Tebak-tebak Buah Manggis, Dampak Krisis Corona Lebih Sulit Diduga

Jum'at, 02 Oktober 2020 - 17:04 WIB
loading...
Tebak-tebak Buah Manggis,...
Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) lagi-lagi mengingatkan bahwa krisis yang terjadi pada tahun ini berbeda dari sebelumnya. Mengingat, krisis kali ini akibat dari pandemi virus corona (Covid-19).

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Nathan Kacaribu mengatakan, krisis akibat pandemi ini memang berbeda dari sebelumnya. Pasalnya, pemerintah tidak bisa berhitung kapan krisis akibat pandemi ini akan berakhir.

"Covid-19 ini dampaknya sangat beda. Karakteristik krisisnya beda. Kalau yang global dan Asian financial crisis kita bisa hitung dan perkirakan kapan berakhirnya," ujarnya dalam diskusi virtual, Jumat (2/10/2020). (Baca juga: Bertambah 4.317 Kasus Baru, Total 295.499 Orang Positif Corona )

Febrio menambahkan, krisis akibat pandemi ini juga berbeda karena dampaknya terasa lebih dalam dari krisis keuangan. Bahkan, krisis akibat pandemi ini juga hampir merata terjadi di semua negara.

Sementara saat krisis keuangan tahun 1998 dan 2008, tidak semua negara terkena dampaknya. Bahkan negara-negara berkembang justru relatif lebih kecil dampaknya.

"Global financial crisis semua dunia negatifnya kecil tapi waktu itu negara majunya dalam. Negara berkembang termasuk Indonesia responnya resilient. Tapi itu jadi pelajaran berharga," jelasnya

Oleh karena itu, pemerintah terus mencoba dengan berbagai cara agar ekonomi tidak jatuh terlalu dalam. Misalnya dengan memberikan beberapa insentif dan bantuan sosial kepada masyarakat untuk mendongkrak konsumsi yang merupakan salah satu pendorong ekonomi nasional.

Dampaknya pun sudah mulai terlihat sedikit demi sedikit dengan sudah kembalinya aktivitas perekonomian masyarakat setelah sebelumnya sempat tertekan akibat pembatasan mobilitas untuk menekan jumlah penyebaran kasus Covid-19. Meskipun, belum 100% aktivitas bisa berjalan dengan normal. (Baca juga: Trump Positif Covid-19, Ada Dampak Ekonominya Nggak ke Indonesia? )

Oleh karena itu, pemerintah memprediksi pertumbuhan kuartal III tahun ini akan lebih baik dibandingkan kuartal II meskipun masih berada di zona negatif. Secara tahunan, pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi RI di 2020 adalah sebesar -1,7 sampai -0,6%.

"Prediksi kita untuk akhir tahun -1,7% sampai -0,6%. Lalu 2021 karena kita berangkat dari lowbase di 2020, satu, jadi pasti ada dampaknya, pertumbuhan kita lebih mudah. Tapi tetap harus reformasi dari 2020 ke 2021, termasuk gimana pastikan investasi harus positif di 2021," jelasnya.
(ind)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1188 seconds (0.1#10.140)