Startup yang Matang Bakal Dibantu Pemerintah Rp1 Miliar

Minggu, 07 April 2019 - 07:13 WIB
Startup yang Matang Bakal Dibantu Pemerintah Rp1 Miliar
Startup yang Matang Bakal Dibantu Pemerintah Rp1 Miliar
A A A
JAKARTA - Pemerintah akan menyuntikkan dana bantuan hingga Rp1 miliar untuk membesarkan usaha startup Tanah Air. Suntikan dana tersebut nantinya akan diberikan bagi startup yang mampu menggaet investor yang memberikan investasi dengan dana yang lebih besar dari yang diberikan pemerintah.

Direktur Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT) Kemenristek Dikti Retno Sumekar mengatakan, Kemenristek Dikti tengah menyiapkan program pembinaan baru bagi startup yang sudah matang. "Kita mau scale-up startup yang bisa memproduksi kebutuhan nasional. Atau paling tidak startup yang bisa menyelesaikan masalah di masyarakat," katanya di Kantor Kemenristek Dikti kemarin.

Retno menjelaskan, yang boleh mengikuti program scale-up atau pembesaran usaha startup ini adalah perusahaan yang sudah memiliki omzet senilai Rp1 miliar. Selain itu yang sudah memiliki pasar masif. Pihaknya membuka kesempatan bagi startup yang dimaksud untuk mengajukan proposal yang di dalamnya juga sudah mencantumkan data para investornya.

Dia menyatakan, persyaratan berapa besar serapan tenaga kerja tidak menjadi patokan asalkan startup itu sudah memiliki produk untuk pasar nasional. Dari data Kemenristek Dikti, dari 1.307 tenant startup di seluruh Indonesia, program Inkubasi Bisnis Teknologi (IBT) Kemenristek Dikti telah melahirkan 32 tenant yang sudah matang dengan peningkatan omzet rata-rata lebih dari 426% dan tenant yang matang tersebut memiliki omzet minimal Rp500 juta.

Startup dengan nilai omzet tertinggi adalah produk Satpam Pintar dalam bidang keamanan sekaligus teknologi informasi dengan omzet mencapai Rp7 miliar. Startup kedua tertinggi yang mencapai Rp6,5 miliar adalah Kapal Pelat Datar dalam bidang transportasi dan yang ketiga adalah Isolated Ground Shield Wire, yaitu kabel listrik untuk voltase tinggi dan voltase sedang, dalam bidang material maju yang memiliki omzet sebesar Rp5 miliar.

Kunci Kemenristek Dikti dalam program IBT terletak tidak hanya pada pemberian modal, tetapi juga memberikan bimbingan hasil riset dan inovasi agar sesuai dengan kebutuhan industri dan masyarakat. Retno menjelaskan, meski 32 startup ini dinilai sudah matang, tidak serta-merta langsung mendapat dana bantuan Rp1 miliar.

Bagi mereka, menurut dia, diwajibkan juga mengirim proposal agar bisa bersaing dengan startup lain. “Ya meski sudah mature, mereka tetap harus mengajukan proposal. Nanti akan kita seleksi lagi dan kita uji lagi,” katanya.

Plh Rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Intan Ahmad mengatakan, kampusnya sangat mendukung dan mendorong semangat mahasiswanya untuk berwirausaha. Salah satunya melalui Fakultas Ekonomi, mereka bersama Inkubator Bisnis UNJ telah berhasil mengembangkan 10 startup, yaitu SMOCO, Kampung Inggris Digital (KID), Bookita, Talangin, Let Share, Picku, Motto Ban, Kulinary, Promo In, dan Yourspace.

Mantan Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristek Dikti itu menjelaskan, ke-10 startup itu sebelumnya telah mengikuti kegiatan pembinaan dan pendampingan melalui kegiatan Founder Academy yang diselenggarakan CiputraOne yang merupakan bagian dari Ciputra Group. “Beberapa startup yang digawangi oleh mahasiswa-mahasiswa Fakultas Ekonomi dan beberapa fakultas lain di UNJ ini juga telah meraih prestasi dalam ajang kompetisi startup Get In The Ring Jakarta 2019 kategori Vote Terbanyak, yaitu KID, SMOCO, dan Bookita," katanya.

Sementara itu Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir menerangkan pentingnya tiga prinsip untuk pengembangan produk inovatif dari startup ini, yaitu harga (cost) produksi yang relatif rendah, price competitiveness (harga jual yang kompetitif), serta durability. "Sudah saatnya para peneliti, perekayasa maupun inovator muda di Indonesia memikirkan hal ini jika ingin berhasil dengan program startup-nya," ujar Nasir.

Sementara itu pengamat pendidikan dari Universitas Paramadina Totok Amin berpendapat, di perguruan tinggi sudah ada mata kuliah kewirausahaan sebagai pendukung atmosfer kampus untuk mengembangkan wirausaha. Dia menyarankan, mata kuliah kewirausahaan yang ada di kampus harus diperbarui materi kuliahnya setiap saat karena perkembangan bisnis dan teknologi yang sedemikian cepat.

“Dunia bisnis itu sekarang dinamis dan beda jauh dengan lima tahun lalu. Jangan sampai isinya masih jadul dan dosennya juga belum updated. Jadi konten mata kuliah perlu dirombak dan disesuaikan. Dosennya perlu dilatih soal bisnis startup dan segala aspeknya,” urainya.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6593 seconds (0.1#10.140)