Mentan Ajak Penyuluh Pertanian Paham Agroklimat Antisipasi La Nina
loading...
A
A
A
JAKARTA – Penyuluh pertanian didorong mampu memahami agroklimat dan mendukung petani mengetahui pengaruh cuaca, khususnya antisipasi dampak anomali iklim global la nina pada akhir 2020 hingga awal 2021. Agroklimat jadi acuan perencanaan pemilihan tanaman dan analisa lokasi yang cocok untuk budidaya tanaman pangan.
Ajakan tersebut dikemukakan Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo didampingi Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi pada virtual meeting Ngobrol Asyik Penyuluhan (Ngobras) Vol. 11 yang dihadiri DPP Perhimpunan Penyuluh Pertanian Indonesia (Perhiptani), Selasa (24/11).
(Baca juga:Waduk Pondok Ranggon Siap Hadapi La Nina di Akhir Tahun, Pengerukan Capai 80%)
“Kementan mendorong para penyuluh di seluruh Indonesia memiliki kemampuan membaca tantangan agroklimat, untuk antisipasi dampak la nina dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan,” kata Mentan Syahrul via video conference di Agriculture War Room (AWR) di Kantor Kementan, Jakarta.
(Baca juga:BMKG Sampaikan Wilayah Ini yang Paling Berpotensi Terdampak Fenomena La Nina)
Kepada 500 peserta virtual meeting dan 5.000 pemirsa live streaming Ngobras, Mentan mendorong pelibatan aktif Perhiptani. Tugasnya menjadi motivator penyuluh selaku 'pasukan khusus pertanian' yang berhimpun pada Balai Penyuluhan Pertanian selaku pelaksana Komando Strategi Pembangunan Pertanian (BPP KostraTani) di tingkat kecamatan, locust pembangunan pertanian.
“Saya ingin ke depan, kemampuan penyuluh di atas rata-rata. Ini penting agar kita semua mampu menjangkau tantangan baru termasuk tantangan agroklimat, karena itu kuasai teknologi,” kata Mentan Syahrul.
(Baca juga:Mentan Yasin Limpo Antisipasi Kemungkinan Terburuk Dampak La Nina)
Sebagaimana diketahui, agroklimat, ilmu yang mempelajari interaksi ilmu klimatologi dan pertanian untuk mengetahui pengaruh cuaca dan manfaat pengaruh tersebut bagi pertanian. Manfaatnya untuk pertimbangan perencanaan kultur teknik misalnya pertimbangan irigasi, jarak tanam, waktu pemupukan dan seleksi varietas pemindahan bibit.
“Kementan telah menyiapkan kelembagaan KostraTani di BPP yang terhubung langsung ke AWR. KostraTani perannya vital, kita bisa mengatasi tantangan dan kendala lapangan. Bisa juga memutus rantai pasok yang merugikan petani,” kata Mentan Syahrul.
(Baca juga:Fenomena La Nina, 6 Bulan ke Depan Warga Diminta Waspada)
Menurutnya, pertanian merupakan sektor penting yang menopang perbaikan ekonomi nasional akibat pandemi Covid-19. Terbukti, pertumbuhan pertanian pada kuartal III/2020 mencapai 2,15%, kuartal I dan II cenderung tumbuh positif. Nilai ekspor pertanian Indonesia periode Januari - September mencapai Rp304,57 triliun, naik 10,12%, tertinggi dalam tujuh tahun terakhir.
“Capaian ini masih bisa terus terjadi. Saya berusaha agar pada 2021, semua pertanian menggunakan cara modern untuk menggenjot produktivitas nasional,” tutupnya.
(Baca juga:Hadapi Cuaca Ekstrem Dampak La Nina, Ridwan Kamil: Jabar Siaga 1 hingga Mei 2021)
Dedi Nursyamsi menambahkan la nina merupakan anomali iklim global yang kerap terjadi dengan periode ulang 2 - 7 tahunan. Pada sektor pertanian, la nina mengakibatkan kerusakan tanaman akibat banjir/terendam dan ledakan organisme pengganggu tanaman (OPT).
“Penyuluh harus meningkatkan sinerginya dengan petani dan para pemangku kepentingan, antisipasi dampak la nina. Lakukan mapping wilayah rawan banjir dan longsor, karena bisa mengancam panen,” kata Dedi. Dia meminta penyuluh menyosialisasikan Tujuh Strategi Antisipasi La Nina. Pertama, pemetaan mengacu intensitas curah hujan, dengan menetapkan zonasi warna: hijau, merah dan kuning. Kedua, siapkan sistem peringatan dini bersama Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
(Baca juga:Memanfaatkan Peluang La Nina untuk Menggenjot Produksi Beras)
Ketiga, bentuk Brigade La Nina (Brigade DPI-OPT), Brigade Alsintan dan Tanam, Brigade Panen dan Serap Gabah Kostraling, yang harus ada di tiap kabupaten dan kota, sehingga bisa langsung bergerak. Keempat, pompanisasi in and out dari sawah, rehabilitasi jaringan irigasi tersier dan kuarter, terutama di wilayah jalur merah. Kelima, penyediaan benih tahan genangan seperti Inpara 1 - 10, Inpari 29, Inpari 30 dan Ciherang.
Begitu pula benih varietas lokal juga harus disiapkan dengan optimal. Keenam, mendorong petani manfaatkan Asuransi Usaha Tanaman Padi (AUTP) untuk antisipasi dampak kerugian. “Ketujuh, Kementan menyiapkan bantuan untuk kegiatan panen dan pascapanen seperti mesin pengering dan mesin penggilingan,” kata Dedi.
Ajakan tersebut dikemukakan Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo didampingi Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi pada virtual meeting Ngobrol Asyik Penyuluhan (Ngobras) Vol. 11 yang dihadiri DPP Perhimpunan Penyuluh Pertanian Indonesia (Perhiptani), Selasa (24/11).
(Baca juga:Waduk Pondok Ranggon Siap Hadapi La Nina di Akhir Tahun, Pengerukan Capai 80%)
“Kementan mendorong para penyuluh di seluruh Indonesia memiliki kemampuan membaca tantangan agroklimat, untuk antisipasi dampak la nina dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan,” kata Mentan Syahrul via video conference di Agriculture War Room (AWR) di Kantor Kementan, Jakarta.
(Baca juga:BMKG Sampaikan Wilayah Ini yang Paling Berpotensi Terdampak Fenomena La Nina)
Kepada 500 peserta virtual meeting dan 5.000 pemirsa live streaming Ngobras, Mentan mendorong pelibatan aktif Perhiptani. Tugasnya menjadi motivator penyuluh selaku 'pasukan khusus pertanian' yang berhimpun pada Balai Penyuluhan Pertanian selaku pelaksana Komando Strategi Pembangunan Pertanian (BPP KostraTani) di tingkat kecamatan, locust pembangunan pertanian.
“Saya ingin ke depan, kemampuan penyuluh di atas rata-rata. Ini penting agar kita semua mampu menjangkau tantangan baru termasuk tantangan agroklimat, karena itu kuasai teknologi,” kata Mentan Syahrul.
(Baca juga:Mentan Yasin Limpo Antisipasi Kemungkinan Terburuk Dampak La Nina)
Sebagaimana diketahui, agroklimat, ilmu yang mempelajari interaksi ilmu klimatologi dan pertanian untuk mengetahui pengaruh cuaca dan manfaat pengaruh tersebut bagi pertanian. Manfaatnya untuk pertimbangan perencanaan kultur teknik misalnya pertimbangan irigasi, jarak tanam, waktu pemupukan dan seleksi varietas pemindahan bibit.
“Kementan telah menyiapkan kelembagaan KostraTani di BPP yang terhubung langsung ke AWR. KostraTani perannya vital, kita bisa mengatasi tantangan dan kendala lapangan. Bisa juga memutus rantai pasok yang merugikan petani,” kata Mentan Syahrul.
(Baca juga:Fenomena La Nina, 6 Bulan ke Depan Warga Diminta Waspada)
Menurutnya, pertanian merupakan sektor penting yang menopang perbaikan ekonomi nasional akibat pandemi Covid-19. Terbukti, pertumbuhan pertanian pada kuartal III/2020 mencapai 2,15%, kuartal I dan II cenderung tumbuh positif. Nilai ekspor pertanian Indonesia periode Januari - September mencapai Rp304,57 triliun, naik 10,12%, tertinggi dalam tujuh tahun terakhir.
“Capaian ini masih bisa terus terjadi. Saya berusaha agar pada 2021, semua pertanian menggunakan cara modern untuk menggenjot produktivitas nasional,” tutupnya.
(Baca juga:Hadapi Cuaca Ekstrem Dampak La Nina, Ridwan Kamil: Jabar Siaga 1 hingga Mei 2021)
Dedi Nursyamsi menambahkan la nina merupakan anomali iklim global yang kerap terjadi dengan periode ulang 2 - 7 tahunan. Pada sektor pertanian, la nina mengakibatkan kerusakan tanaman akibat banjir/terendam dan ledakan organisme pengganggu tanaman (OPT).
“Penyuluh harus meningkatkan sinerginya dengan petani dan para pemangku kepentingan, antisipasi dampak la nina. Lakukan mapping wilayah rawan banjir dan longsor, karena bisa mengancam panen,” kata Dedi. Dia meminta penyuluh menyosialisasikan Tujuh Strategi Antisipasi La Nina. Pertama, pemetaan mengacu intensitas curah hujan, dengan menetapkan zonasi warna: hijau, merah dan kuning. Kedua, siapkan sistem peringatan dini bersama Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
(Baca juga:Memanfaatkan Peluang La Nina untuk Menggenjot Produksi Beras)
Ketiga, bentuk Brigade La Nina (Brigade DPI-OPT), Brigade Alsintan dan Tanam, Brigade Panen dan Serap Gabah Kostraling, yang harus ada di tiap kabupaten dan kota, sehingga bisa langsung bergerak. Keempat, pompanisasi in and out dari sawah, rehabilitasi jaringan irigasi tersier dan kuarter, terutama di wilayah jalur merah. Kelima, penyediaan benih tahan genangan seperti Inpara 1 - 10, Inpari 29, Inpari 30 dan Ciherang.
Begitu pula benih varietas lokal juga harus disiapkan dengan optimal. Keenam, mendorong petani manfaatkan Asuransi Usaha Tanaman Padi (AUTP) untuk antisipasi dampak kerugian. “Ketujuh, Kementan menyiapkan bantuan untuk kegiatan panen dan pascapanen seperti mesin pengering dan mesin penggilingan,” kata Dedi.
(dar)