ADB: Ketidakpastian Besar, Ekonomi Indonesia 2020 Akan Terkontraksi 1%
loading...
A
A
A
JAKARTA - Perekonomian Indonesia diperkirakan akan mengalami kontraksi 1,0% tahun ini di tengah pandemi penyakit virus corona (Covid-19), sebelum naik kembali ke tingkat pertumbuhan 5,3% pada tahun 2021, demikian menurut laporan baru dari Asian Development Bank (ADB) .
Asian Development Outlook (ADO) 2020 Update menyebutkan bahwa pemulihan ekonomi Indonesia tahun depan akan didukung oleh perekonomian global dan reformasi domestik yang meningkatkan investasi.
Kontraksi tahun ini, yang merupakan kemerosotan perekonomian Indonesia yang pertama sejak krisis keuangan Asia tahun 1997–1998, terjadi di tengah proyeksi pertumbuhan negatif secara keseluruhan di kawasan Asia yang sedang berkembang, termasuk Malaysia (-5,0%), Filipina (-7,3%), dan Thailand (-8,0%). (Baca juga: Indonesia Paling Agresif Soal Urusan Berburu Vaksin Covid-19 )
“Meskipun memiliki fundamental makroekonomi yang kuat, Indonesia diperkirakan akan menghadapi jalur pertumbuhan yang sulit sampai dengan akhir tahun 2020, mengingat besarnya ketidakpastian dalam cakupan dan tren pandemi di Indonesia,” kata Direktur ADB untuk Indonesia Winfried Wicklein, di Jakarta, Selasa (15/9/2020).
Ke depannya, prioritas kebijakan yang konsisten dan terkoordinasi, disertai keseimbangan antara perlindungan nyawa dan mata pencaharian, serta memulai kembali kegiatan usaha secara aman, tetaplah penting guna memastikan pemulihan yang cepat dan inklusif.
Konsumsi Indonesia mengalami kontraksi pada paruh pertama tahun 2020, seiring pemotongan belanja oleh rumah tangga dan penundaan investasi oleh dunia usaha. Permintaan terhadap ekspor Indonesia ikut merosot seiring diberlakukannya karantina wilayah di seluruh dunia.
Pemerintah merespons dengan kebijakan yang luas guna mengurangi dampak pandemi, termasuk dukungan penghasilan bagi rumah tangga dan pekerja yang rentan, peningkatan perawatan kesehatan, serta bantuan ekonomi bagi dunia usaha.
Laporan ADB ini memperkirakan belanja rumah tangga masih akan tetap rendah dalam waktu dekat, mengingat pembatasan sosial yang dilaksanakan guna mengendalikan penyebaran virus. Karena permintaan global dan domestik akan tetap lemah pada 2020, kegiatan perdagangan dan investasi pun akan tetap rendah.
Namun, laporan ini memproyeksikan pemulihan yang cepat, dengan permintaan domestik yang tadinya tertahan mampu mendongkrak indeks manajer pembelian di bidang manufaktur hingga melampaui ambang batas 50 pada bulan Agustus. Keyakinan juga semestinya ikut naik seiring bantuan pembiayaan dari pemerintah untuk investasi dan operasi usaha. (Baca juga: Alibaba Guyur Grab Rp44,5 Triliun )
Lemahnya permintaan domestik dalam jangka waktu dekat menyebabkan prakiraan inflasi Indonesia tahun ini diturunkan menjadi rata-rata 2,0%, turun dari 3,0% yang disebutkan ADB dalam prakiraan April.
Asian Development Outlook (ADO) 2020 Update menyebutkan bahwa pemulihan ekonomi Indonesia tahun depan akan didukung oleh perekonomian global dan reformasi domestik yang meningkatkan investasi.
Kontraksi tahun ini, yang merupakan kemerosotan perekonomian Indonesia yang pertama sejak krisis keuangan Asia tahun 1997–1998, terjadi di tengah proyeksi pertumbuhan negatif secara keseluruhan di kawasan Asia yang sedang berkembang, termasuk Malaysia (-5,0%), Filipina (-7,3%), dan Thailand (-8,0%). (Baca juga: Indonesia Paling Agresif Soal Urusan Berburu Vaksin Covid-19 )
“Meskipun memiliki fundamental makroekonomi yang kuat, Indonesia diperkirakan akan menghadapi jalur pertumbuhan yang sulit sampai dengan akhir tahun 2020, mengingat besarnya ketidakpastian dalam cakupan dan tren pandemi di Indonesia,” kata Direktur ADB untuk Indonesia Winfried Wicklein, di Jakarta, Selasa (15/9/2020).
Ke depannya, prioritas kebijakan yang konsisten dan terkoordinasi, disertai keseimbangan antara perlindungan nyawa dan mata pencaharian, serta memulai kembali kegiatan usaha secara aman, tetaplah penting guna memastikan pemulihan yang cepat dan inklusif.
Konsumsi Indonesia mengalami kontraksi pada paruh pertama tahun 2020, seiring pemotongan belanja oleh rumah tangga dan penundaan investasi oleh dunia usaha. Permintaan terhadap ekspor Indonesia ikut merosot seiring diberlakukannya karantina wilayah di seluruh dunia.
Pemerintah merespons dengan kebijakan yang luas guna mengurangi dampak pandemi, termasuk dukungan penghasilan bagi rumah tangga dan pekerja yang rentan, peningkatan perawatan kesehatan, serta bantuan ekonomi bagi dunia usaha.
Laporan ADB ini memperkirakan belanja rumah tangga masih akan tetap rendah dalam waktu dekat, mengingat pembatasan sosial yang dilaksanakan guna mengendalikan penyebaran virus. Karena permintaan global dan domestik akan tetap lemah pada 2020, kegiatan perdagangan dan investasi pun akan tetap rendah.
Namun, laporan ini memproyeksikan pemulihan yang cepat, dengan permintaan domestik yang tadinya tertahan mampu mendongkrak indeks manajer pembelian di bidang manufaktur hingga melampaui ambang batas 50 pada bulan Agustus. Keyakinan juga semestinya ikut naik seiring bantuan pembiayaan dari pemerintah untuk investasi dan operasi usaha. (Baca juga: Alibaba Guyur Grab Rp44,5 Triliun )
Lemahnya permintaan domestik dalam jangka waktu dekat menyebabkan prakiraan inflasi Indonesia tahun ini diturunkan menjadi rata-rata 2,0%, turun dari 3,0% yang disebutkan ADB dalam prakiraan April.