Rupiah Diprediksi Melemah Dipengaruhi Kenaikan Yield Obligasi AS
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan pekan pertama September hari ini diprediksi melemah.
Pelemahan ini seiring perang perdagangan antara Amerika Serikat (AS) versus China yang semakin tinggi, saat China mengajukan keluhan ke Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO). Selain itu, ditambah kisruh Brexit.
"Hari Senin kemarin China mengajukan keluhan ke WTO terkait AS yang menerapkan kenaikan tarif impor terhadap China. Kisruh Brexit juga menjadi kekhawatiran pasar yang bisa membebani pergerakan rupiah," ujar Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Selasa (3/9/2019).
Dia menambahkan, imbal hasil (yield) obligasi AS yang mulai naik saat ini bisa berimbas pada penguatan dolar AS terhadap mata uang Garuda hari ini.
"Potensi pergerakan rupiah hari ini Rp14.180-Rp14.270 per dolar AS," jelasnya.
Pelemahan ini seiring perang perdagangan antara Amerika Serikat (AS) versus China yang semakin tinggi, saat China mengajukan keluhan ke Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO). Selain itu, ditambah kisruh Brexit.
"Hari Senin kemarin China mengajukan keluhan ke WTO terkait AS yang menerapkan kenaikan tarif impor terhadap China. Kisruh Brexit juga menjadi kekhawatiran pasar yang bisa membebani pergerakan rupiah," ujar Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Selasa (3/9/2019).
Dia menambahkan, imbal hasil (yield) obligasi AS yang mulai naik saat ini bisa berimbas pada penguatan dolar AS terhadap mata uang Garuda hari ini.
"Potensi pergerakan rupiah hari ini Rp14.180-Rp14.270 per dolar AS," jelasnya.
(ind)