Menkeu Beberkan Keuntungan Ekonomi dari Beroperasinya MRT

Rabu, 06 Maret 2019 - 22:01 WIB
Menkeu Beberkan Keuntungan Ekonomi dari Beroperasinya MRT
Menkeu Beberkan Keuntungan Ekonomi dari Beroperasinya MRT
A A A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) meninjau proyek Moda Raya Terpadu (MRT) dari Stasiun Bundaran Hotel Indonesia hingga Stasiun Lebak Bulus. Menempuh perjalanan selama 30 menit, Menkeu menilai MRT dapat memangkas waktu tempuh perjalanan secara signifikan sehingga dapat menekan efisiensi dalam menempuh perjalanan masyarakat kota Jakarta.

"Ini betul-betul akan mentransformasikan Indonesia, khususnya Jakarta akan menjadi semakin modern," ujar Sri Mulyani di Jakarta, Rabu (6/3/2019).

Menurutnya, MRT dapat dimanfaatkan untuk hal yang lebih produktif. Pembangunan MRT juga memberikan keuntungan lain seperti misalnya, perpindahan penggunaan transportasi dari kendaraan pribadi ke transportasi publik yang dapat mengurangi penggunaan bahan bakar minyak (BBM), mengurangi kemacetan, dan mengurangi polusi udara.

Selain itu, pembangunan MRT akan menyumbang pertumbuhan ekonomi Indonesia, seperti peningkatan tenaga kerja (baik selama pembangunan dan operasional MRT), pengembangan hunian terjangkau, serta pertumbuhan nilai properti dalam kawasan.

Saat ini, 99% persiapan di stasiun bawah tanah dan depo serta stasiun layang MRT sudah selesai. Setelah beroperasi, proyek senilai Rp16 triliun ini akan memiliki 16 rangkaian kereta dengan enam gerbong di setiap rangkaian perjalanan dan dapat menampung 1.200 hingga 1.800 orang per rangkaian.

Pendanaan Proyek MRT Fase I dan II berasal dari 49% Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (on-granting) dan 51% APBD Pemerintah Provinsi DKI (on-lending). Meskipun terlihat besar, jika dibandingkan dengan jumlah BBM yang harus dihabiskan dengan kendaraan pribadi, pembangunan MRT diyakini dapat menekan inefisiensi.

Menkeu mengatakan, pembangunan MRT dapat terealisasi karena menggunakan pendekatan ekonomi, yaitu dapat memangkas waktu tempuh perjalanan. Studi kelayakan yang sudah ada sejak tahun 1990 hanya fokus pada soal finansial, khususnya untung-rugi, sehingga membuat proyek ini tidak dapat terealisasi selama 30 tahun.

Moda transportasi massal menjadi salah satu fokus perhatian pemerintah untuk mengurangi kemacetan, khususnya di wilayah DKI Jakarta. Kemacetan telah membuat warga DKI Jakarta harus menghabiskan waktu berjam-jam di kendaraan setiap hari. Menurut INRIX Global Traffic Scorecard, pada tahun 2017 Jakarta menempati peringkat 12 kota termacet di dunia.
Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, kemacetan ini telah menimbulkan kerugian USD5 miliar atau setara dengan Rp67,5 triliun per tahun. MRT akan menambah pilihan moda transportasi massal yang sudah ada, yaitu KRL dengan kapasitas 1,2 juta orang per hari dan Busway dengan kapasitas 1 juta orang per hari.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4053 seconds (0.1#10.140)