Bali Ingin Listrik dari Pembangkit Berbahan Bakar Nonfosil

Rabu, 26 Juni 2019 - 17:21 WIB
Bali Ingin Listrik dari Pembangkit Berbahan Bakar Nonfosil
Bali Ingin Listrik dari Pembangkit Berbahan Bakar Nonfosil
A A A
DENPASAR - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali menginginkan pengembangan energi listrik ramah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan di masa mendatang. Oleh karena itu, ke depan pembangkit listrik di Bali tidak akan menggunakan bahan bakar berbasis fosil.

"Minggu lalu kami rapat dengan Pemprov Bali, intinya Bali ingin listrik yang diproduksi berasal dari energi bersih. Bali juga ingin mandiri secara energi dengan memenuhi kebutuhan listrik dari pembangkit yang ada di Bali," kata Direktur Regional Jawa Bagian Timur, Bali dan Nusa Tanggara PLN Supangkat Iwan Santoso di sela-sela kunjungan media di Kantor PT Indonesia Power Unit Pembangkitan Bali di Denpasar, Bali, Rabu (26/6/2019).

Merespons keinginan tersebut, kata Iwan, pembangkit yang memungkinkan dikembangkan adalah yang menggunakan energi terbarukan, atau gas yang notabene lebih bersih dibanding batu bara atau minyak.

"Itu (energi baru terbarukan dan gas) yang akan diutamakan. Ada juga yg bisa seperti pembangkit tenaga bayu atau panas bumi tapi itu potensinya kecil di sini," kata Iwan.

Dia menambahkan, untuk memenuhi pasokan listrik di Pulau Bali, yang bisa dilakukan adalah dengan mempercepat proyek sistem interkoneksi Jawa-Bali. Langkah ini, kata Iwan, merupakan cara paling optimal untuk mengantisipasi pertumbuhan permintaan listrik dalam jangka panjang.

Sementara itu, PLN Unit induk Distribusi (UID) Bali menargetkan pertumbuhan kelistrikan sebesar 6% sepanjang tahun ini. Untuk itu, PLN terus memaksimalkan pelayanan kepada pelanggan di Pulau Dewata.

Saat ini total kapasitas daya PLN UID Bali mencapai 1.274 megawatt (MW). Adapun beban puncaknya sebesar 900,1 MW dengan jumlah pelanggan 1,4 juta sambungan.

"Prediksi kami di tahun ini beban puncak mencapai 932 MW, naik dari posisi beban puncak saat ini 900,1 MW,” tambah General Manager PLN UID Bali Nyoman Suwarjoni Astawa.

Dia menambahkan, untuk mencapai pertumbuhan listrik yang diharapkan, saat ini Bali memiliki kapasitas Gardu Induk sebesar 2071 MVA yang tersebar di 16 titik.

"Ke depan kami akan terus meningkatkan kapasitas gardu induk untuk meningkatkan keandalan jaringan. Target di 2019 kapasitas total menjadi 2.236 MVA," kata Nyoman.

Hingga Mei 2019, pertumbuhan listrik di Bali mencapai 7,89%, dibandingkan pada periode yang sama di tahun 2018. Dengan pertumbuhan konsumsi listrik mencapai 172.830 MWh, PLN berupaya untuk menjaga pemenuhan pasokan listrik untuk pelanggan. "Kami juga concern dalam pemanfaatan energi bersih untuk Bali. Tidak ada lagi pembangkit berbahan bakar fosil dalam RUPTL," tambah Nyoman.

Guna memenuhi mengantisipasi pertumbuhan kebutuhan listrik Bali, PLN juga telah merencanakan pembangunan jaringan transmisi 500 kV Jawa Bali Connection dan pembangkit listrik tenaga surya berkapasitas total 50 MW untuk memperkuat sistem kelistrikan Bali. "Jaringan transmisi harus diperkuat untuk menjamin keandalan listrik," katanya.

Pada tahun 2019, PLN UID Bali juga menargetkan untuk memastikan seluruh rumah tangga yang telah menikmati listrik dapat menjadi pelanggan resmi PLN. "Kami berupaya maksimal, khusus pelanggan tidak mampu meenjadi prioritas," pungkasnya.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.8066 seconds (0.1#10.140)