Deflasi Terus-terusan Pertanda Daya Beli Masyarakat Loyo

Jum'at, 02 Oktober 2020 - 05:35 WIB
loading...
Deflasi Terus-terusan Pertanda Daya Beli Masyarakat Loyo
Pengunjung berjalan di area pusat perbelanjaan Blok M Square, Jakarta, Selasa (23/6/2020). Foto/Dok SINDOphoto/Adam Erlangga
A A A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi sebesar 0,05% pada September 2020 atau sama dengan periode Juli-Agustus yang juga mengalami deflasi.

Dengan demikian, maka selama tiga bulan berturut-turut telah terjadi deflasi pada perekonomian nasional yaitu Juli sebesar 0,10% dan Agustus serta September masing-masing 0,05%.

"Kalo kita bedah ternyata penyumbangnya kelompok bahan makanan yang memang bergejolak. Jadi memang harganya ditentukan oleh permintaan dan penawaran masing masing komoditas," kata peneliti Indef, Nailul Huda, di Jakarta, Kamis (1/10/2020). (Baca juga: Deflasi Tiga Kali Dorong Ekonomi Kuartal III Negatif )

Terjadinya deflasi berarti permintaan untuk barang-barang terutama bahan makanan dan minuman yang bergejolak menurun. Menurut dia, hal ini pertanda buruk bagi perekonomian dimana seharusnya permintaan barang makanan bisa mendongkrak konsumsi.

"Bisa jadi ini sebagai pertanda awal dari semakin lemahnya daya beli masyarakat karena sudah 3 bulan terakhir mengalami deflasi," cetusnya.

Dia juga meyakini bahwa kuartal III/2020 ini ekonomi Indonesia sudah pasti resesi. "Kementerian Keuangan juga sudah mastin, kecuali presiden berkata yang berbeda ya," tukasnya. Dia memperkirakan, jika sampai akhir tahun penanganan Covid-19 masih seperti ini, maka deflasi masih akan terus terjadi. (Baca juga: Jaga Aset Negara, Gedung DPR Senayan Diansuransikan )

Senada, Direktur Riset CORE Indonesia, Piter Abdullah mengatakan, deflasi di bulan September sudah diperkirakan. "Hal ini wajar terjadi ketika demand di pasar begitu rendah sementara pasokan barang cukup tersedia," kata Piter saat dihubungi.

Demand yang rendah diakibatkan menurunnya daya beli di kelompok masyarakat bawah. Sementara di sisi lain masyarakat menengah atas masih menahan konsumsi akibat wabah.

"Selama masih ada wabah, konsumsi melambat, demand turun, maka inflasi akan cenderung rendah atau bahkan terjadi deflasi," ungkap dia.
(ind)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1043 seconds (0.1#10.140)