Pembayaran Utang Luar Negeri Pengaruhi Penurunan Cadangan Devisa

Kamis, 09 Mei 2019 - 10:33 WIB
Pembayaran Utang Luar Negeri Pengaruhi Penurunan Cadangan Devisa
Pembayaran Utang Luar Negeri Pengaruhi Penurunan Cadangan Devisa
A A A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir April 2019 sebesar USD124,3 miliar atau turun USD200 juta dibandingkan dengan posisi pada akhir Maret 2019 sebesar USD124,5 miliar.

Posisi cadangan devisa pada April 2019 terutama dipengaruhi oleh penerimaan devisa migas, penerimaan valas lainnya, dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Onny Widjanarko mengatakan, posisi cadangan devisa tersebut setara de ngan pembiayaan 7,0 bulan im por atau 6,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

”BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan,” kata Onny di Jakarta, kemarin.

Ke depan, BI memandang cadangan devisa tetap memadai didukung keyakinan terhadap stabilitas dan prospek perekonomian domestik yang tetap baik.

Chief Economist Bank Negara Indonesia (BNI) Ryan Kiryanto memandang, cadev pada akhir April 2019 itu merupakan pilar untuk menjaga stabilitas sektor keuangan Indonesia terutama dari tekanan eksternal atas pasar keuangan domestik.

”Rupiah bisa dikawal dengan baik karena stok bagi BI untuk menstabilisasi rupiah cukup memadai. Indeks bursa saham juga bisa lebih terjaga dari tekanan eksternal,” ungkap Ryan saat dihubungi.

Ekonom Bank Permata, Josua Pardede menilai, cadangan devisa Indonesia April 2019 mengalami penurunan sebesar USD 200 juta, setelah pada 3 bulan sebelumnya terus mengalami kenaikan.

Penurunan ini sejalan dengan keluarnya investor asing, yang mana ditandai adanya capital outflow dari pasar obligasi dan juga melemahnya rupiah menjadi Rp14,259/ USD secara rata-rata.

”Keluarnya investor asing dari pasar obligasi dan mata uang kemudian tertutupi oleh investor asing yang masuk ke pasar saham sebesar USD3.74 bilion,” ungkap Josua.

Meskipun mengalami penurunan, tapi cadangan devisa Indonesia masih berada di atas angka kecukupan internasional. ”Rilis data ini sudah berdampak pada pelemahan rupiah menjadi Rp14,295 per kemarin, setelah pada hari sebelumnya sempat mengalami penguatan ke level Rp14,280 per dolar,” katanya.

Ekonom UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja memproyeksikan tren cadangan devisa ke depan sepertinya agak sedikit kurang stabil. Apalagi untuk cadev bisa naik terus secara konsisten karena risiko perang dagang yang kembali muncul belakangan ini akan mengakibatkan aliran modal asing jadi berkurang sehingga sebagian keluar dari emerging-market termasuk Indonesia.

Ekonomi Meningkat
Di sisi lain, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati masih optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu mencapai 5,3% pada 2019 dengan menjaga confident dari investasi dan konsumsi pada semester II/ 2019.

”Tentu kita akan terus melakukan policy yang bisa mendorong investasi dan menjaga confident dari masyarakat,” ujarnya di Jakarta, kemarin. Sri Mulyani menuturkan, konsumsi dan investasi pada kuartal I/2019 seharusnya bisa tumbuh lebih tinggi lagi.

Diharapkan konsumsi dari kelompok menengah bisa tumbuh lebih tinggi lagi pada kuartal II/ 2019 karena adanya Ramadan dan Idul Fitri.

”Dalam hal ini dilakukan pemerintah untuk menggenjot konsumsi dari sisi belanja sosial yang sudah meningkat cukup bagus. Itu menolong konsumsi rumah tangga kelompok bawah, tapi untuk kelompok menengah, kita berharap masih bisa meningkat pada kuartal kedua dengan adanya Ramadan dan hari raya,” tuturnya.

Selain itu, tunjangan hari raya (THR) dan gaji ke-13 pegawai negeri sipil (PNS) yang akan dibayar pada Mei dan Juni ini juga diharapkan bisa mendorong pertumbuhan konsumsi masyarakat.

”Jadi ada musiman di mana masyarakat secara keseluruhan, non-ASN pun melakukan kegiatan-kegiatan pada bulan Ramadan dan hari raya nanti. Jadi itu yang diharapkan akan bisa mendorong konsumsi,” ujarnya.

Sementara itu, investasi diharapkan bisa meningkat seusai pemilu setelah adanya kepastian politik. Pemerintah juga beru paya menjaga iklim investasi yang kondusif.

”Sedangkan dari pemerintah sendiri, goverment spending cukup bagus,” ungkap Sri Mulyani. Sri Mulyani mengatakan, kondisi ekonomi global diharapkan tetap kondusif pada semester II/2019 meskipun masih terjadi pelemahan. Namun, pada saat yang sama, reaksi terhadap statement Presiden Donald Trump mengenai perang dagang akan sangat memengaruhi sentimen. (Oktiani Endarwati/ Kunthi Fahmar Sandy)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4925 seconds (0.1#10.140)