Demi Dapatkan Gas Rusia, Negara Ini Tak Takut Sanksi AS
loading...
A
A
A
JAKARTA - Turki sangat menentang sanksi AS terhadap gas Rusia , lantaran aliran gas tersebut tidak dapat tergantikan dalam jangka menengah. Hal ini ditekankan oleh Menteri Energi Turki, Alparslan Bayraktar seperti dilansir RT.
Pekan lalu, Washington memperkenalkan sanksi pemblokiran terhadap lebih dari 50 lembaga keuangan Rusia, termasuk Gazprombank, yang terkait dengan raksasa gas eponymous, dan enam anak perusahaan internasionalnya. Sanksi terbaru ini membuat bank utama Rusia tidak bisa transaksi terkait energi dari sistem perpesanan antar bank SWIFT.
"Kami menentang keputusan apapun yang akan memengaruhi aliran gas dari Rusia. Jika sanksi ini sampai pada titik itu, maka akan merugikan ekonomi Turki, rumah tangga dan 85 juta orang," kata Bayraktar kepada wartawan.
Menteri Bayraktar juga menekankan, bahwa Turki adalah pasar gas terbesar keempat di Eropa dan bahwa Rusia adalah salah satu pemasok gas utama negara itu. Bayraktar juga mengatakan, masalah ini saat ini sedang ditangani oleh kementerian keuangan dan luar negeri Turki.
Bayraktar berharap bahwa kontrak transit lima tahun untuk pasokan pipa gas dari Rusia ke Eropa melalui Ukraina, yang berakhir pada 31 Desember, akan diperpanjang. Sementara itu Ukraina sudah cukup tegas mengutarakan, bahwa mereka tidak memiliki rencana untuk memperpanjang kesepakatan transit gas Rusia.
Jika aliran berhenti, UE berpotensi kehilangan hingga 5% dari total konsumsi tahunannya.
"Perpanjangan perjanjian akan berdampak positif pada harga di pasar gas. Dalam hal ini, Turki siap melakukan apapun yang diperlukan, tetapi saya pikir perjanjian itu masih akan diperpanjang," katanya.
Sambungnya Ia menegaskan juga, bahwa masalah pembayaran melalui Gazprombank merupakan hal penting bagi Uni Eropa.
Awal pekan ini, laporan media mengutarakan Ankara sedang melakukan pembicaraan dengan Washington untuk mengamankan keringanan sanksi Rusia yang akan memungkinkan Turki untuk terus membayar impor gas dari Rusia. Bloomberg mengutip Bayraktar yang mengatakan, bahwa sanksi terbaru "mungkin berarti sesuatu yang sangat besar" bagi negaranya jika tidak ada pengecualian yang dibuat.
Meskipun merupakan negara anggota NATO, Ankara belum menerapkan sanksi terhadap Rusia dan telah mempertahankan hubungan dengan Moskow dan Kiev. Tahun lalu, pasokan Rusia ke Turki berjumlah sekitar 45% dari impor gas negara itu.
Pekan lalu, Washington memperkenalkan sanksi pemblokiran terhadap lebih dari 50 lembaga keuangan Rusia, termasuk Gazprombank, yang terkait dengan raksasa gas eponymous, dan enam anak perusahaan internasionalnya. Sanksi terbaru ini membuat bank utama Rusia tidak bisa transaksi terkait energi dari sistem perpesanan antar bank SWIFT.
"Kami menentang keputusan apapun yang akan memengaruhi aliran gas dari Rusia. Jika sanksi ini sampai pada titik itu, maka akan merugikan ekonomi Turki, rumah tangga dan 85 juta orang," kata Bayraktar kepada wartawan.
Menteri Bayraktar juga menekankan, bahwa Turki adalah pasar gas terbesar keempat di Eropa dan bahwa Rusia adalah salah satu pemasok gas utama negara itu. Bayraktar juga mengatakan, masalah ini saat ini sedang ditangani oleh kementerian keuangan dan luar negeri Turki.
Bayraktar berharap bahwa kontrak transit lima tahun untuk pasokan pipa gas dari Rusia ke Eropa melalui Ukraina, yang berakhir pada 31 Desember, akan diperpanjang. Sementara itu Ukraina sudah cukup tegas mengutarakan, bahwa mereka tidak memiliki rencana untuk memperpanjang kesepakatan transit gas Rusia.
Jika aliran berhenti, UE berpotensi kehilangan hingga 5% dari total konsumsi tahunannya.
"Perpanjangan perjanjian akan berdampak positif pada harga di pasar gas. Dalam hal ini, Turki siap melakukan apapun yang diperlukan, tetapi saya pikir perjanjian itu masih akan diperpanjang," katanya.
Sambungnya Ia menegaskan juga, bahwa masalah pembayaran melalui Gazprombank merupakan hal penting bagi Uni Eropa.
Awal pekan ini, laporan media mengutarakan Ankara sedang melakukan pembicaraan dengan Washington untuk mengamankan keringanan sanksi Rusia yang akan memungkinkan Turki untuk terus membayar impor gas dari Rusia. Bloomberg mengutip Bayraktar yang mengatakan, bahwa sanksi terbaru "mungkin berarti sesuatu yang sangat besar" bagi negaranya jika tidak ada pengecualian yang dibuat.
Meskipun merupakan negara anggota NATO, Ankara belum menerapkan sanksi terhadap Rusia dan telah mempertahankan hubungan dengan Moskow dan Kiev. Tahun lalu, pasokan Rusia ke Turki berjumlah sekitar 45% dari impor gas negara itu.
(akr)