Penyaluran Kredit BNI Naik Rp558,7 Triliun
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) mencatat penyaluran kredit mencapai Rp582,4 triliun pada kuartal III/2020. Jumlah tersebut tumbuh 4,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp558,7 triliun.
“Dalam penyaluran kredit ini, manajemen lebih berfokus pada perbaikan kualitas aset, salah satunya dengan cara melakukan assessment secara komprehensif dan intens untuk memantau debitur-debitur mengingat kondisi ekonomi yang menantang di tengah pandemi ini,” ujar Direktur Bisnis Konsumer BNI Corina Leyla Karnalies, di Jakarta, kemarin. (Baca: Berdoa Keburukan untuk Orang yang Menzalimi)
Meski kredit naik tipis, pendapatan bunga bersih BNI pada kuartal III/2020 turun 0,8%. Namun, penurunan tersebut dapat diimbangi dengan upaya penurunan beban bunga yang signifikan sebesar 8% sehingga NIM pada akhir September 2020 mencapai 4,3%."Sementara itu, dari sisi pendapatan nonbunga (Fee Based Income), BNI mencatatkan pertumbuhan sebesar 7,2% yoy, membaik dibandingkan kuartal kedua yang lalu yang tumbuh 3,2%," jelas dia.
Corina mengungkapkan, akibat imbas pandemi Covid-19 membuat laba bersih BNI turun 63,9% menjadi Rp4,32 pada kuartal III/2020 dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp11,97 triliun. Penurunan laba bersih diakibatkan perseroan melakukan pencadangan yang cukup besar.
"Penurunan merupakan bagian dari upaya BNI untuk memperkuat fundamental keuangan bank dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi di masa mendatang, yaitu dengan melakukan pembentukan pencadangan yang lebih konservatif," kata Corina. (Baca juga: DPR Dorong Pengembangan Pendidikan Indonesia Timur)
Menurut dia, Cadangan Kerugian Penurunan Nilai/CKPN BNI pada kuartal III/2020 berada pada level 206,9%, lebih besar dibandingkan kuartal III/2019 yang sebesar 159,2%. Adapun hingga akhir September 2020, total aset BNI tumbuh 12,5% yoy. "Terutama dikontribusi oleh pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang tumbuh sebesar 21,4% yoy dari Rp580,9 triliun pada kuartal III 2019 menjadi Rp705,1 triliun pada kuartal III 2020," ucap Corina.
Upaya menghimpun DPK dilakukan dengan menjadikan dana murah (CASA) sebagai prioritas utama yang dimaksudkan untuk dapat terus menekan cost of fund. "Saat ini CASA BNI berada pada level 65,4% dengan cost of fund 2,86%, atau membaik 30 bps dibandingkan posisi yang sama tahun lalu sebesar 3,24%," jelasnya.
Corina pun menuturkan hingga September 2020, BNI telah menyalurkan restrukturisasi kredit sebesar Rp122 triliun atau 22,2% dari total pinjaman yang diberikan kepada 170.591 debitur. Mayoritas adalah debitur sektor perdagangan, restoran, dan hotel, sektor jasa usaha, serta manufaktur.
Dia mengatakan, pemberian restrukturisasi kredit dan tambahan modal kerja ini diharapkan dapat meningkatkan ketahanan bisnis debitur di tengah krisis akibat pandemi Covid-19. "Harapannya, saat Covid-19 dapat ditanggulangi, bisnis debitur dapat kembali ke arah yang lebih baik," tandas dia. (Baca juga: Air Kelapa Bisa Cegah Keparahan Covid-19)
Dia menuturkan, kebutuhan layanan perbankan digital semakin meningkat selama masa pandemi ini, antara lain, BNI Mobile Banking yang menjadi salah satu preferensi utama bagi nasabah untuk bertransaksi. Hingga September 2020, volume transaksi melalui BNI Mobile Banking tumbuh 80,4% yoy. Adapun jumlah transaksi meningkat dari 142 juta pada kuartal III/2019 menjadi 211 juta transaksi pada kuartal III/2020 atau meningkat 48,1%.
“Dalam penyaluran kredit ini, manajemen lebih berfokus pada perbaikan kualitas aset, salah satunya dengan cara melakukan assessment secara komprehensif dan intens untuk memantau debitur-debitur mengingat kondisi ekonomi yang menantang di tengah pandemi ini,” ujar Direktur Bisnis Konsumer BNI Corina Leyla Karnalies, di Jakarta, kemarin. (Baca: Berdoa Keburukan untuk Orang yang Menzalimi)
Meski kredit naik tipis, pendapatan bunga bersih BNI pada kuartal III/2020 turun 0,8%. Namun, penurunan tersebut dapat diimbangi dengan upaya penurunan beban bunga yang signifikan sebesar 8% sehingga NIM pada akhir September 2020 mencapai 4,3%."Sementara itu, dari sisi pendapatan nonbunga (Fee Based Income), BNI mencatatkan pertumbuhan sebesar 7,2% yoy, membaik dibandingkan kuartal kedua yang lalu yang tumbuh 3,2%," jelas dia.
Corina mengungkapkan, akibat imbas pandemi Covid-19 membuat laba bersih BNI turun 63,9% menjadi Rp4,32 pada kuartal III/2020 dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp11,97 triliun. Penurunan laba bersih diakibatkan perseroan melakukan pencadangan yang cukup besar.
"Penurunan merupakan bagian dari upaya BNI untuk memperkuat fundamental keuangan bank dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi di masa mendatang, yaitu dengan melakukan pembentukan pencadangan yang lebih konservatif," kata Corina. (Baca juga: DPR Dorong Pengembangan Pendidikan Indonesia Timur)
Menurut dia, Cadangan Kerugian Penurunan Nilai/CKPN BNI pada kuartal III/2020 berada pada level 206,9%, lebih besar dibandingkan kuartal III/2019 yang sebesar 159,2%. Adapun hingga akhir September 2020, total aset BNI tumbuh 12,5% yoy. "Terutama dikontribusi oleh pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang tumbuh sebesar 21,4% yoy dari Rp580,9 triliun pada kuartal III 2019 menjadi Rp705,1 triliun pada kuartal III 2020," ucap Corina.
Upaya menghimpun DPK dilakukan dengan menjadikan dana murah (CASA) sebagai prioritas utama yang dimaksudkan untuk dapat terus menekan cost of fund. "Saat ini CASA BNI berada pada level 65,4% dengan cost of fund 2,86%, atau membaik 30 bps dibandingkan posisi yang sama tahun lalu sebesar 3,24%," jelasnya.
Corina pun menuturkan hingga September 2020, BNI telah menyalurkan restrukturisasi kredit sebesar Rp122 triliun atau 22,2% dari total pinjaman yang diberikan kepada 170.591 debitur. Mayoritas adalah debitur sektor perdagangan, restoran, dan hotel, sektor jasa usaha, serta manufaktur.
Dia mengatakan, pemberian restrukturisasi kredit dan tambahan modal kerja ini diharapkan dapat meningkatkan ketahanan bisnis debitur di tengah krisis akibat pandemi Covid-19. "Harapannya, saat Covid-19 dapat ditanggulangi, bisnis debitur dapat kembali ke arah yang lebih baik," tandas dia. (Baca juga: Air Kelapa Bisa Cegah Keparahan Covid-19)
Dia menuturkan, kebutuhan layanan perbankan digital semakin meningkat selama masa pandemi ini, antara lain, BNI Mobile Banking yang menjadi salah satu preferensi utama bagi nasabah untuk bertransaksi. Hingga September 2020, volume transaksi melalui BNI Mobile Banking tumbuh 80,4% yoy. Adapun jumlah transaksi meningkat dari 142 juta pada kuartal III/2019 menjadi 211 juta transaksi pada kuartal III/2020 atau meningkat 48,1%.