Modal dari Usaha Nasi Ayam, Arif Maulana Kembangkan Perumahan Bersubsidi

Rabu, 20 Maret 2024 - 12:19 WIB
loading...
Modal dari Usaha Nasi Ayam, Arif Maulana Kembangkan Perumahan Bersubsidi
Berawal dari berjualan nasi ayam, Arif Maulana Nurbani (37) kini merambah bisnis di sektor properti. Bukan perumahan komersil, Ia hustru melirik perumahan subsidi untuk sektor pekerja informal. Foto/Dok
A A A
SERANG - Berawal dari berjualan nasi ayam, Arif Maulana Nurbani (37) kini merambah bisnis di sektor properti . Bukan perumahan komersil, Bani - sapaan akrabnya- justru memutuskan melirik perumahan subsidi untuk sektor pekerja informal .

Dari hasil usaha nasi ayam dan kepercayaan dari pihak perbankan, Sarjana bidang teknologi informasi jebolan Binus University itu perlahan memberanikan diri menjadi seorang pengembang perumahan.



Ia menyadari, jika para pekerja informal selalu kesulitan untuk memiliki rumah impiannya. Apalagi dengan skema Kredit Perumahan Rakyat (KPR). Para pekerja informal yang tak punya slip gaji bulanan tentu akan dipandang sebelah mata dengan metode pembayaran itu.

Berangkat dari permasalahan sulitnya para pekerja informal mendapatkan rumah, Bani akhirnya menyediakan lahan seluas lima hektar untuk proyek rumah bersubsidi. Pada tahap awal, Bani menargetkan 25-50 rumah bersubsidi bisa terbangun.

“Kami melihat di area Banten dan sekitarnya, di sana industri pabrik kurang. Kalau daerah Cikande, Bekasi, Karawang tak masalah karena orang punya slip gaji, ada PT yang menjamin punya pendapatan tetap. Kalau daerah Serang itu agak sedikit yang punya slip gaji,” ungkap Bani.



Hingga saat ini, 100 rumah bersubsidi di perumahan yang Bani kembangkan sudah terisi. Mereka adalah para pekerja informal yang berpenghasilan rendah. Mereka menempati rumah dengan luas tanah 60 meter persegi dan luas bangunan 30 meter persegi.

“Rumah begitu bangun pasti sudah terisi. Setiap keluarga itu impiannya punya rumah sendiri. Sandang, pangan, papan. Setiap orang kan ingin punya rumah sendiri dibandingkan mengontrak,” tambah pria yang juga menyandang gelar master teknologi informasi dari Universitas Indonesia tersebut.

Edukasi Finansial untuk Pedagang Pasar dan Lulusan Pesantren

Bani melihat masyarakat masih belum teredukasi tentang rumah subsidi. Baginya bisnis bukan soal keuntungan semata. Namun, Bani ingin bisnis propertinya bisa bermanfaat bagi masyarakat khususnya yang berpenghasilan rendah.

Masalah yang banyak Bani temukan saat terjun di bisnis properti adalah ketidakmampuan para pekerja informal dalam mendapatkan KPR.

Bani menemukan kebanyakan pedagang pasar dan para lulusan pesantren di Banten kurang mendapat dukungan dari perbankan untuk mendapatkan rumah layak. Apalagi, adanya keberadaan aplikasi pinjaman online (pinjol) yang justru membuat mereka terjerat masalah yang baru.

“Akhirnya kami bantu, kita clean up (catatan Bank Indonesia Checking) terutama di sana daerah Banten dan sekitarnya basis pesantren. Semua lulusan pesantren itu dianggap tak bankable. Kami coba bina terus mereka,” tambah Bani.

Bani kemudian mengedukasi para pedagang pasar dan lulusan pesantren untuk skema pembiayaan rumah subsidi. Ia juga bekerjasama dengan bank-bank berpelat merah untuk memudahkan mereka mengajukan KPR.

Dengan bantuan jaminan dan subsidi DP 0 persen yang diberikan oleh Bani, mereka pun bisa akhirnya bisa punya rumah setelah melakukan akad dengan pihak bank.

Tak Perlu Gengsi Punya Rumah Subsidi

Membeli rumah subsidi sebenarnya tak perlu gengsi alias malu. Rumah subsidi pun berkualitas dan bisa menjadi investasi tak bergerak.

“Begitu setahun itu sudah jadi rumah komersil. Tempatnya jadi lebih strategis, seiring berkembangnya lingkungan, harga bisa naik dan kalau dijual bisa jadi income juga,” ujar Bani.

Perumahan bersubsidi dengan nama Villa Panenjo Hills tepatnya di Jalan Sayar, Kelurahan Galam, Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang pun Bani bangun dengan standar layak huni. Ada dua kamar dalam rumah yang dibangun.

Ada dua tipe rumah subsidi yang Bani tawarkan yakni rumah subsidi dan rumah subsidi plus. Rumah subsidi plus memiliki total luas tanah 72 meter persegi.

“Rumah subsidi itu Rp 168 juta dengan 60 meter persegi. Kalau subsidi plus itu bisa luas tanahnya ditambahin, lalu klosetnya dari kloset jongkok diubah ke duduk . Enggak nambah banyaknya paling Rp10-20 juta,” pungkas Bani.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1999 seconds (0.1#10.140)