Harga Minyak Mendidih Usai Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh Terbunuh di Iran

Rabu, 31 Juli 2024 - 13:21 WIB
loading...
Harga Minyak Mendidih...
Harga minyak melonjak usai kabar pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dibunuh Israel di Iran. FOTO/iStock Photo
A A A
JAKARTA - Harga minyak dunia melonjak memperpanjang kenaikan sebelumnya setelah Hamas melaporkan bahwa Israel telah membunuh pemimpin politiknya memicu ketegangan di wilayah yang memproduksi sekitar sepertiga minyak mentah dunia. Melansir Bloomberg, patokan global Brent naik mendekati USD80 per barel setelah jatuh 4,5% selama tiga sesi sebelumnya, dengan West Texas Intermediate di sekitar USD76 per barel.

Hamas mengatakan bahwa Israel telah membunuh pemimpin politiknya, Ismail Haniyeh, dalam sebuah serangan udara di Iran. Serangan ini terjadi setelah serangan sebelumnya oleh Israel di Beirut yang menewaskan seorang komandan senior Hizbullah.

Telah terjadi saling balas tembakan dalam beberapa hari terakhir, dengan serangan Hizbullah di Dataran Tinggi Golan yang dikuasai Israel yang menewaskan 12 anak-anak, yang berpotensi membahayakan gencatan senjata yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas.



Para pedagang minyak telah menilai risiko eskalasi konflik dan apakah hal ini dapat menyebabkan lebih banyak serangan terhadap kapal-kapal yang melintasi Laut Merah, atau mempengaruhi produksi dan ekspor, terutama dari Iran. Harga minyak mentah cenderung tidak bereaksi terlalu tajam terhadap perkembangan baru dalam perang, yang telah berlangsung sejak awal Oktober 2023.

"Serangan ini jelas memupus harapan gencatan senjata,” kata Priyanka Sachdeva, analis pasar senior di broker Phillip Nova Pte di Singapura. "Karena ini terjadi di Teheran, sangat masuk akal bahwa ini dapat memicu konflik yang lebih luas dan kita mungkin akan melihat keterlibatan negara-negara lain."



Di luar Timur Tengah, gambaran permintaan global tetap lemah karena perlambatan ekonomi China yang berkepanjangan terus membebani sentimen. Brent diperkirakan akan mengalami penurunan bulanan sekitar 8%, penurunan terbesar tahun ini, meskipun harga didukung oleh pembatasan suplai OPEC+ dan ekspektasi bahwa Federal Reserve akan segera menurunkan suku bunga.

Di AS, sebuah kelompok industri mengatakan persediaan minyak mentah turun 4,5 juta barel minggu lalu. Jika dikonfirmasi oleh angka resmi pada hari Rabu, itu akan menandai penurunan beruntun terpanjang sejak Januari 2022. The Fed secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga
(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1747 seconds (0.1#10.140)