Bank Dunia Sebut Harga Beras Indonesia Paling Mahal,  Bapanas Bilang Begini

Jum'at, 20 September 2024 - 11:49 WIB
loading...
Bank Dunia Sebut Harga...
Bapanas mengatakan tingginya harga beras di Indonesia tidak lepas dari biaya produksi yang tinggi.Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Country Director untuk Indonesia dan Timor-Leste, East Asia dan Pacific World Bank, Carolyn Turk menyebut harga beras di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Tak tanggung-tanggung, perbedaannya mencapai 20%.

Carolyn mengungkap, tingginya harga beras di Indonesia salah satunya disebabkan oleh pembatasan impor hingga keputusan pemerintah menaikkan harga jual beras hingga melemahkan daya saing pertanian. Dan yang mirisnya lagi, tingginya harga beras tidak diikuti dengan kesejahteraan petani.



Menanggapi hal ini, Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) Rachmi Widiriani mengatakan bahwa tingginya harga beras di Indonesia tidak lepas dari biaya produksi yang tinggi. Ia pun menegaskan bahwa pemerintah terus berusaha untuk meningkatkan keuntungan para petani.

"Beras dalam negeri kalau kita perhatikan memang tinggi, petani juga berhak mendapatkan keuntungan dan saat ini sebetulnya saat yang bahagia bagi petani karena harga gabah mereka dibeli di atas HPP," ungkap Rachmi dalam acara Indonesia International Rice Conference yang digelar di Nusa Dua, Bali, Kamis (19/9/2024).

"Jadi kita juga lihat NTP petani khususnya tanaman pangan sangat bagus. Artinya pemerintah harus hadir di tengah tengah, petani dapat harga bagus, konsumen juga dapat mengakses beras dengan harga terjangkau tapi dengan kualitas yang baik," tambahnya.

Lebih lanjut, Rachmi mengatakan bahwa tingginya harga beras sebenarnya bisa diantisipasi dengan pemakaian benih yang unggul. Benih berkualitas baik disebutnya bisa menjadi pengungkit produktivitas petani yang pada akhirnya bisa memberikan penghasilan yang lebih layak.



"Kalau benih bagus, produktivitas akan meningkat, petani akan mendapatkan hasil dari penjualan lebih bagus, lama lama harganya bisa ditekan. Selain itu juga bisa lewat pemupukan dan efisiensi biaya operasional dengan penggunaan drone yang bisa menghemat 30%,", ujar Rahmi.

"Jadi ini menjadi salah satu yang bisa dilakukan untuk menekan biaya produksi. Kita tunggu saja semoga perbaikan yang akan dilakukan dan sedang dilakukan bisa meningkatkan produktivitas petani," pungkasnya.
(fch)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1123 seconds (0.1#10.140)