Isu Merger Gojek-Grab, Pengamat: Secara Bisnis Tidak Perlu

Selasa, 08 Desember 2020 - 21:44 WIB
loading...
Isu Merger Gojek-Grab,...
Isu merger antara Gojek dan Grab masih menyita perhatian. Selain melibatkan dua perusahaan berlevel decacorn di Asia Tenggara, rumor itu justru terjadi disaat fundamental bisnis Gojek semakin sehat. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Isu merger antara Gojek dan Grab masih menyita perhatian masyarakat. Selain melibatkan dua perusahaan berlevel decacorn di Asia Tenggara, rumor yang berhembus dari luar negeri itu justru terjadi disaat fundamental bisnis Gojek semakin sehat. Bahkan bulan lalu, Gojek berhasil menggaet pendanaan baru dari Telkomsel senilai USD 150 juta.

Ekonom Indef Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, dengan berbagai tekanan yang dihadapi, merger akan lebih menguntungkan Grab. "Secara bisnis, market share Gojek lebih kuat dan memiliki brand image yang lebih positif di Indonesia," kata Bhima.

(Baca Juga: Dikabarkan Merger, Begini Tanggapan Gojek dan Grab )

Grab, menurut Bhima, memang lebih unggul di luar negeri. Tapi di kawasan Asia Tenggara, Indonesia adalah kunci bisnis, karena memiliki pasar yang besar. Pandangan yang sama soal Gojek yang tidak memerlukan merger juga disampaikan Doddy Ariefianto, Ekonom dari Universitas Bina Nusantara (Binus).

"Belum tentu juga Gojek yang bisnis dan namanya lebih kuat di Indonesia membutuhkan itu (merger). Apalagi Gojek masih bisa mengoptimalkan Indonesia sebagai pasar terbesar di Asia Tenggara," kata Doddy.

Doddy kemudian menyoroti peluang di bisnis keuangan digital. Pangsa pasar layanan jasa keuangan seperti uang elektronik (e-money) atau dompet digital memiliki prospek yang bagus.

"Sekarang ini banyak orang di negara kita maupun di luar negeri sudah semakin melek terhadap penggunaan cashless. Ini menjadi indikator yang baik buat pengembangan bisnis perusahaan seperti Gojek," imbuh Doddy yang pernah menjadi Ekonom di Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

(Baca Juga: Picu Monopoli, Merger Grab-Gojek Rugikan Konsumen )

Secara fundamental sejatinya posisi Gojek saat ini jauh lebih solid. Bulan lalu Co-CEO Gojek Andre Sulistyo melaporkan perkembangan positif Gojek sejak melakukan restrukturisasi bisnis di tahun 2019 dengan fokus kembali ke bisnis inti.

"Perusahaan berhasil mencetak laba operasional di luar biaya headquarter (contribution margin positive) di tengah kondisi penuh tantangan dalam tahun ini," ujar Andre.

Dalam konteks contribution margin positive seperti dijelaskan Andre, setiap transaksiGojeksudah menghasilkan cashflow yang belum dikurangi biaya headquarter.

“Investasi ada perpaduan pendanaan dari luar dan internal cashflow. Jika ada profit dari titik produk itu, investasi yang kami lakukan tidak hanya dari luar. Sejak tahun ini investasi bisa dihasilkan dari internal cash flow, ini penting sekali,” jelasnya.

Dengan fundamental yang lebih solid, di tengah pandemi covid-19 Gojek juga berhasil menarik sejumlah investor baru untuk masuk. Tahun ini Gojek berhasil mendapatkan pendanaan baru melalui fundraising seri F dan dari Telkomsel.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1635 seconds (0.1#10.140)