Go Online Baru Pintu Gerbang, Pengelolaan Aset Digital Harus Dipikirkan

Jum'at, 20 November 2020 - 21:38 WIB
loading...
Go Online Baru Pintu...
Salah satu alasan UKM kurang berdaya saing karena kanal go online kurang dimanfaatkan maksimal. Go online baru pintu gerbang. Untuk menuju kesuksesan online, aset digital tidak boleh dibiarkan begitu saja. Foto/Ilustrasi
A A A
YOGYAKARTA - Di masa pandemi, bisnis UKM mendapatkan tantangan baru dalam mengembangkan bisnis. Tidak hanya berfokus menyiasati efisiensi dari sisi produksi, namun juga harus memikirkan bentuk promosi yang lebih efektif di tengah masyarakat yang serba online.

Kementerian Koperasi dan UKM mencatat, 45% bisnis UKM hanya mampu bertahan 3 bulan selama masa pandemi. Selain itu, dari total 64 juta UKM di Indonesia, baru sekitar 8 juta atau 13% yang sudah terhubung dengan ekosistem digital .

(Baca Juga: Ibu Negara Iriana Berbicara Soal UMKM dan Hikmah Pandemi Covid-19 )

Perusahaan penyedia layanan web-hosting Niagahoster menilai, salah satu alasan UKM yang kurang berdaya saing ini disebabkan karena kanal go online yang kurang dimanfaatkan secara maksimal.

“Go online baru pintu gerbang. Untuk menuju kesuksesan online, aset digital tidak boleh dibiarkan begitu saja, tanpa adanya pengelolaan, evaluasi, dan perbaikan. Bagi pemilik bisnis yang sudah kuat dari sisi produksi, saya merekomendasikan untuk mulai memikirkan pengelolaan aset digital ini.” ungkap Ayunda Zikrina, Head of Brand & Market Development Niagahoster dalam acara Media Meet-Up.

Perlakukan Toko Digital Seperti Toko Fisik

Di era digital saat ini, media sosial, website, marketplace memiliki fungsi sebagai kanal promosi yang efektif menjangkau pasar yang lebih luas. Terlebih saat pandemi, Kepala Departemen Medik Kesehatan Jiwa RSCM FK Universitas Indonesia (UI), Kristina Siste Kurniasanti melaporkan, ketergantungan internet pada orang dewasa meningkat 5 kali lipat selama pandemi Covid-19.

(Baca Juga: Wow, 160 Juta Orang Indonesia Aktif di Lapak Online, Nilainya Rp445 Triliun )

Keberhasilan bisnis UKM di masa pandemi, sangat bergantung pada aktivitas go online dan bagaimana pemilik bisnis mengelola aset digital atau kanal go online tersebut. Ayunda menilai toko digital sama dengan toko fisik yang memerlukan pengelolaan dan maintainance secara berkala.

“Untuk mengelola toko fisik, pemilik bisnis mungkin harus mengeluarkan biaya kebersihan, keamanan, promosi offline yang tidak sedikit. Pengelolaan toko online rata-rata dimulai dari konsistensi membuat konten, kemudian mengecek aktivitas media sosial dan berinteraksi dengan pelanggan. Itu semua dapat dilakukan tanpa biaya. Namun, masih banyak pemilik bisnis yang belum memprioritaskan ini,” kata Ayunda.

Selain pengelolaan dari sisi konten, tiap kanal go online memiliki aspek-aspek penunjang lain untuk memaksimalkan kehadiran online. Contohnya di marketplace, pengelolaan dari sisi promo yang digunakan, hingga tampilan katalog dan kategorisasi produk perlu diperhatikan. Di website, pengelolaan dari sisi kecepatan loading halaman hingga tampilan utama website menjadi prioritas.

Lakukan Audit, Pecahkan Masalah Utama Laman Digital

A Sofalul Khazari, Customer Relations Specialist Niagahoster, menilai pekerjaan pemilik bisnis, pemerintah, hingga swasta tidak berhenti ketika UKM sudah go online. Kesempatan untuk mengembangkan bisnis pun bisa terbuka lebar saat pandemi.

Sofal melaporkan, Niagahoster mengalami kenaikan jumlah pemilik bisnis yang membuat website sebesar 35% di bulan April. Dalam survey yang dilakukan ke seluruh klien Niagahoster bulan kuartal II 2020, 67.40% mengaku membuat website untuk mengembangkan bisnis.

Niagahoster saat ini tengah melakukan program Audit Your Site (AYS) untuk membantu pemilik bisnis dan UKM melakukan proses audit pada website bisnis atau toko online-nya. Menurut Sofal, performa laman digital atau website yang optimal tidak hanya akan mempertahankan bisnis UKM di masa pandemi, tetapi juga memberi peluang pengembangan bisnis dan brand UKM.

Dalam AYS, secara khusus website akan diaudit dari sisi SEO (konten, pencarian di mesin pencari), kecepatan loading, dan pengalaman pengunjung website (UI/UX, tampilan). Sofal menilai, tiga hal ini merupakan yang paling esensial dalam menunjang performa website.

“Website yang ideal itu harus mudah ditemukan di mesin pencari, cepat, dan memberikan pengalaman berbelanja yang berbeda. Website yang seperti ini akan menyumbang traffic, users, bahkan sales yang menguntungkan untuk pemilik bisnis.” ungkap Sofal.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1426 seconds (0.1#10.140)