Perekonomian di Pantura Jawa Kian Moncer
loading...
A
A
A
JAKARTA - Perekonomian di sepanjang pantai utara Pulau Jawa (pantura) dalam beberapa tahun ke depan diyakini kian menggeliat. Infrastruktur yang relatif lebih lengkap menjadi daya tarik tersendiri bagi investor untuk menanamkan modalnya di lokasi ini.
Ya, Jawa tetap menjadi magnet bagi pemilik modal. Setidaknya hal ini tercermin dari realisasi investasi asing pada kuartal II/2020. Data Badan Pusat Statistik menyebutkan pada periode tersebut Provinsi Jawa Barat (Jabar) berada di urutan pertama dengan nilai investasi sebesar USD1.352,2 juta, disusul DKI Jakarta USD847,1 juta, dan Jawa Timur sebesar USD535,6 juta. (Baca: Umur, Sebuah Nikmat yang Akan Ditanya Tentangnya)
Jawa Tengah pada periode ini berada di posisi kedelapan dengan nilai investasi sebesar USD305 juta di bawah Sulawesi Tengah, Banten, Kepulauan Riau, serta Sulawesi Tenggara. Namun, dari sisi jumlah proyek yang dikerjakan investor mencapai 841, jauh di atas Sulawesi Tengah yang hanya 123 proyek, Kepulauan Riau 394 proyek, dan Sulawesi Tenggara 47 proyek.
Keberadaan Tol Trans Jawa menjadikan pantura kian prospektif bagi industri berorientasi ekspor. “Kita sudah beberapa kali menyampaikan bahwa pantai utara Jawa yang sudah tersambungkan dengan jalan tol, harus menjadi super koridor ekonomi kita karena fasilitas-fasilitas infrastruktur sudah relatif lebih siap,” kata Presiden Joko Widodo saat membuka rapat terbatas secara virtual di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, kemarin.
Menurut Jokowi, untuk menjadikan pantura sebagai kawasan pusat industri, dibutuhkan akses pelabuhan internasional yang langsung terhubung dengan tol Trans-Jawa. Sebab itu, dia menekankan bahwa percepatan pembangunan Pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat harus segera dilakukan.
Keberadaan Pelabuhan Patimban akan menciptakan segitiga kawasan pertumbuhan ekonomi dengan Bandara Internasional Kertajati dan kawasan industri di Bekasi, Karawang, serta Purwakarta.
Dengan terhubungnya tiga wilayah tersebut, Jokowi meyakini komoditas ekspor dari Indonesia memiliki harga yang bisa bersaing dengan produk internasional karena ada efisiensi logistik. (Baca juga: Kasus Corona Capai 4.000 per Hari, IDI Berikan Dua Solusi)
“Pelabuhan Patimban ini memiliki peran yang penting dan strategis dalam pertumbuhan dan perdagangan di wilayah Jawa Barat dan dikembangkan saling mengisi dengan Tanjung Priok secara komplementer,” lanjut Jokowi.
Sebagai informasi, pembangunan Pelabuhan Patimban dilaksanakan dalam tiga tahap. Tahap pertama, Pelabuhan Patimban direncanakan akan dapat melayani 3,75 juta peti kemas (TEUS). Tahap kedua, kapasitas pelayanan akan meningkat menjadi 5,5 juta TEUS, dan pada tahap ketiga akan meningkat kembali hingga 7 juta TEUS (ultimate).
Secara umum Pelabuhan Patimban akan melayani jenis muatan peti kemas dan kendaraan bermotor (car terminal) yang diangkut menggunakan kapal-kapal berukuran besar. Car terminal ini akan memiliki kapasitas tampung hingga 600.000 kendaraan per tahun pada kondisi ultimate alias sudah rampung semuanya.
Ya, Jawa tetap menjadi magnet bagi pemilik modal. Setidaknya hal ini tercermin dari realisasi investasi asing pada kuartal II/2020. Data Badan Pusat Statistik menyebutkan pada periode tersebut Provinsi Jawa Barat (Jabar) berada di urutan pertama dengan nilai investasi sebesar USD1.352,2 juta, disusul DKI Jakarta USD847,1 juta, dan Jawa Timur sebesar USD535,6 juta. (Baca: Umur, Sebuah Nikmat yang Akan Ditanya Tentangnya)
Jawa Tengah pada periode ini berada di posisi kedelapan dengan nilai investasi sebesar USD305 juta di bawah Sulawesi Tengah, Banten, Kepulauan Riau, serta Sulawesi Tenggara. Namun, dari sisi jumlah proyek yang dikerjakan investor mencapai 841, jauh di atas Sulawesi Tengah yang hanya 123 proyek, Kepulauan Riau 394 proyek, dan Sulawesi Tenggara 47 proyek.
Keberadaan Tol Trans Jawa menjadikan pantura kian prospektif bagi industri berorientasi ekspor. “Kita sudah beberapa kali menyampaikan bahwa pantai utara Jawa yang sudah tersambungkan dengan jalan tol, harus menjadi super koridor ekonomi kita karena fasilitas-fasilitas infrastruktur sudah relatif lebih siap,” kata Presiden Joko Widodo saat membuka rapat terbatas secara virtual di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, kemarin.
Menurut Jokowi, untuk menjadikan pantura sebagai kawasan pusat industri, dibutuhkan akses pelabuhan internasional yang langsung terhubung dengan tol Trans-Jawa. Sebab itu, dia menekankan bahwa percepatan pembangunan Pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat harus segera dilakukan.
Keberadaan Pelabuhan Patimban akan menciptakan segitiga kawasan pertumbuhan ekonomi dengan Bandara Internasional Kertajati dan kawasan industri di Bekasi, Karawang, serta Purwakarta.
Dengan terhubungnya tiga wilayah tersebut, Jokowi meyakini komoditas ekspor dari Indonesia memiliki harga yang bisa bersaing dengan produk internasional karena ada efisiensi logistik. (Baca juga: Kasus Corona Capai 4.000 per Hari, IDI Berikan Dua Solusi)
“Pelabuhan Patimban ini memiliki peran yang penting dan strategis dalam pertumbuhan dan perdagangan di wilayah Jawa Barat dan dikembangkan saling mengisi dengan Tanjung Priok secara komplementer,” lanjut Jokowi.
Sebagai informasi, pembangunan Pelabuhan Patimban dilaksanakan dalam tiga tahap. Tahap pertama, Pelabuhan Patimban direncanakan akan dapat melayani 3,75 juta peti kemas (TEUS). Tahap kedua, kapasitas pelayanan akan meningkat menjadi 5,5 juta TEUS, dan pada tahap ketiga akan meningkat kembali hingga 7 juta TEUS (ultimate).
Secara umum Pelabuhan Patimban akan melayani jenis muatan peti kemas dan kendaraan bermotor (car terminal) yang diangkut menggunakan kapal-kapal berukuran besar. Car terminal ini akan memiliki kapasitas tampung hingga 600.000 kendaraan per tahun pada kondisi ultimate alias sudah rampung semuanya.