Terungkap! Sabun hingga Mie Instan Buatan RI Paling Diburu di Afrika

Jum'at, 11 Desember 2020 - 21:14 WIB
loading...
Terungkap! Sabun hingga Mie Instan Buatan RI Paling Diburu di Afrika
FOTO/REUTERS
A A A
JAKARTA - Afrika merupakan pasar potensial bagi produk-produk Indonesia. Bahkan, Afrika menjadi tujuan strategis bisnis (outward investment) Indonesia karena potensi pasarnya yang sangat besar. Saat ini negara-negara Afrika telah menyepakati Perjanjian Perdagangan Bebas Benua Afrika atau The African Continental Free Trade Agreement (AfCFTA) .

Duta Besar Indonesia untuk Ethiopia, Djibouti dan Uni Afrika Al Busyra Basnur menyebut, blok perjanjian perdagangan bebas tersebut sebagai sebuah kesepakatan besar setelah World Trade Organization (WTO) atau Organisasi Perdagangan Dunia. Perjanjian perdagangan tersebut mulai berlaku efektif pada awal 2021.

Di mana, blok perdagangan bebas itu dinilai akan membawa Afrika semakin maju dan berkembang secara ekonomi. dengan begitu, keberadaan AfCFTA dapat dimanfaatkan oleh pelaku bisnis Indonesia. "Ini merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan Indonesia terutama oleh pengusaha untuk memasuki pasar Afrika. Tidak hanya untuk berdagang tapi juga untuk berinvestasi," ujar Busyra Basnur di acara temu vrtual membahas Potensi Kerja Sama Ekonomi RI-Afrika, Jumat (11/12/2020).



Peluang Indonesia untuk bermain di pasar Afrika dinilai sangat memungkinkan. Hal itu dilakukan dengan memperluas produk-produk lokal dalam negeri dan memasifkan berinvestasi di benua hitam tersebut. Saat ini, sejumlah produk dalam negeri yang yang paling diburu di Afrika antara lain sabun kemudian menyusul mie instan, obat-obatan, kendaraan motor, kertas, garmen, minyak goreng, elektronik, dan produk lainnya.

Mengenai investasi Indonesia, tercatat ada 30 perusahaan yang berinvestasi di Afrika,15 diantaranya di Nigeria. Sementara dua terbesar ada di Ethiopia, di mana, ada 5 perusahaan yang berinvestasi, sementara sisanya tersebar di berbagai negara seperti Kenya, Gabon, Mozambik Aljazair, dan negara lainnya.

Bahkan, pada 2019 nilai perdagangan Indonesia dengan Afrika mencapai 4,36 miliar dolar Amerika Serikat (AS). Surplus untuk Indonesia sebesar 658,6 juta dolar AS. "Perusahaan yang berinvestasi di Indonesia diperkirakan akan semakin meningkat dikarenakan pasar dan prospek ekonomi semakin baik. Perwakilan Indonesia di Afrika semakin bekerja keras untuk melakukan diplomasi ekonomi setelah diinstruksikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi," katanya.

Sebab lain Indonesia berpeluang besar masuk di pasar Afrika karena hubungan kedua negara itu sendiri. Indonesia memiliki hubungan yang sangat baik dengan negara-negara di benua Afrika. Misalnya, penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika yang diselenggarakan di Bandung pertama kali pada April 1955.

Dalam konferensi tersebut, ada enam negara Afrika termasuk Ethiopia, hadir dalam konferensi tersebut. Padahal pada waktu itu, Indonesia dan Ethiopia belum memiliki hubungan diplomatik. Hubungan diplomatik kedua negara baru dimulai setelah konferensi Asia Afrika pada tahun 1961.

Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1294 seconds (0.1#10.140)