal dan cenderung kualitas lingkungan usaha kurang begitu bagus untuk segi keamanan, kebersihan, dan kenyamanan.

Sedang jika menyewa ruang usaha di mall-mall di Jakarta cenderung berharga mahal dan masih dibebani biaya perawatan bulanan. Untuk saat ini, harga sewa kios di trade mall yang paling kompetitif dibandingkan harga sewa di mall yang sangat mahal, padahal dengan kualitas layanan keamanan, kebersihan, kenyamanan yang sama.

"Sewa kios di trade mall juga lebih menguntungkan, karena trade mall rajin melakukan promosi tenant, seperti di Plaza Kenari Mas," ujar Ho Mely Surjani.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7501 seconds (0.1#10.140)