China Uji Coba Mata Uang Digital di Bulan Ini

Minggu, 03 Mei 2020 - 14:26 WIB
loading...
China Uji Coba Mata Uang Digital di Bulan Ini
China uji coba mata uang digital di bulan Mei 2020 ini. Foto/South China Morning Post
A A A
BEIJING - Persaingan Republik Rakyat China dengan Amerika Serikat kian sengit. Konsultan manajemen multinasional, McKinsey mengabarkan China ingin mendominasi lanskap digital di dunia, mengalahkan seterunya AS. Ya, abad sekarang adalah abad digital, menguasai teknologi digital merupakan syarat utama menjadi kekuatan nomor wahid di dunia.

China pun berambisi menjadi yang teratas di bidang Artificial Intelligence (AI), teknologi otonom, Internet of Thing (IoT), dan mata uang digital sebagai alat pembayaran masa mendatang. Melansir dari Irish Tech News pada 30 April 2020, Negeri Tirai Bambu bersiap menguji coba mata uang digital yuan di bulan Mei ini.

Bukan tanpa sebab China meluncurkan mata uang digital. Menurut McKinsey, manufaktur China menyumbang 28% dariproduksi dunia, 10% lebih tinggi dari AS. Selain itu, pada 2019, China menyumbang 40% dari transaksi e-commerce, naik 1% dari tahun 2018. Karena itu, mereka ingin perdagangan mereka menggunakan mata uang digital buatan sendiri.

Melansir dari The Guardian, 30 April, Pemerintah China akan menguji coba pembayaran mata uang digital mereka di empat kota besar: Shenzhen, Suzhou, Chengdu, dan kota baru Xiong'an di selatan Beijing. Uji coba ini sebagai persiapan Olimpiade Musim Dingin 2022 di Beijing.

China Daily mengabarkan sistem mata uang digital ini sudah resmi diadopsi ke dalam sistem moneter kota-kota tersebut, dan beberapa pegawai negeri akan menerima gaji dalam mata uang digital mulai bulan Mei ini.

Untuk kota Suzhou, mata uang digital ini akan dipakai untuk transaksi transportasi. Adapun di kota Xiong'an, difokuskan pada pembelian makanan dan minuman, serta transaksi ritel.

Bahkan jaringan restoran cepat saji asal Amerika Serikat, McDonald dan Starbucks yang beroperasi di China telah setuju untuk menggunakan mata uang digital resmi dari pemerintah China. Namun, keduanya enggan memberi komentar kepada The Guardian.

Peluncuran dan uji coba mata uang digital ini juga untuk memutus rantai penyebaran virus corona (Covid-19) di China. Pasalnya, virus jahanam tersebut dapat menular melalui mata uang kertas dan koin yang muncul dalam beberapa kasus di dunia.

Sejatinya, platform pembayaran digital sudah beredar di China seperti Alipay milik Alibaba Group dan WeChat Pay dari Tencent. Namun mata uang digital ini resmi dikeluarkan oleh negara. Dan China menjadi negara pertama yang resmi mengeluarkan mata uang digital.

Profesor di Universitas Peking Xu Yuan menjelaskan penggunaan mata uang digital ini akan menguntungkan China, karena transaksi tunai bersifat offline dan data transaksi tidak dapat dimonitor secara real time oleh bank.

"Meskipun ada sedikit perubahan perilaku masyarakat, namun dari perspektif pengawasan bank sentral, (mata uang digital) ini sangat tepat sebagai masa depan untuk keuangan, pembayaran, tata kelola bisnis dan sosial. Ini adalah hal terbesar yang pernah ada," katanya kepada China Daily.

Bank sentral China, People's Bank of China (PBOC) mengatakan pengembangan mata uang digital ini telah dilakukan sejak beberapa tahun terakhir dan terus menunjukkan "kemajuan", baik desain dan keamanan.

Gubernur People's Bank of China, Yi Gang, mengatakan mata uang digital sebagai bentuk kedaulatan China dan juga alternatif pembiayaan selain dolar Amerika Serikat. "Mata uang digital China ini sebagai bentuk kedaulatan dan salah satu cara untuk menghindari dampak dari gangguan atau sanksi dari negara lain," ujarnya tanpa menyebut nama negara seterunya.

Yi Gang menambahkan mata uang digital China ini juga dapat memfasilitasi dan berintegrasi ke dalam mata uang yang diperdagangkan secara global.

Cara Mata Uang Digital China Bekerja
Mengutip dari Abacus, media kolaborasi South China Morning Post dan Alibaba Group, pemerintah China menyatakan mata uang digital yuan tidak berbeda dengan aplikasi pembayaran digital yang populer di telepon seluler, seperti Alipay, Apple Pay bahkan Google Pay.

Peneliti dari National Institution for Finance and Development, Dong Ximiao, mengatakan mata uang digital ini telah lama ditunggu-tunggu. Transaksinya dapat dilakukan melalui NFC (Near Field Communication), teknologi yang diciptakan dengan mendekatkan atau menempelkan dua perangkat telepon seluler. "Jadi mata uang ini dapat dengan mudah digunakan tanpa internet," kata Dong.

Pengguna cukup melakukan transaksi atau pembayaran dengan membawa ponsel masing-masing dan mendekatkan perangkat mereka satu sama lain. Cara kerja ini mirip dengan dompet digital.

Pengguna juga dapat menukar uang tunai mereka di rekening bank dan mengkonversinya ke bentuk mata uang digital. Kemudian disimpan dalam dompet elektronik. Salah satu bank milik pemerintah China, The Agricultural Bank of China telah melakukan sistem ini.

Selain dengan NFC, mata uang digital China ini juga memakai sistem QR Code, sebagaimana metode pembayaran mata uang digital lainnya seperti Alipay dan WeChat Pay, yang telah banyak digunakan di China.

Karena dikeluarkan resmi oleh pemerintah China dan dikendalikan oleh bank sentral China, POBC, mata uang digital ini berbeda dengan mata uang digital yang beroperasi di blockchain, seperti bitcoin atau Libra besutan Facebook.

South China Morning Post pada Minggu (3/5/2020), menulis nilai kapitalisasi mata uang digital China diprediksi mencapai 1 triliun yuan atau setara USD140 miliar. Jumlah tersebut ekuivalen dengan seperdelapan dari kas China. Sebagai perbandingan, total kapitalisasi pasar mata uang kripto, termasuk bitcoin, mencapai USD200 miliar.
(bon)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2823 seconds (0.1#10.140)