Bandara Kertajati dan Batam Jadi Opsi Lokasi Pembuatan Pesawat R80

Senin, 11 Maret 2019 - 20:37 WIB
Bandara Kertajati dan Batam Jadi Opsi Lokasi Pembuatan Pesawat R80
Bandara Kertajati dan Batam Jadi Opsi Lokasi Pembuatan Pesawat R80
A A A
SOLO - Komisaris PT Regio Aviasi Industri (RAI), Ilham Habibie, memastikan pembuatan pesawat R80 terus berjalan. Purwarupa atau prototipe pesawat rencananya akan dibuat tahun ini.

"Tahun ini ada investor. Buat kami lumayan besar dari Indonesia," ungkap Ilham Habibie usai mewakili orangtuanya Profesor B.J. Habibie menerima penghargaan Parasamya Anugraha Widyatama Makayasa saat puncak Dies Natalis Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Senin (11/3/2019).

Namun ilham masih enggan membeberkan investor yang dimaksud, termasuk nilai investasi karena masih proses perundingan. Selain itu, pembuatan purwarupa, rencananya akan mulai dikerjakan tahun ini.

Ada dua alternatif lokasi pembuatan yang juga tengah dirundingkan. Pertama di Bandara Kertajati Jawa Barat dan alternatif kedua di Batam. Pembuatan pesawat juga melibatkan PT Dirgantara Indonesia (DI) sebagai bagian dari konsorsium.

Dengan beroperasinya Bandara Kertajati, terdapat kawasan aero city yang di sana terdapat kawasan industri. "Harapan kami untuk perakitan final dilakukan di Kertajati, di pinggir lapangan udara," tandasnya.

Dalam waktu dekat, harapannya sudah bisa diputuskan untuk mulai membangun pabrik di lokasi itu. Namun sekali lagi, hal itu juga masih dalam tahap perundingan. Sementara untuk pembuatan purwarupa, diperkirakan membutuhkan waktu empat tahun. Sedangkan untuk mulai terbang diperkirakan tahun 2024-2025.

Sejauh ini, jumlah pemesan pesawat telah mencapai 155 unit dari empat perusahaan di Indonesia. Diantaranya adalah Sriwijaya. Pesawat belum ada rencana dipasarkan di luar negeri karena pasar terbesar di dalam negeri.

Namun kedepan tidak menutup kemungkinan untuk dipasarkan ke luar negeri, terutama negara-negara yang memiliki karakteristik kepulauan seperti Indonesia. "Sehingga membutuhkan pesawat jarak pendek yang bisa mendarat di landasan yang tidak terlalu panjang," urainya.

Negara-negara yang hampir mirip kondisinya dengan Indonesia antara lain Filipina, Vietnam, Thailand. Selain itu juga wilayah Asia Selatan, Amerika Selatan, dan Australia.

Dalam kesempatan sebelumnya, Ilham Habibie menyebut pembuatan pesawat R80 membutuhkan dana USD1,6 miliar atau Rp20 triliun. Produk R80 menjadi pilihan karena di kelas yang sama tidak ada saingan. Pesawat mampu membawa 80 penumpang namun tetap menggunakan baling-baling.

Pesawat R80 merupakan jenis pesawat baling-baling untuk penerbangan jarak pendek dengan landasan pendek. Sehingga sangat cocok dengan kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan.

Pesawat R80 disebut-sebut merupakan adik dari pesawat N250, yang dikembangkan oleh Indonesia pada sekitar tahun 1990. N250 merupakan pesawat dua engine dengan lima penumpang. Demikian pula R80 juga menggunakan dua engine namun lebih besar 60% karena disesuaikan kebutuhan saat ini.

Putra mantan Presiden BJ habibie itu berharap, pesawat R80 mampu membangkitkan industri dirgantara di Indonesia. Namun dana dan pembangunan pabrik menjadi kendala. Dengan pesanan yang ada dan investor bisa meringankan pembangunan pesawat ini.

Adapun nilai Rp20 triliun merupakan investasi private dan nilainya tidak sepenuhnya cash karena menggunakan pola bisnis partner. Yakni perusahaan dirgantara yang ikut ambil bagian, membuat bagian pesawat. Sejumlah mitra investor strategis sudah ada yang bersedia bergabung. Mereka memiliki usaha dan berkembang di sektor sama, yaitu bidang dirgantara.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6649 seconds (0.1#10.140)