Ekonomi Asia Mulai Bangkit, Bagaimana dengan Indonesia?

Jum'at, 16 Oktober 2020 - 18:35 WIB
loading...
Ekonomi Asia Mulai Bangkit, Bagaimana dengan Indonesia?
Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Pandemi Covid-19 yang telah berlangsung tiga kuartal memberi pukulan telak bagi perekonomian hampir semua negara dan kawasan. Setelah mengalami lonjakan tajam di kuartal ketiga, laju pemulihan ekonomi di beberapa negara, seperti AS, Eropa, dan Jepang, telah terlihat melandai (flattened).

Prospek perdagangan di Asia juga tampak telah membaik seiring dengan dimulainya kembali rantai perdagangan, yang ditunjukkan dengan terjadinya peningkatan permintaan di China. Hal ini menunjukkan bahwa ekonomi di Asia perlahan telah kembali stabil.

"Meskipun masih banyak tantangan, terdapat tanda-tanda bahwa ekonomi di Asia mulai bangkit kembali yang disebabkan dari berhasilnya pengelolaan pandemi," ujar Senior Vice President, Economics & Strategy Research, DBS Bank, Radhika Rao, saat webinar "DBS Macro Economic Insights: Recovering from Covid-19" di Jakarta, Kamis (15/10/2020).

( )

Menurut dia, kesuksesan pengelolaan pandemi dapat diamati dari beberapa hal seperti kembalinya demand di China, kebijakan moneter yang akomodatif, serta langkah-langkah fiskal yang besar dan tepat untuk mendukung pulihnya sektor konsumen, bisnis, dan sektor keuangan.

Lantas, bagaimana halnya dengan Indonesia? Seperti halnya negara lain, kontraksi dan perlambatan ekonomi di Indonesia terjadi pada kuartal kedua 2020 seiring penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Berdasarkan data Bappenas, Produk Domestik Bruto (PDB) di kuartal II mengalami kontraksi 5,32% secara tahunan. Meskipun demikian, pasar masih optimis akan mengalami pemulihan ekonomi pada kuartal selanjutnya.

Terkait pemulihan ekonomi, Radhika berpendapat bahwa Indonesia masih akan menempuh proses panjang dalam hal pengelolaan pandemi dan pemulihan kehidupan masyarakat.

"Selain itu juga melihat terhadap beberapa faktor lain, seperti dampak pandemi pada ekonomi, pengelolaan dana bantuan, objektivitas Bank Indonesia, Pasar Keuangan, dan faktor risiko lainnya," tuturnya.

Dia menambahkan, PDB Indonesia diperkirakan akan meningkat 5,5% tahun depan, sedangkan defisit fiskal diprediksi akan tetap terkontraksi ke -5,5% dari sebelumnya di angka -6,3%.

Selain itu, beberapa faktor lainnya yang menjadi risiko pemulihan bagi Indonesia adalah penundaan kembalinya aktivitas jika kasus positif Covid-19 tidak kunjung mereda, tingginya partisipasi dari investor asing di pasar utang dalam negeri, kesehatan fiskal dan tingkat hutang publik serta rasio cadangan devisa terhadap pembiayaan eksternal bruto yang relatif lebih kecil bila dibandingkan negara-negara lain di kawasan regional.

( )

Sementara itu, Presiden Direktur PT Bank DBS Indonesia Paulus Sutisna mengatakan, Bank DBS Indonesia secara rutin menggelar eTalk Series guna memberikan pandangan yang relevan terkait situasi ekonomi dan pasar modal terkini, dari kacamata global maupun Indonesia.

"Melalui webinar DBS Macro Economic Insights: Recovering from Covid-19 ini diharapkan nasabah kami akan dapat memahami situasi ekonomi makro saat ini, dari wawasan yang diberikan oleh Ekonom DBS, sehingga dapat menggali potensi peningkatan usaha dan bisnis, maupun pengembangan portofolio di iklim investasi era baru," paparnya.
(ind)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2223 seconds (0.1#10.140)