Ekonomi Islam Semakin Menggurita di Kawasan ASEAN
loading...
A
A
A
JAKARTA - Global Islamic Economy Indicator mengungkap pengeluaran konsumen dalam sektor ekonomi Islam diperkirakan akan terus meningkat, dengan kisaran USD2,3 triliun pada 2024.
"Ini merupakan salah satu simpulan dari State of the Global Islamic Economy Report 2020/2021 yang mengukur ekosistem nasional menyumbang andil terbesar untuk pengembangan aktivitas bisnis dan perekonomian islami," kata CEO CollabDeen, Fateh Ali dalam, keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (8/12/2020). ( Baca juga:Singapura Masuk dalam Kelompok 15 Besar Ekonomi Islam Global )
Dia menyebutkan, masuknya Singapura dalam kelompok 15 besar menandakan peran penting ekonomi Islam bagi negara tersebut. Kinerja Singapura yang kuat dalam produk halal serta segmen media dan pariwisata adalah tanda positif dari peran ekonomi Islam dalam kebangkitan ekonomi pasca-pandemi.
Singapura menghasilkan lebih dari USD255 miliar per tahun dalam sektor perdagangan halal. Angka tersebut, seperti yang disorot dalam laporan SGIE, merepresentasi 1% (USD 2,4 miliar) potensi dan peluang untuk berkembang lebih jauh.
Founder Have Halal, Will Travel, Mikhail Melvin Goh, menyebutkan bahwa seluruh kawasan Asia Tenggara adalah pemain penting dalam ekonomi Islam global.
“Selain pemimpin pasar seperti Malaysia dan Indonesia, maka Singapura, Thailand, Filipina, Korea Selatan, dan Brunei juga disorot secara mencolok dalam laporan ini," ucap dia.
Adapun peringkat 14 yaitu Thailand memiliki nilai ekspor produk halal global senilai USD6,2 miliar (di atas Malaysia) dan perkiraan 4,48 juta turis muslim pada tahun 2019. Hal ini menunjukkan ekosistem ekonomi Islam regional yang kuat telah berkembang pesat dari waktu ke waktu.
Usai mencapai rekor tahun 2018/2019, investasi perusahaan terkait ekonomi Islam secara global melambat pada 2019/2020. Tercatat penurunan sebesar 13% menjadi USD188 miliar.
Lebih dari 54% investasi berada dalam kategori produk halal, sementara keuangan dan gaya hidup Islami masing-masing menarik 41,8% dan 4% dari investasi. Angka pertumbuhan didorong oleh penggabungan dan akuisisi yang dipimpin perusahaan, investasi modal ventura dalam masa awal teknologi, serta investasi ekuitas swasta.
Di masa yang tidak pasti ini, ekonomi Islam dengan ekosistemnya yang etis dan transparan tetap menjadi pilar kekuatan dan jaminan untuk masa depan yang lebih baik. ( Baca juga:Hypercar Lykan Hypersport di Fast Furious 7 Dilego Rp350 Juta, Nego dan Pajak Panjang! )
"Saat kami melihat ke depan, nilai dan prinsip yang menjadi dasar ekonomi Islam ditambah ‘sinyal peluang’ yang diidentifikasi dengan cermat dalam laporan, memberikan peta jalan bagi pemerintah dan perusahaan untuk menavigasi tantangan dengan mulus. Terus berjalan di jalur mereka menuju pemulihan, dan tetap berjalan sesuai jalur untuk kemakmuran jangka panjang,” ujar CEO Dubai Islamic Economy Development Centre (DIEDC) Abdulla Mohammed Al Awar.
"Ini merupakan salah satu simpulan dari State of the Global Islamic Economy Report 2020/2021 yang mengukur ekosistem nasional menyumbang andil terbesar untuk pengembangan aktivitas bisnis dan perekonomian islami," kata CEO CollabDeen, Fateh Ali dalam, keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (8/12/2020). ( Baca juga:Singapura Masuk dalam Kelompok 15 Besar Ekonomi Islam Global )
Dia menyebutkan, masuknya Singapura dalam kelompok 15 besar menandakan peran penting ekonomi Islam bagi negara tersebut. Kinerja Singapura yang kuat dalam produk halal serta segmen media dan pariwisata adalah tanda positif dari peran ekonomi Islam dalam kebangkitan ekonomi pasca-pandemi.
Singapura menghasilkan lebih dari USD255 miliar per tahun dalam sektor perdagangan halal. Angka tersebut, seperti yang disorot dalam laporan SGIE, merepresentasi 1% (USD 2,4 miliar) potensi dan peluang untuk berkembang lebih jauh.
Founder Have Halal, Will Travel, Mikhail Melvin Goh, menyebutkan bahwa seluruh kawasan Asia Tenggara adalah pemain penting dalam ekonomi Islam global.
“Selain pemimpin pasar seperti Malaysia dan Indonesia, maka Singapura, Thailand, Filipina, Korea Selatan, dan Brunei juga disorot secara mencolok dalam laporan ini," ucap dia.
Adapun peringkat 14 yaitu Thailand memiliki nilai ekspor produk halal global senilai USD6,2 miliar (di atas Malaysia) dan perkiraan 4,48 juta turis muslim pada tahun 2019. Hal ini menunjukkan ekosistem ekonomi Islam regional yang kuat telah berkembang pesat dari waktu ke waktu.
Usai mencapai rekor tahun 2018/2019, investasi perusahaan terkait ekonomi Islam secara global melambat pada 2019/2020. Tercatat penurunan sebesar 13% menjadi USD188 miliar.
Lebih dari 54% investasi berada dalam kategori produk halal, sementara keuangan dan gaya hidup Islami masing-masing menarik 41,8% dan 4% dari investasi. Angka pertumbuhan didorong oleh penggabungan dan akuisisi yang dipimpin perusahaan, investasi modal ventura dalam masa awal teknologi, serta investasi ekuitas swasta.
Di masa yang tidak pasti ini, ekonomi Islam dengan ekosistemnya yang etis dan transparan tetap menjadi pilar kekuatan dan jaminan untuk masa depan yang lebih baik. ( Baca juga:Hypercar Lykan Hypersport di Fast Furious 7 Dilego Rp350 Juta, Nego dan Pajak Panjang! )
"Saat kami melihat ke depan, nilai dan prinsip yang menjadi dasar ekonomi Islam ditambah ‘sinyal peluang’ yang diidentifikasi dengan cermat dalam laporan, memberikan peta jalan bagi pemerintah dan perusahaan untuk menavigasi tantangan dengan mulus. Terus berjalan di jalur mereka menuju pemulihan, dan tetap berjalan sesuai jalur untuk kemakmuran jangka panjang,” ujar CEO Dubai Islamic Economy Development Centre (DIEDC) Abdulla Mohammed Al Awar.
(uka)