Percepatan Investasi Buat Investor UEA Sepakat Tanam Modal di Indonesia

Minggu, 12 Januari 2020 - 18:06 WIB
Percepatan Investasi...
Percepatan Investasi Buat Investor UEA Sepakat Tanam Modal di Indonesia
A A A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo bersama Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, bersama delegasi Indonesia bertemu sejumlah investor dan CEO perusahaan asal Uni Emirat Arab pada Minggu (12/1/2020) di Emirates Palace Hotel, Abu Dhabi.

Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal BKPM, Farah Ratna Dewi Indriani, mengatakan Kepala BKPM mewakili Presiden, bertemu dengan sejumlah pimpinan perusahaan dan investor Uni Emirat Arab.

Dalam pertemuan itu, Bahlil bertemu dengan CEO Masdar Mohamad Jameel Al Ramahi, Direktur Pelaksana EGA Abdulla Jaseem bib Kalban, Chairman MD Lulu Yusuf Ali M.A, CEO BRS Ventures Binay Shetty.

Farah mengatakan, para investor sepakat meningkatkan menanamkan modalnya di Indonesia menyusul kian membaiknya kebijakan pemerintah akhir-akhir ini guna mempercepat realisasi investasi.

"Intinya investor lihat pak Kepala BKPM ini gerakannya cepat. Inpres No. 7 2019 tiba-tiba sudah ditangan. Investor juga ditangani secara langsung. Hambatan-hambatan selesai. Ada optimisme," terang Farah dalam keterangan yang diterima SINDOnews di Jakarta, Minggu (12/1/2020).

Bahlil mendampingi Presiden Joko Widodo yang melakukan kunjungan kenegaraan pada 12-13 Januari 2020. Lawatan Presiden ini merupakan kunjungan balasan sejak kedatangan Putra Mahkota Abu Dhabi Syekh Mohammed bin Zayed Al Nahyan ke Indonesia pada bulan Juli 2019.

Selain menjadi pembicara utama (keynote speaker) pada Abu Dhabi Sustainability Week, Bahlil mengatakan, misi kunjungan Presiden ini untuk menjemput investasi miliaran dolar Amerika Serikat dari UEA.

"Dengan adanya potensi investasi dari UEA ini, membuktikan investasi di Tanah Air sangat inklusif atau terbuka. Tidak benar kalau investasi kita hanya dari China saja atau dari Singapura saja. Dari negara mana saja, bahkan mau dari langit sekalipun asalkan tidak bertentangan dengan UU dan aturan yang ada, silakan negara mana saja masuk berinvestasi,” ujar Bahlil.

Bahlil mengatakan, potensi kerjasama investasi antar kedua negara saat ini belum tergarap optimal. Selama ini investor yang paling aktif berasal dari Asia Timur, sedangkan investor Timur Tengah banyak yang belum berinvestasi khususnya di sektor-sektor strategis.

"Kunjungan ini menjadi momentum baik di awal tahun yang menandakan bahwa Pemerintah Indonesia juga mendorong investasi bersumber dari negara-negara lain selain Asia Timur," tegas Bahlil.

Bahlil mengatakan, investasi di Indonesia tidak bersifat ekslusif. Semua negara memiliki peluang yang sama selagi memiliki komitmen yang kuat untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Beberapa sektor yang telah didorong adalah proyek pembangunan kilang minyak (oil refinery), industri petrokimia, industri smelter aluminium dan pembiayaan investasi (Financial Investor).

"Bapak Presiden ingin agar kita (Indonesia) mengurangi ketergantungan impor minyak. Oleh karena itu, pemerintah mengejar pembangunan kilang baru atau Grass Root Refinery (GRR). Itulah salah satu kekuatan pengusaha Timur Tengah, makanya kami dorong BUMN maupun swasta kerjasama dengan mereka," ujar Bahlil.

Bahlil menambahkan, alasan mengapa banyak kesepakatan bisnis di sektor strategis diupayakan akan ditandatangani dalam kunjungan ini. "Salah satu sebabnya industri petrokimia ini akan menjadi tulang punggung negara, menuju sebuah negara industri. Kemandirian sektor industri berperan penting mendukung target Indonesia menjadi negara maju pada 2045," tambah Bahlil.

Sebagai informasi, BKPM bersama Kementerian dan Lembaga lain serta Perwakilan Indonesia di UEA bekerja keras mewujudkan beberapa kesepakatan bisnis dengan UEA.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5073 seconds (0.1#10.140)