Rupiah Keok Lawan Dolar AS, Hari Ini Bertengger di Rp16.501/USD

Jum'at, 21 Maret 2025 - 16:22 WIB
loading...
Rupiah Keok Lawan Dolar...
Nilai tukar (kurs) rupiah pada perdagangan hari ini ditutup melemah 16,5 poin atau 0,10% ke level Rp16.501 per dolar AS setelah sebelumnya terjadi depresiasi. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini ditutup melemah 16,5 poin atau 0,10% ke level Rp16.501 per dolar AS setelah sebelumnya terjadi depresiasi. Pelemahan kurs rupiah juga sejalan dengan sentimen global dan domestik.

Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelemahan rupiah salah satunya dari Dolar pulih dari kerugian pasca-Fed karena pasar semakin yakin bahwa bank sentral akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama tahun ini, bahkan ketika mempertahankan proyeksi pemotongan 50 basis poin pada tahun 2025.

“Pasar terlihat memperkirakan lebih sedikit peluang suku bunga turun dalam waktu dekat, terutama karena Fed tidak mengubah suku bunga minggu ini,” tulis Ibrahim dalam risetnya, Jumat (21/3/2025).



Data klaim pengangguran juga menunjukkan ketahanan di pasar tenaga kerja, yang merupakan salah satu pertimbangan Fed untuk pemotongan suku bunga. Selain itu, para pedagang sebagian besar mengabaikan seruan berulang Presiden AS Donald Trump agar Fed memangkas suku bunga. Trump pada hari Kamis mengatakan "akan sangat bagus" jika Fed segera memangkas suku bunga.

Bank sentral tidak mengisyaratkan niat seperti itu selama pertemuannya baru-baru ini, menandai meningkatnya ketidakpastian atas ekonomi, tarif Trump, dan lintasan inflasi. Fed juga menaikkan perkiraan inflasi 2025 dan memangkas prospek pertumbuhannya.

Departemen Keuangan Amerika Serikat pada hari Kamis mengumumkan sanksi baru terkait Iran, yang untuk pertama kalinya menargetkan kilang minyak independen Tiongkok di antara entitas dan kapal lain yang terlibat dalam memasok minyak mentah Iran ke Tiongkok.

Sanksi tersebut merupakan putaran keempat yang dijatuhkan Washington terhadap Iran sejak Presiden AS Donald Trump pada bulan Februari berjanji untuk memberlakukan kembali kampanye "tekanan maksimum" terhadap Teheran, dengan berjanji untuk menekan ekspor minyak negara tersebut hingga mencapai titik nol.

Dari sentimen domestik, Lembaga pemeringkat internasional Moody’s Investor Service menetapkan peringkat kredit atau sovereign credit rating atau SCR Indonesia pada level Baa2 dengan outlook stabil. Lembaga pemeringkat Moody's menilai ekonomi Indonesia tetap resilien didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang stabil dan solid serta kredibilitas kebijakan moneter dan fiskal yang terjaga.

Moody's menilai bahwa permintaan domestik yang kuat khususnya dari konsumsi rumah tangga dan investasi menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2025 dan 2026. Keberlanjutan kebijakan untuk mendorong daya saing sektor manufaktur dan komoditas juga dinilai berkontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan yang lebih tinggi dan berkelanjutan.

Menurut Moody's, penguatan pada aspek pendapatan pemerintah dan fleksibilitas fiskal, peningkatan pertumbuhan dan daya saing ekonomi, serta pendalaman pasar keuangan turut menjadi faktor-faktor yang akan memberikan peluang peningkatan SCR Indonesia ke depan.



Berdasarkan data diatas, mata uang rupiah untuk perdagangan selanjutnya diprediksi bergerak fluktuatif dan ditutup melemah direntang Rp16.490 - Rp16.550 per dolar AS.

(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Indonesia Gabung New...
Indonesia Gabung New Development Bank BRICS, Prabowo Diskusi dengan Dilma Rousseff
603 Ribu Kendaraan Tinggalkan...
603 Ribu Kendaraan Tinggalkan Jabotabek dari 4 Gerbang Tol Jasa Marga
Bank Mandiri Rombak...
Bank Mandiri Rombak Jajaran Direksi dan Komisaris, Ini Susunan Manajemen Terbaru
Rupiah Hari Ini Ditutup...
Rupiah Hari Ini Ditutup Makin Parah Jadi Rp16.611/USD
Rupiah Jatuh ke Titik...
Rupiah Jatuh ke Titik Terlemah, Tersandera Sentimen Global dan Domestik
Rupiah Jeblok ke Level...
Rupiah Jeblok ke Level Terendah Sejak Krisis 1998
India Terang-terangan...
India Terang-terangan ke BRICS: Kami Tidak Akan Campakkan Dolar AS
THR Kripto, Rayakan...
THR Kripto, Rayakan Lebaran dengan Cara Baru
453 Kapal PTK Kawal...
453 Kapal PTK Kawal Kelancaran Angkutan BBM dan LPG Ramadan-Idulfitri
Rekomendasi
Isyana Sarasvati Rasakan...
Isyana Sarasvati Rasakan Atmosfer GBK: Gak akan Aku Lupakan
Rusia dan AS Sepakati...
Rusia dan AS Sepakati Daftar Fasilitas Energi untuk Gencatan Senjata dengan Ukraina
Cerita Pemudik dari...
Cerita Pemudik dari Tangerang Tempuh Waktu 12 Jam Mudik ke Lampung via Pelabuhan Ciwandan
Berita Terkini
Konten MSIN Terdepan:...
Konten MSIN Terdepan: Dominasi TV FTA, TV Berbayar, dan Streaming OTT
17 menit yang lalu
Harga Emas Antam Terus...
Harga Emas Antam Terus Menjulang, Hari Ini Naik Rp10.000 per Gram
1 jam yang lalu
DJP Hapus Sanksi Terlambat...
DJP Hapus Sanksi Terlambat Bayar Pajak dan Lapor SPT Tahunan
2 jam yang lalu
Warga Kanada Boikot...
Warga Kanada Boikot Liburan ke AS, Ekonomi Amerika Bisa Tekor Rp33 Triliun
3 jam yang lalu
Pertamina Patra Niaga...
Pertamina Patra Niaga Gelar Santunan untuk Anak-anak Yatim
11 jam yang lalu
Park Hyatt Jakarta dan...
Park Hyatt Jakarta dan MNC Peduli Berbagi Kebahagiaan Ramadan Bersama Anak Yatim
11 jam yang lalu
Infografis
Jerman Khawatir Bom...
Jerman Khawatir Bom Nuklir AS Tak Bela NATO saat Perang Lawan Rusia
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved