RI harus Jeli Melihat Peluang Ekspor
loading...
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara resmi melepas produk ekspor Indonesia yang bernilai tambah dan berkelanjutan ke pasar global, Jumat (4/12). Dalam kegiatan pelepasan ekspor ini, total nilai produknya mencapai Rp23,75 triliun.
“Salah satu kunci untuk memperbaiki ekonomi nasional adalah peningkatan ekspor. Bukan hanya membantu para pelaku usaha untuk tumbuh dan membuka lapangan kerja, tetapi juga untuk menghasilkan devisa agar memperbaiki neraca perdagangan,” kata Presiden. (Baca: Amalkan Lima Doa ini, Rezeki Datang Bertubi-tubi)
Pada kesempatan tersebut mantan Gubernur DKI Jakarta itu meminta kementerian/lembaga terkait serta seluruh stakeholders untuk bisa jeli melihat peluang ekspor meskipun di tengah pandemi. Dengan demikian perdagangan dalam negeri bisa ditingkatkan.
“Memang saat ini situasi pandemi dan ekonomi global sedang lesu. Namun kita tidak boleh menyerah. Kita harus melihat lebih jeli, melihat peluang pasar ekspor yang terbuka lebar di tengah pandemi,” tegasnya.
Pada pelepasan ekspor tahun ini ada 133 perusahaan yang terlibat. Jumlah tersebut terdiri atas 79 perusahaan non- usaha kecil menengah (UKM) dan 54 perusahaan dalam kategori UKM. Produk-produk yang diekspor beragam, mulai dari furnitur, automotif, makanan dan minuman (mamin) hingga lainnya.
“Terakhir saya ingatkan, kegiatan pelepasan ekspor seperti ini jangan hanya seremonial semata, tetapi menjadi momentum yang berkelanjutan menghasilkan nilai ekspor,” katanya. (Baca juga: Kemenag Harap Madrasah Jadi Ruang Pembudayaan Pembelajaran)
Pada kesempatan tersebut Presiden mengaku senang melihat laporan ekspor Indonesia periode Januari–Oktober. Pasalnya neraca perdagangan Indonesia masih mengalami surplus sebesar USD17,07 miliar.
“Saya senang membaca laporan bahwa ekspor Indonesia periode Januari sampai Oktober 2020 surplus USD 17,07 miliar. Dari kopi, garmen, home decor furniture, perikanan hingga makanan-minuman,” katanya.
Namun Presiden menekankan, Indonesia tidak boleh berpuas diri karena potensi pasar ekspor masih banyak yang belum tergarap. Apalagi, menurutnya, Indonesia masih tertinggal dalam menangkap peluang ekspor. “Kita juga masih tertinggal bila dibandingkan dengan negara-negara lain dalam menangkap peluang ekspor,” ungkapnya.
Jokowi menyebut tahun 2019 Indonesia merupakan produsen kopi terbesar nomor empat di dunia setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia. Namun Indonesia tercatat sebagai eksportir terbesar kopi yang kedelapan di dunia.
“Kalah dengan Brasil, Swiss, Jerman, Kolombia, bahkan oleh Vietnam. Jadi potret kinerja ekspor kopi Indonesia masih tertinggal dengan Vietnam yang pada 2019 mencapai USD2,22 miliar. Adapun kinerja ekspor kopi Indonesia 2019 berada di angka USD883,12 juta,” tuturnya. (Baca juga: Penanganan Terkini Kanker Usus Besar)
Tidak hanya itu, ketertinggalan juga terjadi pada komoditas lain seperti garmen. Menurutnya Indonesia produsen garmen terbesar kedelapan dunia, tetapi kenyataannya menjadi eksportir garmen yang ke-22 terbesar dunia.
“Kita menjadi produsen kayu ringan terbesar di dunia, termasuk jenis kayu sengon dan jabon. Tapi menjadi eksportir home decor ke-19 terbesar di dunia. Bahkan kita kalah dengan Vietnam dan kita hanya di peringkat ke-21 terbesar dunia dalam ekspor produk furnitur,” paparnya.
Ketertinggalan menangkap peluang ekspor juga tampak pada komoditas perikanan. Indonesia merupakan produsen produk perikanan terbesar kedua dunia. Namun potret ekspornya juga masih di peringkat ke-13 dunia.
“Inilah fakta-fakta yang harus saya sampaikan. Saya melihat ketertinggalan tidak harus membuat kita pesimistis. Tidak ada jalan bagi kita selain melakukan langkah-langkah perbaikan. Langkah-langkah pembenahan,” sebutnya.
Sementara itu Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto mengatakan pada kesempatan terebut ada 133 perusahaan yang terlibat, terdiri atas 79 perusahaan non-UKM dan 54 perusahaan dalam kategori UKM. “Dari 54 UKM yang terlibat, mereka berhasil melakukan ekspor dengan total mencapai USD12,29 juta atau setara Rp178,15 miliar,” kata Agus Suparmanto. (Lihat videonya: Tim Satgas Tinombala Memburu Kelompok MIT)
Dia memaparkan, dari 54 UKM tersebut, terdapat 7 UKM yang baru pertama kali melakukan ekspor. Selain itu ada juga 11 UKM berhasil melakukan diversifikasi produk ekspor baru dengan nilai USD1,16 juta atau setara Rp16,82 miliar.
Dia menambahkan, Kemendag akan terus mengupayakan agar semakin banyak UKM melakukan diversifikasi produk ekspor. Tujuannya untuk meningkatkan daya saing produk ekspor di pasar global. (Ferdi Rantung)
“Salah satu kunci untuk memperbaiki ekonomi nasional adalah peningkatan ekspor. Bukan hanya membantu para pelaku usaha untuk tumbuh dan membuka lapangan kerja, tetapi juga untuk menghasilkan devisa agar memperbaiki neraca perdagangan,” kata Presiden. (Baca: Amalkan Lima Doa ini, Rezeki Datang Bertubi-tubi)
Pada kesempatan tersebut mantan Gubernur DKI Jakarta itu meminta kementerian/lembaga terkait serta seluruh stakeholders untuk bisa jeli melihat peluang ekspor meskipun di tengah pandemi. Dengan demikian perdagangan dalam negeri bisa ditingkatkan.
“Memang saat ini situasi pandemi dan ekonomi global sedang lesu. Namun kita tidak boleh menyerah. Kita harus melihat lebih jeli, melihat peluang pasar ekspor yang terbuka lebar di tengah pandemi,” tegasnya.
Pada pelepasan ekspor tahun ini ada 133 perusahaan yang terlibat. Jumlah tersebut terdiri atas 79 perusahaan non- usaha kecil menengah (UKM) dan 54 perusahaan dalam kategori UKM. Produk-produk yang diekspor beragam, mulai dari furnitur, automotif, makanan dan minuman (mamin) hingga lainnya.
“Terakhir saya ingatkan, kegiatan pelepasan ekspor seperti ini jangan hanya seremonial semata, tetapi menjadi momentum yang berkelanjutan menghasilkan nilai ekspor,” katanya. (Baca juga: Kemenag Harap Madrasah Jadi Ruang Pembudayaan Pembelajaran)
Pada kesempatan tersebut Presiden mengaku senang melihat laporan ekspor Indonesia periode Januari–Oktober. Pasalnya neraca perdagangan Indonesia masih mengalami surplus sebesar USD17,07 miliar.
“Saya senang membaca laporan bahwa ekspor Indonesia periode Januari sampai Oktober 2020 surplus USD 17,07 miliar. Dari kopi, garmen, home decor furniture, perikanan hingga makanan-minuman,” katanya.
Namun Presiden menekankan, Indonesia tidak boleh berpuas diri karena potensi pasar ekspor masih banyak yang belum tergarap. Apalagi, menurutnya, Indonesia masih tertinggal dalam menangkap peluang ekspor. “Kita juga masih tertinggal bila dibandingkan dengan negara-negara lain dalam menangkap peluang ekspor,” ungkapnya.
Jokowi menyebut tahun 2019 Indonesia merupakan produsen kopi terbesar nomor empat di dunia setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia. Namun Indonesia tercatat sebagai eksportir terbesar kopi yang kedelapan di dunia.
“Kalah dengan Brasil, Swiss, Jerman, Kolombia, bahkan oleh Vietnam. Jadi potret kinerja ekspor kopi Indonesia masih tertinggal dengan Vietnam yang pada 2019 mencapai USD2,22 miliar. Adapun kinerja ekspor kopi Indonesia 2019 berada di angka USD883,12 juta,” tuturnya. (Baca juga: Penanganan Terkini Kanker Usus Besar)
Tidak hanya itu, ketertinggalan juga terjadi pada komoditas lain seperti garmen. Menurutnya Indonesia produsen garmen terbesar kedelapan dunia, tetapi kenyataannya menjadi eksportir garmen yang ke-22 terbesar dunia.
“Kita menjadi produsen kayu ringan terbesar di dunia, termasuk jenis kayu sengon dan jabon. Tapi menjadi eksportir home decor ke-19 terbesar di dunia. Bahkan kita kalah dengan Vietnam dan kita hanya di peringkat ke-21 terbesar dunia dalam ekspor produk furnitur,” paparnya.
Ketertinggalan menangkap peluang ekspor juga tampak pada komoditas perikanan. Indonesia merupakan produsen produk perikanan terbesar kedua dunia. Namun potret ekspornya juga masih di peringkat ke-13 dunia.
“Inilah fakta-fakta yang harus saya sampaikan. Saya melihat ketertinggalan tidak harus membuat kita pesimistis. Tidak ada jalan bagi kita selain melakukan langkah-langkah perbaikan. Langkah-langkah pembenahan,” sebutnya.
Sementara itu Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto mengatakan pada kesempatan terebut ada 133 perusahaan yang terlibat, terdiri atas 79 perusahaan non-UKM dan 54 perusahaan dalam kategori UKM. “Dari 54 UKM yang terlibat, mereka berhasil melakukan ekspor dengan total mencapai USD12,29 juta atau setara Rp178,15 miliar,” kata Agus Suparmanto. (Lihat videonya: Tim Satgas Tinombala Memburu Kelompok MIT)
Dia memaparkan, dari 54 UKM tersebut, terdapat 7 UKM yang baru pertama kali melakukan ekspor. Selain itu ada juga 11 UKM berhasil melakukan diversifikasi produk ekspor baru dengan nilai USD1,16 juta atau setara Rp16,82 miliar.
Dia menambahkan, Kemendag akan terus mengupayakan agar semakin banyak UKM melakukan diversifikasi produk ekspor. Tujuannya untuk meningkatkan daya saing produk ekspor di pasar global. (Ferdi Rantung)
(ysw)