Mentan Sebut Krisis Pangan Menimpa Jepang, Malaysia, hingga Filipina! Bagaimana Indonesia?
loading...

Krisis pangan melanda negara tetangga, Jepang untuk pertama kalinya dalam sejarah, melepaskan 210.000 ton beras dari cadangan darurat. Bagaimana dengan kondisinya di Indonesia. Foto/Dok
A
A
A
JAKARTA - Krisis pangan melanda negara tetangga, termasuk Jepang, Malaysia, hingga Filipina. Dilaporkan pemerintah Jepang untuk pertama kalinya dalam sejarah, melepaskan 210.000 ton beras dari cadangan darurat satu juta ton akibat lonjakan harga ekstrem.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Pertanian ( Mentan ) Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa Indonesia sampai saat ini masih dalam status aman. Kendati demikian, meskipun stabilitas ini patut disyukuri, menurutnya Indonesia tidak boleh begitu saja berpuas diri.
Mentan Amran menekankan perlunya Indonesia mempercepat swasembada beras sekaligus memperkuat cadangan pangan nasional. Amran menilai kejadian darurat pangan di negara tetangga menjadi alarm bagi Indonesia untuk bertindak menjaga ketahanan pangan.
“Kenaikan harga beras di Jepang mencapai 82% dalam setahun, dari ¥2.023/kg (Rp215.423) menjadi ¥3.688/kg (Rp393.000). Ini dampak langsung dari gelombang panas ekstrem yang merusak produksi dan mengganggu distribusi. Kondisi ini bisa terjadi di mana saja jika negara tidak memiliki cadangan pangan yang memadai,” ujar Mentan Amran, Jumat (21/2/2025).
“Negara yang bergantung pada impor beras seperti Filipina dan Malaysia sangat rentan ketika pasokan global terganggu. Ini menjadi pelajaran berharga bahwa ketergantungan pada impor bukanlah solusi jangka panjang. Indonesia harus memperkuat produksi dalam negeri,” lanjutnya.
Mentan menyebut Indonesia sendiri dalam menjaga stabilitas pasokan dan harga beras terus melakukan penyerapan 3 juta ton beras dari petani dengan acuan HPP gabah Rp6.500/kg dan membeli beras Rp12.000/kg agar menjaga semangat petani untuk bertani.
“Ini langkah strategis. Dengan penyerapan massal, kita tidak hanya memastikan petani mendapatkan harga yang layak, tapi juga memperkuat stok nasional guna menghadapi ketidakpastian global. Indonesia saat ini dalam kondisi pangan yang kuat,” paparnya.
Selain itu, Mentan Amran juga mendorong agar pihaknya terus mendorong sinergi dengan kementerian lain dan pemerintah daerah untuk memastikan distribusi beras berjalan lancar dan minim kebocoran.
“Kami juga mengajak masyarakat mendukung program cetak sawah baru serta peningkatan produktivitas melalui teknologi pertanian modern,” tambahnya.
Untuk diketahui, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2025, harga beras medium di Indonesia stabil di kisaran Rp13.000-Rp14.000/kg, lebih rendah dibanding puncak harga 2024 yang sempat mencapai Rp16.000/kg.
Menurut BPS, pada Februari 2024, harga beras di Indonesia mengalami kenaikan dan mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah. Harga beras di tingkat penggilingan pada Februari 2024 tercatat di level Rp14.274/kg.
“Kondisi ini menjadi pengingat bahwa tanpa cadangan yang cukup dan mekanisme stabilisasi yang kuat, kita bisa menghadapi lonjakan harga yang lebih besar di masa depan,” pungkasnya.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Pertanian ( Mentan ) Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa Indonesia sampai saat ini masih dalam status aman. Kendati demikian, meskipun stabilitas ini patut disyukuri, menurutnya Indonesia tidak boleh begitu saja berpuas diri.
Mentan Amran menekankan perlunya Indonesia mempercepat swasembada beras sekaligus memperkuat cadangan pangan nasional. Amran menilai kejadian darurat pangan di negara tetangga menjadi alarm bagi Indonesia untuk bertindak menjaga ketahanan pangan.
“Kenaikan harga beras di Jepang mencapai 82% dalam setahun, dari ¥2.023/kg (Rp215.423) menjadi ¥3.688/kg (Rp393.000). Ini dampak langsung dari gelombang panas ekstrem yang merusak produksi dan mengganggu distribusi. Kondisi ini bisa terjadi di mana saja jika negara tidak memiliki cadangan pangan yang memadai,” ujar Mentan Amran, Jumat (21/2/2025).
“Negara yang bergantung pada impor beras seperti Filipina dan Malaysia sangat rentan ketika pasokan global terganggu. Ini menjadi pelajaran berharga bahwa ketergantungan pada impor bukanlah solusi jangka panjang. Indonesia harus memperkuat produksi dalam negeri,” lanjutnya.
Mentan menyebut Indonesia sendiri dalam menjaga stabilitas pasokan dan harga beras terus melakukan penyerapan 3 juta ton beras dari petani dengan acuan HPP gabah Rp6.500/kg dan membeli beras Rp12.000/kg agar menjaga semangat petani untuk bertani.
“Ini langkah strategis. Dengan penyerapan massal, kita tidak hanya memastikan petani mendapatkan harga yang layak, tapi juga memperkuat stok nasional guna menghadapi ketidakpastian global. Indonesia saat ini dalam kondisi pangan yang kuat,” paparnya.
Selain itu, Mentan Amran juga mendorong agar pihaknya terus mendorong sinergi dengan kementerian lain dan pemerintah daerah untuk memastikan distribusi beras berjalan lancar dan minim kebocoran.
“Kami juga mengajak masyarakat mendukung program cetak sawah baru serta peningkatan produktivitas melalui teknologi pertanian modern,” tambahnya.
Untuk diketahui, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2025, harga beras medium di Indonesia stabil di kisaran Rp13.000-Rp14.000/kg, lebih rendah dibanding puncak harga 2024 yang sempat mencapai Rp16.000/kg.
Menurut BPS, pada Februari 2024, harga beras di Indonesia mengalami kenaikan dan mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah. Harga beras di tingkat penggilingan pada Februari 2024 tercatat di level Rp14.274/kg.
“Kondisi ini menjadi pengingat bahwa tanpa cadangan yang cukup dan mekanisme stabilisasi yang kuat, kita bisa menghadapi lonjakan harga yang lebih besar di masa depan,” pungkasnya.
(akr)
Lihat Juga :