Pertumbuhan Ekonomi Jatuh, Kemenkeu Dorong Percepatan Penyaluran Bansos

Selasa, 05 Mei 2020 - 18:07 WIB
loading...
Pertumbuhan Ekonomi Jatuh, Kemenkeu Dorong Percepatan Penyaluran Bansos
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu. Foto/Dok.FEUI
A A A
JAKARTA - Pandemi Covid-19 membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2020 jatuh ke level 2,97% (year on year). Meski demikian, pertumbuhan ekonomi Indonesia ini lebih baik dibandingkan beberapa negara maju.

Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat di kuartal I 2020 jatuh menjadi 0,3%, Korea Selatan -1,3%, Singapura -2,2%, Uni Eropa -3,3%, Republik Rakyat China -6,8%, dan Hong Kong -8,9%.

Melemahnya pertumbuhan ekonomi Indonesia disebabkan merosotnya konsumsi rumah tangga, yang hanya tumbuh 2,84% dan investasi tumbuh 1,70%. Adapun konsumsi pemerintah tumbuh 3,74%, ekspor sebesar 0,24% dan impor kontraksi menjadi -2,19%.

Untuk "mengobati" lemahnya pertumbuhan ekonomi, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu menyampaikan bahwa pemerintah terus menyiapkan berbagai skenario mengatasi dampak pandemi Covid-19.

"Setiap data baru akan digunakan untuk memutakhirkan asesmen pemerintah terhadap kondisi perekonomian riil dan sosial masyarakat. Tujuannya agar pemerintah dapat memformulasikan langkah antisipasi secara cepat dan tepat," kata Febri di Jakarta, Selasa (5/5/2020).

Menurut Febrio, penurunan kinerja konsumsi yang tajam di kuartal I 2020, mendorong pemerintah untuk mempercepat penyaluran bantuan sosial di kuartal II 2020.

Sementara di sisi produksi, program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk UMKM menjadi sangat kritikal dan perlu dilaksanakan secepatnya.

"Dengan bantalan pada kedua sisi ini, pemerintah berharap membantu meringankan tekanan terhadap rumah tangga dan pelaku usaha, terutama ultra mikro dan UMKM," ungkap Febrio.

Sementara itu, merosotnya konsumsi rumah tangga disebabkan oleh Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Peningkatan konsumsi kesehatan, pendidikan, perumahan, serta perlengkapan rumah tangga, ternyata tidak mampu mengimbangi penurunan konsumsi pakaian, alas kaki, jasa perawatan serta transportasi dan komunikasi.

Dalam kondisi pembatasan aktivitas, masyarakat mengurangi konsumsi barang-barang kebutuhan non pokok. Sinyal pelemahan konsumsi ini juga terlihat pada menurunnya indeks keyakinan konsumen dan penjualan eceran pada Maret 2020 sebesar -5,4% (yoy).

Selain itu, kinerja investasi menurun, terutama pada komponen mesin, perlengkapan, dan investasi bangunan. Penurunan kinerja investasi juga terlihat pada penjualan mobil niaga (kontraksi -14,7%) serta kredit perbankan. Tumbuhnya investasi didukung oleh kinerja investasi langsung (8,0%), khususnya Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

Sedangkan belanja modal Pemerintah Pusat naik ke 32,1% (tahun lalu -6,7%). Pertumbuhan konsumsi Pemerintah Pusat didorong oleh peningkatan belanja bantuan bantuan sosial. Realisasi bantuan sosial tumbuh hingga 27,6% (yoy), utamanya disebabkan kenaikan tarif 2020 PBI-JKN dan penarikan iuran PBI sampai dengan bulan Mei.

Kontraksi terjadi pada konsumsi Pemerintah Daerah dan belanja pegawai masing-masing karena turunnya dana bagi hasil dari Pemerintah Pusat serta program reformasi birokrasi.

Pertumbuhan ekspor bersih didukung oleh pertumbuhan positif ekspor barang nonmigas. Kinerja ekspor tertahan oleh penurunan jumlah kunjungan wisatawan yang menjadi sumber ekspor jasa nasional. Di sisi lain, impor nasional mengalami kontraksi seiring dengan pertumbuhan negatif komponen impor impor Bahan Baku dan Penolong (-2,8%) dan Barang Modal (-13,1%) yang masing-masing kontribusinya 75,8% dan 15,0% terhadap total impor barang.

Meskipun hal ini memberikan kontribusi terhadap neraca perdagangan yang surplus sebesar USD2,61 miliar, pelemahan impor berdampak negatif terhadap aktivitas di sektor produksi khususnya sektor manufaktur.

Di sisi produksi, hampir seluruh sektor menunjukkan penurunan kinerja, kecuali sektor informasi dan komunikasi yang tumbuh tinggi 9,81%. Industri pengolahan tumbuh melambat 2,06% seiring indikator PMI manufaktur yang mencatat penurunan terendah pada April 2020 (27,5%).
(bon)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1775 seconds (0.1#10.140)