PSBB Jilid II Jakarta Direspons Positif, IHSG Menguat Nyaris 3%

Selasa, 15 September 2020 - 09:15 WIB
loading...
PSBB Jilid II Jakarta...
Pelaku pasar langsung merespons positif kebijakan PSBB jilid II di wilayah DKI Jakarta. Hal ini ditandai dengan pergerakan IHSG yang menguat nyaris 3%. Foto/Koran SINDO/Yorri Farli
A A A
JAKARTA - Pelaku pasar langsung merespons positif kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) jilid II di wilayah DKI Jakarta. Hal ini ditandai dengan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang menguat nyaris 3%.

IHSG dan nilai tukar rupiah berhasil menguat pada penerapan hari pertama kebijakan PSBB jilid II di Ibu Kota. Nilai tukar rupiah ditutup menguat 10 poin di level Rp14.880 per dolar Amerika Serikat (USD) dari penutupan sebelumnya di Rp14.934 per USD. Sementara indeks ditutup pada level 5.161, yang naik 145,11 poin atau 2,89%. (Baca: Berikut Sebaran Penambahan Kasus Corona di 34 Provinsi)

Chief Economist TanamDuit Ferry Latuhihin mengatakan, pasar memiliki karakter yang selalu menanggapi berita negatif dengan reaksi yang berlebihan atau overreaction. Menurutnya, ini bisa disebabkan praktik “leverage” atau para investor yang bertransaksi dengan margin yang tinggi, sehingga mereka harus segera cut loss ketika market mendapatkan berita buruk.

“Aksi jual sejak kickoff awal ini yang kemudian menyebar, lalu diikuti oleh pelaku pasar yang lain. Secara ekonomi, ini dijelaskan oleh Keynes sebagai kondisi emosi, 'animal spirits', yang dipicu oleh ketakutan atau fear,” ujar Ferry di Jakarta kemarin.

Karena itu, dia menyarankan agar pelaku pasar melakukan buy justru saat pasar tengah jebol. Menurutnya, saat market dicekam rasa takut, saat itulah yang tepat untuk masuk ke market. Ini sesuai dengan prinsip selalu ada peluang dalam tantangan atau “tragedy is a blessing in disguise”.

Ferry mencontohkan di Wall Street, justru banyak pengelola investasi atau hedge fund yang masuk ke market dengan leverage yang sangat tinggi. Karena itu, Wall Street selalu berada dalam ketidakseimbangan atau disequilibrium. “Selalu overshooting, baik ke atas maupun ke bawah,” jelasnya.

Dirinya optimistis IHSG masih berpeluang ke level 6.000 akhir tahun ini, karena mempertimbangkan daily return memiliki distribusi probabilitas yang disebut Chi-Square dengan degree of freedom di atas 10. Artinya the mass of the distribution berada di sebelah kanan mediannya. “Jadi saran saya kepada pelaku pasar, buy dan hold,” terang dia. (Baca juga: Sunan Giri Pendakwah Pertama di Bumi Kalimantan)

Pada penutupan perdagangan kemarin, terdapat 357 saham yang menguat, 115 saham melemah, dan 135 saham stagnan. Transaksi perdagangan mencapai Rp9,7 triliun dari 14,2 miliar lembar saham yang diperdagangkan.

Indeks LQ45 naik 26,80 poin atau 3,44% ke 805,11, indeks JII naik 14,26 poin atau 2,67% ke 547,49, indeks IDX30 naik 14,53 poin atau 3,41% ke 441,16 dan indeks MNC36 naik 9,06 poin atau 3,22% ke 290,60.

Sementara itu, saham-saham yang masuk top gainers yaitu PT Sky Energy Indonesia Tbk (JSKY) naik Rp44 atau 26,19% ke Rp212, saham PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (AGRO) naik Rp40 atau 12,58% ke Rp358, dan saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) naik Rp85 atau 11,64% ke Rp815.

Adapun saham-saham yang masuk top losers antara lain PT Dewata Freight International Tbk (DEAL) turun Rp8 atau 6,96% ke Rp107, PT Rocfield Properti Indonesia Tbk (ROCK) turun Rp145 atau 6,94% ke Rp1.945, dan saham PT Kobexindo Tractors Tbk (KOBX) turun Rp8 atau 6,56% ke Rp114.

Chief Economist BNI Sekuritas Damhuri Nasution menilai PSBB jilid II yang semula diperkirakan persis sama dengan PSBB jilid I, ternyata tidak demikian. Dalam hal ini, PSBB jilid II cenderung lebih longgar. Usaha-usaha yang nonesensial termasuk pusat perbelanjaan, boleh tetap buka dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. (Baca juga: Kenali Gejala Kanker Payudara Sejak Dini)

“Dengan demikian, dampak ke pertumbuhan ekonomi tidak seburuk yang diperkirakan semula, sehingga pelaku pasar kembali memburu saham-saham yang dinilai prospektif,” jelas Damhuri.

Ada sentimen lain yang juga datang dari aksi jual saham-saham teknologi di pasar global yang sudah mulai mereda. Kedua hal ini menurutnya yang membuat pasar saham Indonesia kembali mencatat kenaikan yang sangat signifikan.

Penguatan IHSG kemarin berbanding terbalik saat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan secara tiba-tiba mengumumkan kebijakan “gas dan rem” pada pekan lalu. Akibatnya, indeks berakhir anjlok 257,92 poin atau 5,01% ke level 4.891,46 pada penutupan perdagangan di pasar modal Kamis (10/9/2020) kemarin.

Pelemahan indeks akibat dampak dari kebijakan tersebut bahkan sempat dikritisi oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. “Beberapa hal yang kita lihat sudah menampakkan hasil positif, berdasarkan indeks sampai dengan kemarin, karena hari ini indeks masih ada ketidakpastian karena announcement Gubernur DKI (Anies Baswedan) tadi malam sehingga indeks tadi pagi sudah di bawah 5.000,” ungkap Airlangga dalam diskusi virtual di Jakarta, Kamis (10/9/2020). (Baca juga: Frank Lampard Yakin Chelsea Musim Ini Makin Tangguh)

Menurutnya, kebijakan “gas dan rem” oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memang harus dilakukan dalam kondisi saat ini. Namun, bila rem dilakukan secara mendadak, akan berpengaruh pada faktor ekonomi nasional sebab ekonomi tidak saja dibangun dari faktor fundamental, tapi juga dari sisi sentimen capital market.

“Kalau digas mendadak, itu tentu kita harus menjaga kepercayaan confidence dari publik karena ekonomi tidak semua dari faktor fundamental, tapi juga adanya sentimen, terutama di sektor capital market,” tegasnya.

Secara terpisah pengamat kebijakan publik Eman Sulaeman Nasim menilai para menteri dan pejabat publik di tingkat pusat sebaiknya mendukung keputusan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang memberlakukan kembali PSBB secara ketat sebab hal ini telah sesuai dengan arahan Presiden RI Joko Widodo untuk lebih memprioritaskan perlindungan kesehatan dan nyawa rakyat dari paparan Covid-19 daripada mendahulukan kepentingan dan pertumbuhan ekonomi.

“Harusnya semua pihak termasuk para pejabat di pemerintah pusat mendukung dan menyukseskannya. Apalagi, kebijakan dan keputusan gubernur tersebut sesuai garis besar kebijakan Presiden Jokowi serta sudah melalui koordinasi dengan pemerintah pusat,” kata Eman. (Lihat videonya: DKI Jakarta Kembali Berlakukan PSBB Jilid II Mulai Hari Ini)

Selain membuat gaduh, hal ini juga membingungkan masyarakat. Seharusnya para menteri bisa mengajak gubernur duduk bersama, berdiskusi menanyakan alasan mengapa PSBB ketat dikeluarkan. Sebaliknya, pejabat publik itu juga dapat menyampaikan keberatan-keberatan beserta alasan yang masuk akal kepada gubernur. (Hafid Fuad/Aditya Pratama)
(ysw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1009 seconds (0.1#10.140)