Wishnutama Targetkan 205 Desa Wisata Mandiri di 2024
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Wishnutama Kusubandio berkomitmen untuk terus mengembangkan desa wisata sebagai bagian dari restrategi pemerintah yang akan mengedepankan pariwisata berkualitas atau quality tourism.
Menurut dia, quality tourism adalah konsep pariwisata yang memberikan pengalaman berbeda, unik, dan tidak ada di tempat asalnya. Dengan adanya pandemi Covid-19, ke depan wisatawan akan mengutamakan berlibur ke destinasi berkualitas, punya keunikan tersendiri, nyaman dan aman dari virus corona, dan menerapkan protokol kesehatan berbasis CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability).
"Saya melihat bahwa kita sudah punya kekuatan besar untuk menyediakan pengalaman autentik pada para wisatawan yang hadir melalui desa wisata," kata Wishnutama dalam sambutannya secara daring pada acara Apresiasi Perguruan Tinggi Terbaik dalam Pendampingan Desa Wisata 2020 di Hotel Raffles, Jakarta, Rabu (2/12/2020).
( )
Dari tahun ke tahun jumlah desa wisata di Indonesia tumbuh pesat. Pada akhir tahun 2018, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada 1.734 desa wisata dari total 83.931 desa yang tersebar di seluruh Indonesia.
Kepada ribuan desa wisata ini, Wishnutama mengaku menaruh harapan besar agar aktivitas perekonomian dapat semakin menggeliat dan meningkat manfaatnya, terutama bagi para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) dan masyarakat lokal di destinasi wisata.
"Apalagi, saat ini kita harus berjuang membangkitkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia yang sangat terdampak selama menghadapi pandemi ini," ucap pria yang akrab disapa Mas Menteri.
( )
Menurut Wishnutama, saat ini Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) telah mencanangkan target 205 Desa Wisata Mandiri pada tahun 2024.
Program ini tentunya membutuhkan kerja sama yang intensif antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi, pelaku industri pariwisata dan masyarakat desa.
"Besar harapan saya agar program pengembangan bisa terus terlaksana secara konsisten. Desa wisata ini akan menjadi suatu wajah baru, wajah yang segar dari pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia," ucap pria berkaca mata itu.
Dia pun mengajak stakeholders untuk menyiapkan semuanya dengan baik dan maksimal. "Apa yang sedang kita siapkan ini akan memberi dampak luar biasa bagi masyarakat desa. Tidak hanya terkait dampak ekonomi, tapi juga dampak besar terhadap upaya pelestarian budaya, sosial, dan lingkungan, yang akan menjadi representasi identitas bangsa Indonesia pada level internasional," tuturnya.
( )
Sebagai catatan, sejumlah desa wisata di Indonesia sudah mendapat pengakuan internasional. Pada tahun 2019 terdapat empat desa wisata yang masuk dalam Top 100 Destinasi Berkelanjutan di Dunia versi Global Green Destinations Days (GGDD).
Empat desa tersebut yaitu Desa Nglanggeran di Kabupaten Gunungkidul (DIY), Desa Pentingsari di Kabupaten Sleman (DIY), Desa Pemuteran di Kabupaten Buleleng (Bali), dan Desa Adat Penglipuran di Kabupaten Bangli (Bali).
Lebih lanjut Wishnutama mengatakan, program Pendampingan Desa Wisata yang bekerja sama dengan Perguruan Tinggi di seluruh Indonesia menjadi sebuah program yang sangat efektif untuk mengangkat desa-desa yang memiliki berbagai potensi sumber daya alam maupun budaya.
Selain sebagai sebuah bentuk pengabdian bagi Perguruan Tinggi sesuai Tri Dharma Perguruan Tinggi, program ini juga memberikan kesempatan kepada Desa Wisata untuk mendapatkan pendampingan sesuai dengan potensi yang dimiliki sehingga dapat berkembang menjadi Desa Wisata yang maju dan mandiri.
Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf/Baparekraf Wisnu Bawa Tarunajaya menambahkan, pihaknya bekerja sama dengan Kementerian Desa dan PDT serta perguruan tinggi dalam mengembangkan desa wisata sebagai destinasi yang punya daya tarik.
( )
Selain pelatihan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Training of Trainer (ToT) bagi para pengajar atau dosen pendamping, Kemenparekraf juga memberikan pemahaman tentang cara-cara mentransformasi produk-produk unggulan menjadi produk pariwisata, cara mengemas dan mempresentasikannya.
"Program pendampingan ini akan terus kita tingkatkan dan ada evaluasinya. Muaranya adalah desa wisata mandiri, bagaimana masyarakat seputar desa wisata itu bisa mendapat manfaat melalui pengembangan kewirausahaan," paparnya.
Wisnu mengatakan, desa wisata juga diharapkan menjadi pusat pembelajaran. Untuk itu, diperlukan sinergi antar kementerian seperti dengan Kementerian Desa dan PDT, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, ataupun dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam pengembangan desa wisata digital.
Menurut dia, quality tourism adalah konsep pariwisata yang memberikan pengalaman berbeda, unik, dan tidak ada di tempat asalnya. Dengan adanya pandemi Covid-19, ke depan wisatawan akan mengutamakan berlibur ke destinasi berkualitas, punya keunikan tersendiri, nyaman dan aman dari virus corona, dan menerapkan protokol kesehatan berbasis CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability).
"Saya melihat bahwa kita sudah punya kekuatan besar untuk menyediakan pengalaman autentik pada para wisatawan yang hadir melalui desa wisata," kata Wishnutama dalam sambutannya secara daring pada acara Apresiasi Perguruan Tinggi Terbaik dalam Pendampingan Desa Wisata 2020 di Hotel Raffles, Jakarta, Rabu (2/12/2020).
( )
Dari tahun ke tahun jumlah desa wisata di Indonesia tumbuh pesat. Pada akhir tahun 2018, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada 1.734 desa wisata dari total 83.931 desa yang tersebar di seluruh Indonesia.
Kepada ribuan desa wisata ini, Wishnutama mengaku menaruh harapan besar agar aktivitas perekonomian dapat semakin menggeliat dan meningkat manfaatnya, terutama bagi para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) dan masyarakat lokal di destinasi wisata.
"Apalagi, saat ini kita harus berjuang membangkitkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia yang sangat terdampak selama menghadapi pandemi ini," ucap pria yang akrab disapa Mas Menteri.
( )
Menurut Wishnutama, saat ini Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) telah mencanangkan target 205 Desa Wisata Mandiri pada tahun 2024.
Program ini tentunya membutuhkan kerja sama yang intensif antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi, pelaku industri pariwisata dan masyarakat desa.
"Besar harapan saya agar program pengembangan bisa terus terlaksana secara konsisten. Desa wisata ini akan menjadi suatu wajah baru, wajah yang segar dari pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia," ucap pria berkaca mata itu.
Dia pun mengajak stakeholders untuk menyiapkan semuanya dengan baik dan maksimal. "Apa yang sedang kita siapkan ini akan memberi dampak luar biasa bagi masyarakat desa. Tidak hanya terkait dampak ekonomi, tapi juga dampak besar terhadap upaya pelestarian budaya, sosial, dan lingkungan, yang akan menjadi representasi identitas bangsa Indonesia pada level internasional," tuturnya.
( )
Sebagai catatan, sejumlah desa wisata di Indonesia sudah mendapat pengakuan internasional. Pada tahun 2019 terdapat empat desa wisata yang masuk dalam Top 100 Destinasi Berkelanjutan di Dunia versi Global Green Destinations Days (GGDD).
Empat desa tersebut yaitu Desa Nglanggeran di Kabupaten Gunungkidul (DIY), Desa Pentingsari di Kabupaten Sleman (DIY), Desa Pemuteran di Kabupaten Buleleng (Bali), dan Desa Adat Penglipuran di Kabupaten Bangli (Bali).
Lebih lanjut Wishnutama mengatakan, program Pendampingan Desa Wisata yang bekerja sama dengan Perguruan Tinggi di seluruh Indonesia menjadi sebuah program yang sangat efektif untuk mengangkat desa-desa yang memiliki berbagai potensi sumber daya alam maupun budaya.
Selain sebagai sebuah bentuk pengabdian bagi Perguruan Tinggi sesuai Tri Dharma Perguruan Tinggi, program ini juga memberikan kesempatan kepada Desa Wisata untuk mendapatkan pendampingan sesuai dengan potensi yang dimiliki sehingga dapat berkembang menjadi Desa Wisata yang maju dan mandiri.
Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf/Baparekraf Wisnu Bawa Tarunajaya menambahkan, pihaknya bekerja sama dengan Kementerian Desa dan PDT serta perguruan tinggi dalam mengembangkan desa wisata sebagai destinasi yang punya daya tarik.
( )
Selain pelatihan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Training of Trainer (ToT) bagi para pengajar atau dosen pendamping, Kemenparekraf juga memberikan pemahaman tentang cara-cara mentransformasi produk-produk unggulan menjadi produk pariwisata, cara mengemas dan mempresentasikannya.
"Program pendampingan ini akan terus kita tingkatkan dan ada evaluasinya. Muaranya adalah desa wisata mandiri, bagaimana masyarakat seputar desa wisata itu bisa mendapat manfaat melalui pengembangan kewirausahaan," paparnya.
Wisnu mengatakan, desa wisata juga diharapkan menjadi pusat pembelajaran. Untuk itu, diperlukan sinergi antar kementerian seperti dengan Kementerian Desa dan PDT, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, ataupun dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam pengembangan desa wisata digital.
(ind)