Hari Terakhir di Tahun 2024, Rupiah Sentuh Rp16.132 per Dolar AS

Selasa, 31 Desember 2024 - 17:09 WIB
loading...
Hari Terakhir di Tahun...
Nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini di akhir tahun 2024 masih terseok-seok untuk berada pada posisi Rp16.132 per dolar AS. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini di akhir tahun 2024 ditutup menguat 10,50 poin atau 0,06% ke level Rp16.132 per dolar AS setelah sebelumnya juga terapresiasi. Hal ini juga sejalan dengan sentimen global dan domestik.

Menurut data JISDOR BI, kurs rupiah juga terlihat sedikit menguat pada hari terakhir di tahun 2024, meski masih berada di kisaran Rp16 Ribu. Nilai tukar rupiah hari ini, Selasa (31/12/2024) berada di level Rp16.157 atau membaik dari sesi sebelumnya Rp16.162/USD.



Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, penguatan rupiah juga disebabkan oleh sentimen eksternal yaitu terpilihnya Donald Trump sebagai presiden baru juga memberikan dorongan bagi dolar AS karena kebijakannya berupa pelonggaran regulasi, pemotongan pajak, kenaikan tarif, dan pengetatan imigrasi dianggap pro-pertumbuhan dan inflasioner, dan kemungkinan akan membuat Federal Reserve tidak memangkas suku bunga dengan cepat tahun depan.

“Bank sentral AS memproyeksikan hanya dua kali pemotongan suku bunga sebesar 25 bp pada tahun 2025 pada pertemuan kebijakan terakhir tahun ini awal bulan ini, dan pasar sekarang memperkirakan hanya sekitar 35 basis poin pelonggaran untuk tahun 2025,” tulis Ibrahim dalam risetnya hari ini.

Rentang perdagangan kemungkinan akan ketat pada minggu yang terpengaruh liburan ini, dan fokus akan tertuju pada angka pengangguran mingguan pada hari Kamis dan data PMI manufaktur ISM sehari kemudian, serta komentar dari anggota FOMC Thomas Barkin.

Selain itu, aktivitas manufaktur China berkembang selama tiga bulan berturut-turut pada bulan Desember karena serangkaian langkah stimulus baru terus memberikan dukungan, data indeks manajer pembelian menunjukkan pada hari Selasa. Namun, kenaikan tersebut sedikit lebih rendah dari ekspektasi pasar dan di bawah pembacaan bulan sebelumnya.

Hal ini memicu kekhawatiran tentang kesehatan industri jangka panjang dari ekonomi terbesar kedua di dunia, yang telah menderita perlambatan ekonomi dan sektor properti yang terkepung. Pasar menunggu kejelasan lebih lanjut tentang rencana Beijing untuk langkah-langkah stimulus di tahun mendatang.

Dari sentimen domestik, jumlah kelas menengah di Indonesia terus mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kelas menengah di Indonesia mencapai 47,85 juta jiwa pada 2024 atau setara dengan 17,13% proporsi masyarakat di Tanah Air.

Jumlah itu menurun dibandingkan 2019 yang mencapai 57,33 juta jiwa atau setara 21,45% dari total penduduk. Artinya terjadi penurunan sebanyak 9,48 juta jiwa. Bersamaan dengan itu, data kelompok masyarakat kelas menengah rentan atau aspiring middle class malah naik, dari 2019 hanya sebanyak 128,85 juta atau 48,20% dari total penduduk, menjadi 137,50 juta orang atau 49,22% dari total penduduk.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1076 seconds (0.1#10.140)