Perusahaan Raksasa Sepatu Desak Trump Hentikan Perang Dagang

Kamis, 23 Mei 2019 - 18:35 WIB
Perusahaan Raksasa Sepatu Desak Trump Hentikan Perang Dagang
Perusahaan Raksasa Sepatu Desak Trump Hentikan Perang Dagang
A A A
NEW YORK - Beberapa perusahaan sepatu terbesar di dunia mendesak Donald Trump untuk mengakhiri perang perdagangan Amerika Serikat (AS) versus China, dimana mereka juga memperingatkan efek 'bencana' kepada konsumen. Sebuah surat yang ditandatangani oleh 173 perusahaan, termasuk Nike dan Adidas mengatakan keputusan presiden untuk menaikkan tarif impor akan memengaruhi kelas pekerja.

Para perusahaan tersebut seperti dilansir BBC, juga memperingatkan bahwa pungutan yang lebih tinggi mengancam masa depan beberapa sektor bisnis. Trump mengutarakan, bahwa defisit perdagangan dengan China telah merugikan ekonomi AS.

Seperti diketahui Presiden AS Donald Trump belum lama ini kembali meningkatkan pungutan impor China senilai USD200 miliar atau lebih tinggi dari tarif semula 10% menjadi 25% setelah Washington dan Beijing gagal mencapai kesepakatan perdagangan. China lantas membalas dengan mengumumkan rencana untuk menaikkan pungutan atas impor AS sebesar USD60 miliar mulai 1 Juni.

Perusahaan sepatu yang menandatangani petisi mengakhiri perang dagang itu, termasuk Dr Martens dan Converse yang mengutarakan bahwa tarif rata-rata untuk alas kaki adalah 11,3% namun dalam beberapa kasus dapat mencapai setinggi 67,5%. "Ditambah kenaikan pajak 25% di atas tarif ini akan berarti beberapa keluarga Amerika yang bekerja dapat membayar hampir 100% bea pada sepatu mereka," tulis perusahaan.

"Ini tidak terduga. Sudah saatnya untuk mengakhiri perang dagang ini," desak perusahaan. Sementara ketika Trump menaikkan tarif bea impor awal bulan ini, Ia mengatakan kepada perusahaan-perusahaan bahwa mereka dapat mengurangi biaya dengan mengalihkan produksi ke AS.

Namun, produsen sepatu dan peritel mengatakan untuk memindahkan sumber dari China membutuhkan waktu dan perencanaan. "Alas kaki adalah industri yang sangat padat modal, dengan bertahun-tahun perencanaan yang diperlukan untuk membuat keputusan, dan perusahaan tidak dapat dengan mudah memindahkan pabrik untuk menyesuaikan dengan perubahan ini," papar pihak perusahaan.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6578 seconds (0.1#10.140)