WTO Putuskan AS Bersalah dalam Perang Dagang, Washington Ngamuk
loading...
A
A
A
JENEWA - Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada Selasa (15/9) lalu memutuskan Amerika Serikat (AS) melanggar aturan perdagangan global dengan memberlakukan tarif miliaran dolar dalam perang dagang versus China. Tak pelak, keputusan itu memicu kemarahan dari Washington.
Pemerintahan Trump menyatakan bahwa tarif yang diberlakukan dua tahun lalu pada lebih dari USD200 miliar barang-barang asal China bisa dibenarkan. Alasannya, Negeri Panda itu dituding telah mencuri kekayaan intelektual dan memaksa perusahaan AS untuk mentransfer teknologi demi mendapat akses ke pasar China.
(Baca Juga: Perang Dagang Amerika-China Dinilai Untungkan Industri Manufaktur Dalam Negeri)
Akan tetapi panel beranggotakan tiga orang yang dibentuk WTO menyatakan bea masuk AS melanggar aturan perdagangan, karena hanya berlaku untuk China. Selain itu, tarif yang dikenakan di atas tarif maksimum yang disepakati oleh Amerika Serikat. Washington juga dinilai tidak cukup menjelaskan mengapa tindakannya merupakan pengecualian yang bisa dibenarkan.
Keputusan WTO tersebut langsung ditanggapi keras oleh pemerintahan Trump. "Laporan panel ini menegaskan apa yang telah dikatakan pemerintahan Trump selama empat tahun: WTO sama sekali tidak memadai untuk menghentikan praktik teknologi berbahaya China," kata Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer yang dikutip Reuters, Rabu (16/9/2020).
Sementara, Kementerian Perdagangan China menyatakan Beijing mendukung sistem perdagangan multilateral dan menghormati aturan dan putusan WTO. China juga berharap Washington akan melakukan hal yang sama.
Namun demikian, keputusan tersebut dinilai hanya akan berdampak kecil pada kebijakan tarif AS. Ini juga hanya menjadi awal dari proses hukum yang dapat memakan waktu bertahun-tahun, yang pada akhirnya mengarah pada persetujuan WTO untuk membolehkan adanya tindakan balasan, yang mana telah diambil oleh China dalam perang dagang ini.
Amerika Serikat kemungkinan akan mengajukan banding atas keputusan itu. Namun, hal itu akan membuat kasus tersebut menjadi batal hukum, karena Washington telah memblokir penunjukan hakim ke badan banding WTO, mencegahnya mengumpulkan jumlah minimum yang diperlukan untuk menyidangkan kasus.
Sementara, Panel WTO diyakini menyadari bahwa lembaga tersebut sedang melangkah ke dalam air panas. WTO mencatat bahwa mereka hanya melihat ke dalam tindakan AS dan bukan pembalasan China, yang tidak ditentang oleh Washington di WTO.
"Panel sangat menyadari konteks yang lebih luas di mana sistem WTO saat ini beroperasi, yang mencerminkan serangkaian ketegangan perdagangan global yang belum pernah terjadi sebelumnya," tulis laporan sebanyak 66 halaman tersebut.
Panel merekomendasikan Amerika Serikat untuk mengambil tindakan sesuai dengan kewajibannya, tetapi juga mendorong kedua belah pihak untuk bekerja untuk menyelesaikan sengketa secara keseluruhan. "Waktu tersedia bagi para pihak untuk mengambil keputusan saat proses berkembang dan lebih lanjut mempertimbangkan peluang untuk solusi yang disepakati bersama dan memuaskan," ungkapnya.
Selama perang perdagangan dua tahun dengan Beijing, Trump mengancam pengenaan tarif pada hampir semua impor asal China - lebih dari USD500 miliar - sebelum kedua negara menandatangani kesepakatan perdagangan Fase 1 Januari lalu. Data Bea Cukai AS menunjukkan, tarif tambahan masih berlaku untuk barang-barang China senilai sekitar USD370 miliar, dan bea masuk USD62,16 miliar telah dikumpulkan sejak Juli 2018.
Diketahui, Trump kerap menggambarkan WTO sebagai "mengerikan" dan bias terhadap China, dan sering mengancam untuk mundur. Ketika meninggalkan Gedung Putih untuk kampanye-kampanye, Trump mengatakan bahwa dia harus melakukan sesuatu tentang WTO karena lembaga itu menurutnya telah membiarkan China lolos dari kejahatan besar tanpa hukuman.
(Baca Juga: Kandidat Ketua WTO dari Saudi: WTO Perlu Kepemimpinan dan Reformasi)
Trump mengatakan bahwa dirinya perlu melihat lebih lanjut pada putusan tersebut. Akan tetapi, orang nomor satu AS itu menambahkan bahwa dirinya bukan penggemar berat WTO, dan mungkin keputusan lembaga itu sangat membantu pemerintahannya untuk membuat keputusan baru.
Mantan pejabat USTR yang membantu menulis laporan penting tentang pelanggaran kekayaan intelektual China yang mendahului tarif Trump Margaret Cekuta mengatakan, keputusan itu bisa memicu keputusan pemerintahan Trump untuk meninggalkan WTO atau mendukung argumen AS guna mereformasi badan perdagangan berusia 25 tahun tersebut.
"Ini menjadi amunisi bagi pemerintahan (Trump) untuk mengatakan WTO sudah ketinggalan zaman. Jika mereka tidak dapat memutuskan tentang hak kekayaan intelektual, lalu bagaimana posisi mereka dalam perekonomian yang lebih luas ke depan?" kata Cekuta.
Sebagai informasi, Trump yang mengkritik lembaga multilateral, telah keluar dari organisasi budaya PBB, UNESCO, dan juga berencana untuk meninggalkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Pemerintahan Trump menyatakan bahwa tarif yang diberlakukan dua tahun lalu pada lebih dari USD200 miliar barang-barang asal China bisa dibenarkan. Alasannya, Negeri Panda itu dituding telah mencuri kekayaan intelektual dan memaksa perusahaan AS untuk mentransfer teknologi demi mendapat akses ke pasar China.
(Baca Juga: Perang Dagang Amerika-China Dinilai Untungkan Industri Manufaktur Dalam Negeri)
Akan tetapi panel beranggotakan tiga orang yang dibentuk WTO menyatakan bea masuk AS melanggar aturan perdagangan, karena hanya berlaku untuk China. Selain itu, tarif yang dikenakan di atas tarif maksimum yang disepakati oleh Amerika Serikat. Washington juga dinilai tidak cukup menjelaskan mengapa tindakannya merupakan pengecualian yang bisa dibenarkan.
Keputusan WTO tersebut langsung ditanggapi keras oleh pemerintahan Trump. "Laporan panel ini menegaskan apa yang telah dikatakan pemerintahan Trump selama empat tahun: WTO sama sekali tidak memadai untuk menghentikan praktik teknologi berbahaya China," kata Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer yang dikutip Reuters, Rabu (16/9/2020).
Sementara, Kementerian Perdagangan China menyatakan Beijing mendukung sistem perdagangan multilateral dan menghormati aturan dan putusan WTO. China juga berharap Washington akan melakukan hal yang sama.
Namun demikian, keputusan tersebut dinilai hanya akan berdampak kecil pada kebijakan tarif AS. Ini juga hanya menjadi awal dari proses hukum yang dapat memakan waktu bertahun-tahun, yang pada akhirnya mengarah pada persetujuan WTO untuk membolehkan adanya tindakan balasan, yang mana telah diambil oleh China dalam perang dagang ini.
Amerika Serikat kemungkinan akan mengajukan banding atas keputusan itu. Namun, hal itu akan membuat kasus tersebut menjadi batal hukum, karena Washington telah memblokir penunjukan hakim ke badan banding WTO, mencegahnya mengumpulkan jumlah minimum yang diperlukan untuk menyidangkan kasus.
Sementara, Panel WTO diyakini menyadari bahwa lembaga tersebut sedang melangkah ke dalam air panas. WTO mencatat bahwa mereka hanya melihat ke dalam tindakan AS dan bukan pembalasan China, yang tidak ditentang oleh Washington di WTO.
"Panel sangat menyadari konteks yang lebih luas di mana sistem WTO saat ini beroperasi, yang mencerminkan serangkaian ketegangan perdagangan global yang belum pernah terjadi sebelumnya," tulis laporan sebanyak 66 halaman tersebut.
Panel merekomendasikan Amerika Serikat untuk mengambil tindakan sesuai dengan kewajibannya, tetapi juga mendorong kedua belah pihak untuk bekerja untuk menyelesaikan sengketa secara keseluruhan. "Waktu tersedia bagi para pihak untuk mengambil keputusan saat proses berkembang dan lebih lanjut mempertimbangkan peluang untuk solusi yang disepakati bersama dan memuaskan," ungkapnya.
Selama perang perdagangan dua tahun dengan Beijing, Trump mengancam pengenaan tarif pada hampir semua impor asal China - lebih dari USD500 miliar - sebelum kedua negara menandatangani kesepakatan perdagangan Fase 1 Januari lalu. Data Bea Cukai AS menunjukkan, tarif tambahan masih berlaku untuk barang-barang China senilai sekitar USD370 miliar, dan bea masuk USD62,16 miliar telah dikumpulkan sejak Juli 2018.
Diketahui, Trump kerap menggambarkan WTO sebagai "mengerikan" dan bias terhadap China, dan sering mengancam untuk mundur. Ketika meninggalkan Gedung Putih untuk kampanye-kampanye, Trump mengatakan bahwa dia harus melakukan sesuatu tentang WTO karena lembaga itu menurutnya telah membiarkan China lolos dari kejahatan besar tanpa hukuman.
(Baca Juga: Kandidat Ketua WTO dari Saudi: WTO Perlu Kepemimpinan dan Reformasi)
Trump mengatakan bahwa dirinya perlu melihat lebih lanjut pada putusan tersebut. Akan tetapi, orang nomor satu AS itu menambahkan bahwa dirinya bukan penggemar berat WTO, dan mungkin keputusan lembaga itu sangat membantu pemerintahannya untuk membuat keputusan baru.
Mantan pejabat USTR yang membantu menulis laporan penting tentang pelanggaran kekayaan intelektual China yang mendahului tarif Trump Margaret Cekuta mengatakan, keputusan itu bisa memicu keputusan pemerintahan Trump untuk meninggalkan WTO atau mendukung argumen AS guna mereformasi badan perdagangan berusia 25 tahun tersebut.
"Ini menjadi amunisi bagi pemerintahan (Trump) untuk mengatakan WTO sudah ketinggalan zaman. Jika mereka tidak dapat memutuskan tentang hak kekayaan intelektual, lalu bagaimana posisi mereka dalam perekonomian yang lebih luas ke depan?" kata Cekuta.
Sebagai informasi, Trump yang mengkritik lembaga multilateral, telah keluar dari organisasi budaya PBB, UNESCO, dan juga berencana untuk meninggalkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
(fai)