Dengan 'Sekoper Cinta', Kang Emil dan OJK Bantu Kaum Hawa Lepas dari Pelukan Lintah Darat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berkolaborasi dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat melaksanakan program edukasi keuangan untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan guna mencegah masyarakat, terutama kaum perempuan, terjerat atau meminjam kepada rentenir atau lintah darat melalui program yang disebut ‘Sekoper Cinta’. Sekoper Cinta? Iya, Sekolah Perempuan Capai Impian dan Cita-Cita.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menjelaskan bahwa ‘Sekoper Cinta’ merupakan wadah perempuan bertukar pengetahuan dan pengalaman serta diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup keluarganya. Pun dapat mewujudkan kemandirian ekonomi tanpa terjerat oleh pinjaman rentenir yang banyak menyasar ke wilayah pedesaan. ( Baca juga:Pasca-Pandemi, OJK Akan Perkuat Edukasi Digital )
Kang Emil, sapaan Ridwan Kamil, berharap warga Jawa Barat terbebas dari jerat rentenir. Makanya, Pemprov Jawa Barat, OJK, BI, dan industri keuangan menyediakan kemudahan untuk mengakses bantuan atau pinjaman dan tentu tidak mencekik seperti rentenir. Misalnya, lewat program Bank Wakaf Mikro dari OJK, ada Kredit Mesra dari Pemerintah Provinsi Jabar, ada KUR yang murah bunganya.
"Itu semua adalah instrumen-instrumen yang dapat digunakan. Perbankan dan lembaga keuangan formal lainnya juga harus harus bermutasi, harus beradaptasi jika ingin menyalurkan pembiayaan, khususnya kepada keluarga menengah ke bawah yang berada di kampung-kampung. Ibu-ibu di sana yang telah diedukasi melalui ‘Sekoper Cinta’, nantinya akan dapat memahami, pembiayaan yang baik untuk meningkatkan kualitas hidup keluarga,’’ jelas Kang Emil hari ini (12/10/2020).
Sejak diluncurkan pada Oktober 2018, program ‘Sekoper Cinta’ telah menelurkan 2.700 lulusan yang berasal dari 100 desa di 27 kabupaten atau kota di Jabar.
Pada Oktober 2020 ini yang dicanangkan sebagai Bulan Inklusi Keuangan, Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) Jawa Barat--yang merupakan bentuk sinergi antara OJK, Pemprov Jawa Barat dan industri jasa keuangan--berkolaborasi dalam program ‘Sekoper Cinta’ untuk menciptakan agen literasi keuangan bagi ibu-ibu rumah tangga.
Program itu dilakukan dengan berbagai kegiatan edukasi dengan tema “Menciptakan Agen Inklusi Keuangan bagi Kelompok Perempuan melalui Program Sekoper Cinta dalam rangka Melawan Rentenir”. Sasaran kegiatan program ini adalah perempuan dari Kelompok Wanita binaan PT PNM (Persero), Ibu PKK, dan Petugas Penyuluh Perempuan.
Kepala OJK Regional 2 Jawa Barat Triana Gunawan mengatakan, selain ‘Sekoper Cinta’ OJK bersama Pemprov Jawa Barat melalui TPAKD Jawa Barat juga telah mengimplementasikan berbagai program yang diharapkan dapat berkontribusi dalam pemulihan ekonomi di Jawa Barat.
"Program unggulan yang telah diimplementasikan telah dirintis dari tahun-tahun sebelumnya dan akan yang kita kembangkan terus adalah business matching, di mana terdapat perusahaan sebagai off taker yang menjamin pembelian produk yang diproduksi secara massal oleh masyarakat pedesaan dan difasilitasi pembiayaannya oleh perbankan di Jawa Barat, terutama di bidang ketahanan pangan. Hal ini akan terus diduplikasi guna peningkatan ekonomi Jawa Barat. Berbagai inisiatif lainnya juga akan dijalankan untuk mendukung program Pemerintah Jawa Barat yaitu program Desa Juara,” jelas Triana.
Selain itu OJK juga mengoptimalisasi peran TPAKD melalui Optimalisasi BUMDesa dengan program antara lain melalui pembukaan agen laku pandai, dan penggunaan transaksi nontunai dana desa melalui internet banking corporate. Optimalisasi juga ditempuh melalui kepemilikan rekening tabungan sebanyak 383 rekening dengan nominal sebesar Rp45,1 juta, kepemilikan Asuransi Jiwa Mikro bagi Aparatur Desa sebanyak 42 Polis dan optimalisasi Gudang dan Pembiayaan Sistem Resi Gudang kepada 12 petani/12 resi dengan nominal Rp852 juta serta satu kelompok tani sebesar Rp170 juta.
“Sudah banyak sinergi dengan OJK Jawa Barat. Banyak hal yang sudah terwujud seperti TPAKD Jawa Barat yang performanya baik dan prestatif. Namun, inklusivitas harus terus kita tingkatkan dan bagi saya, keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia harus dikedepankan. Oleh karena itu, hubungan yang sudah baik ini dapat kita tingkatkan dalam rangka pemulihan ekonomi setelah pandemi dan meng-inklusifkan masyarakat yang tertinggal,” tambah Kang Emil.
Dari sisi industri keuangan, per 20 September perbankan di Jawa Barat telah melakukan restrukturisasi kredit senilai Rp103,7 triliun dari 1,68 juta debitur. Sementara itu, realisasi restrukturisasi perusahaan pembiayaan mencapai Rp33,16 triliun dari 1,14 juta kontrak pembiayaan. Sebanyak 7,5 ribu debitur diberikan subsidi bunga sebesar Rp21,16 Miliar. ( Baca juga:Capai 100 Juta Orang, Ini Kelompok Prioritas Penerima Vaksin Corona )
Penempatan uang begara di bank Himbara dan BPD juga dimanfaatkan dengan baik untuk penyaluran kredit di sektor produktif dan potensial agar ekonomi segera bangkit kembali. Realisasi penyaluran kredit atas penempatan dana di kelompok bank Himbara Jawa Barat per 15 September 2020 mencapai Rp7,66T atau 82,19% dari rencana ekspansi. Sementara itu, untuk PT BPD Jawa Barat, tercatat kredit yang tersalurkan sebesar Rp2,81 Triliun atau melebihi jumlah penempatan dana sebesar Rp2,5 triliun.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menjelaskan bahwa ‘Sekoper Cinta’ merupakan wadah perempuan bertukar pengetahuan dan pengalaman serta diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup keluarganya. Pun dapat mewujudkan kemandirian ekonomi tanpa terjerat oleh pinjaman rentenir yang banyak menyasar ke wilayah pedesaan. ( Baca juga:Pasca-Pandemi, OJK Akan Perkuat Edukasi Digital )
Kang Emil, sapaan Ridwan Kamil, berharap warga Jawa Barat terbebas dari jerat rentenir. Makanya, Pemprov Jawa Barat, OJK, BI, dan industri keuangan menyediakan kemudahan untuk mengakses bantuan atau pinjaman dan tentu tidak mencekik seperti rentenir. Misalnya, lewat program Bank Wakaf Mikro dari OJK, ada Kredit Mesra dari Pemerintah Provinsi Jabar, ada KUR yang murah bunganya.
"Itu semua adalah instrumen-instrumen yang dapat digunakan. Perbankan dan lembaga keuangan formal lainnya juga harus harus bermutasi, harus beradaptasi jika ingin menyalurkan pembiayaan, khususnya kepada keluarga menengah ke bawah yang berada di kampung-kampung. Ibu-ibu di sana yang telah diedukasi melalui ‘Sekoper Cinta’, nantinya akan dapat memahami, pembiayaan yang baik untuk meningkatkan kualitas hidup keluarga,’’ jelas Kang Emil hari ini (12/10/2020).
Sejak diluncurkan pada Oktober 2018, program ‘Sekoper Cinta’ telah menelurkan 2.700 lulusan yang berasal dari 100 desa di 27 kabupaten atau kota di Jabar.
Pada Oktober 2020 ini yang dicanangkan sebagai Bulan Inklusi Keuangan, Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) Jawa Barat--yang merupakan bentuk sinergi antara OJK, Pemprov Jawa Barat dan industri jasa keuangan--berkolaborasi dalam program ‘Sekoper Cinta’ untuk menciptakan agen literasi keuangan bagi ibu-ibu rumah tangga.
Program itu dilakukan dengan berbagai kegiatan edukasi dengan tema “Menciptakan Agen Inklusi Keuangan bagi Kelompok Perempuan melalui Program Sekoper Cinta dalam rangka Melawan Rentenir”. Sasaran kegiatan program ini adalah perempuan dari Kelompok Wanita binaan PT PNM (Persero), Ibu PKK, dan Petugas Penyuluh Perempuan.
Kepala OJK Regional 2 Jawa Barat Triana Gunawan mengatakan, selain ‘Sekoper Cinta’ OJK bersama Pemprov Jawa Barat melalui TPAKD Jawa Barat juga telah mengimplementasikan berbagai program yang diharapkan dapat berkontribusi dalam pemulihan ekonomi di Jawa Barat.
"Program unggulan yang telah diimplementasikan telah dirintis dari tahun-tahun sebelumnya dan akan yang kita kembangkan terus adalah business matching, di mana terdapat perusahaan sebagai off taker yang menjamin pembelian produk yang diproduksi secara massal oleh masyarakat pedesaan dan difasilitasi pembiayaannya oleh perbankan di Jawa Barat, terutama di bidang ketahanan pangan. Hal ini akan terus diduplikasi guna peningkatan ekonomi Jawa Barat. Berbagai inisiatif lainnya juga akan dijalankan untuk mendukung program Pemerintah Jawa Barat yaitu program Desa Juara,” jelas Triana.
Selain itu OJK juga mengoptimalisasi peran TPAKD melalui Optimalisasi BUMDesa dengan program antara lain melalui pembukaan agen laku pandai, dan penggunaan transaksi nontunai dana desa melalui internet banking corporate. Optimalisasi juga ditempuh melalui kepemilikan rekening tabungan sebanyak 383 rekening dengan nominal sebesar Rp45,1 juta, kepemilikan Asuransi Jiwa Mikro bagi Aparatur Desa sebanyak 42 Polis dan optimalisasi Gudang dan Pembiayaan Sistem Resi Gudang kepada 12 petani/12 resi dengan nominal Rp852 juta serta satu kelompok tani sebesar Rp170 juta.
“Sudah banyak sinergi dengan OJK Jawa Barat. Banyak hal yang sudah terwujud seperti TPAKD Jawa Barat yang performanya baik dan prestatif. Namun, inklusivitas harus terus kita tingkatkan dan bagi saya, keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia harus dikedepankan. Oleh karena itu, hubungan yang sudah baik ini dapat kita tingkatkan dalam rangka pemulihan ekonomi setelah pandemi dan meng-inklusifkan masyarakat yang tertinggal,” tambah Kang Emil.
Dari sisi industri keuangan, per 20 September perbankan di Jawa Barat telah melakukan restrukturisasi kredit senilai Rp103,7 triliun dari 1,68 juta debitur. Sementara itu, realisasi restrukturisasi perusahaan pembiayaan mencapai Rp33,16 triliun dari 1,14 juta kontrak pembiayaan. Sebanyak 7,5 ribu debitur diberikan subsidi bunga sebesar Rp21,16 Miliar. ( Baca juga:Capai 100 Juta Orang, Ini Kelompok Prioritas Penerima Vaksin Corona )
Penempatan uang begara di bank Himbara dan BPD juga dimanfaatkan dengan baik untuk penyaluran kredit di sektor produktif dan potensial agar ekonomi segera bangkit kembali. Realisasi penyaluran kredit atas penempatan dana di kelompok bank Himbara Jawa Barat per 15 September 2020 mencapai Rp7,66T atau 82,19% dari rencana ekspansi. Sementara itu, untuk PT BPD Jawa Barat, tercatat kredit yang tersalurkan sebesar Rp2,81 Triliun atau melebihi jumlah penempatan dana sebesar Rp2,5 triliun.
(uka)