Pertamina Dorong Masyarakat Beli BBM Selagi Diskon 30%

Jum'at, 01 Mei 2020 - 11:26 WIB
loading...
Pertamina Dorong Masyarakat...
Pertamina memberikan diskon bagi masyarakat yang ingin membeli BBM jenis Pertamax Series dan Dex Series. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) memberikan potongan harga atau diskon bagi masyarakat yang ingin membeli bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax Series dan Dex Series.

Perseroan memberikan diskon sebesar 30% selama ramadan berlaku mulai 27 April-23 Mei 2020 dengan maksimal pembelian Rp20.000 per transaksi melalui aplikasi MyPertamina atau LinkAja. Adapun diskon tersebut diberikan untuk satu kali transaksi sehari bagi Rp2.000 pelanggan.

“Untuk ramadan ini kami berikan diskon sebesar 30%. Itu upaya kami untuk memberikan insentif kepada masyarakat,” ujar Direktur Utama Pertamina (Persero) Nicke Widyawati, di Jakarta, Jumat (1/5/2020).

Menurut dia pemberian potongan harga tersebut merupakan aksi korporasi sebagai pengganti tidak turunnya harga BBM di pasaran. Bahkan apabila dihitung secara seksama, besaran pemberian diskon tersebut lebih besar dibandingkan simulasi publik terkait perhitungan penurunan harga BBM.

“Bisa dilihat sekarang dari Rp9.000 per liter itu 30%-nya berapa. Itu angkanya sudah lebih rendah dari yang di-posting di publik,” kata dia.

Dia pun mengajak masyarakat untuk segera membeli produk BBM Pertamina baik itu pelanggan rumah tangga maupun industri. Pasalnya, saat ini stok BBM Pertamina berlimpah sehingga banyak kilang-kilang maupun tangki BBM yang penuh akibat penurunan konsumsi di tengah pandemi Covid-19.

“Ayo kalau ada yang mau nimbun BBM, 30% dari sekarang. Jadi jangan terpaku dengan harga nggak turun. Silahkan beli sekarang harganya sudah didiskon,” ajak Nicke.

Tidak hanya itu, Pertamina juga memberikan diskon sebesar 50% bagi pengemudi ojek online yang membeli menggunakan aplikasi MyPertamina berlaku 14 April-12 Juni 2020. Pembelian tersebut berlaku setiap transaksi sebesar Rp15.000 bagi 10.000 driver ojol setiap harinya.

Nicke mengatakan, berbagai macam diskon tersebut dipilih sebagai upaya perusahaan meringankan beban masyarakat di tengah pandemi Covid-19. Pasalnya, Pertamina belum bisa menurunkan harga BBM lantaran terganjal aturan formula perhitungan harga BBM yang ditetapkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif.

Apabila mengacu pada aturan formula harga yang ditetapkan, maka penurunan harga BBM belum bisa diimplementasikan karena mengacu harga minyak mentah pada dua bulan sebelumnya yang rata-rata masih mahal.

“Mungkin bisa baca dari formula yang ditetapkan oleh ESDM. Dengan formula itu kita melihat dua bulan ke belakang sehingga kalau kita lihat adalah bulan Februari sehingga harganya masih tinggi,” ungkapnya.

Berdasarkan Keputusan Menteri ESDM No. 62K/MEN/2020 memang terjadi anomali antara perhitungan rata-rata publikasi Mean Of Pleats Singapore (MOPS) atau Argus dihitung dari dua bulan sebelumnya untuk penetapan bulan berjalan. Melalui formula tersebut, perhitungan MOPS saat ini lebih murah dibandingkan harga minyak mentah.

“Makanya kalau kita mau mudahnya saja, kita beli saja produk BBM dan tutup semua kilang. Tapi nanti mati semua. Para KKKS di hulu nanti produksinya bagaimana, karena kalau nutup di hulu perlu biaya besar begitu juga dengan reaktivasinya” ujar Nicke. (Baca Juga : Harga Minyak Mentah Kembali Melonjak, WTI Naik 25%)

Tidak hanya itu, penurunan harga BBM juga harus terus melihat pergerakan harga minyak global. Di awal bulan maret 2020 memang telah terjadi konflik minyak antara negara OPEC dan non OPEC sehingga menyebabkan indikasi oversupply yang kemudian memicu turunnya harga minyak dunia yang tajam di awal bulan maret 2020.

Sementara pada awal bulan April telah terjadi kesepakatan antara negara-negara OPEC dengan non OPEC terkait produksi minyak dunia yang kaitannya dengan pandemi Covid 19 yang telah bersepakat untuk memotong produksi minyak dunia sebesar 9,7 juta barel per hari pada bulan Mei dan Juni 2020. Sehingga tidak menutup kemungkinan harga minyak mentah dunia bakal kembali terkerek.

“Kita juga melihat bagaimana kondisi paska pemangkasan produksi ini. Dengan adanya kesepakatan negara OPEC dan non OPEC diprediksi harga akan naik lagi,” jelasnya.
(ind)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1448 seconds (0.1#10.140)