Impor Barang Lewat E-commerce Melonjak, LIPI: Perlu Perhatian Khusus

Jum'at, 13 Desember 2019 - 14:18 WIB
Impor Barang Lewat E-commerce...
Impor Barang Lewat E-commerce Melonjak, LIPI: Perlu Perhatian Khusus
A A A
JAKARTA - Perkembangan e-commerce memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian di Indonesia. Bank Indonesia (BI) mencatat pada tahun 2018 nilai transaksi untuk e-commerce formal mencapai lebih dari Rp77 trilliun.

Namun, karakteristik e-commerce yang tanpa batas memberikan ancaman serius bagi produsen dan penjual online di Indonesia, dengan maraknya dan mudahnya produk impor dan penjual asing masuk pasar Indonesia.

Kepala Pusat Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Agus Eko Nugroho mengatakan, pergerakan barang dan jasa yang semakin mudah berdampak pada peningkatan impor barang melalui e-commerce.

Data dari Dirjen Bea Cukai menunjukan bahwa sepanjang 2018, secara rata-rata jumlah barang kiriman impor melalui e-commerce meningkat 10,5% per bulan. Sedangkan dari sisi nilai transaksi melonjak 22% dari tahun sebelumnya.

"Tren impor barang melalui e-commerce perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah," ujarnya dalam paparan hasil survei LIPI di Jakarta, Jumat (13/12/2019).

Menurut dia, tren tersebut terjadi akibat dari mudahnya konsumen Indonesia untuk membeli barang dari luar negeri. Bahkan, beberapa platform e-commerce besar di Indonesia menyediakan fasilitas kepada penjual asing untuk membuka toko online di Indonesia.

"Jika permasalahan ini tidak ditindaklanjuti dengan cermat, maka hal tersebut mengancam keberlangsungan usaha produsen dan penjual online di Indonesia," kata Agus.

Terkait hal ini, LIPI melalui Pusat Penelitian Ekonomi LIPI telah melakukan survei kepada 1.626 pembeli dan penjual online di seluruh Indonesia. Menurut peneliti Pusat Penelitian Ekonomi LIPI Nika Pranata, ada dua alasan utama konsumen berbelanja langsung dari luar negeri. Pertama, produknya langka di pasar Indonesia. Kedua, harga barangnya yang relatif lebih murah.

"Mayoritas dari Alibaba, Aliexpress dan Amazon. Jadi tiga platform ini yang paling banyak dibeli konsumen. Barang-barang yang mereka beli itu peralatan elektronik dan fashion," jelasnya.

Nika melanjutkan, berdasarkan temuan survei, hampir semua penjual mengatakan praktik belanja langsung ke luar negeri bisa menurunkan penjualan dan mengancam keberlangsungan bisnis.

Dari sisi produksi dan pemasaran, secara e-commerce memang memotong rantai nilai sehingga lebih kompetitif. Di sisi lain, e-commerce juga menciptakan fenomena baru, pelaku baru, contohnya reseller dan dropshiper.

"UMKM yang berperan sebagai dropshiper ini tidak banyak memberi nilai tambah, apalagi dropshiper impor. Penciptaan nilai tambah dari e-commerce Indonesia juga masih rendah, karena barang tidak diproduksi di dalam negeri," jelasnya.
(ind)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1345 seconds (0.1#10.140)