Antisipasi Pandemi di Masa Depan, Singapura Investasi Rp263,8 Triliun

Sabtu, 12 Desember 2020 - 06:45 WIB
loading...
Antisipasi Pandemi di...
Pemerintah Singapura mengalokasikan dana penelitian dan inovasi hingga SGD25 miliar (sekitar (Rp263,8 triliun) atau 1% dari produk domestik bruto. Foto/Reuters
A A A
SINGAPURA - Pemerintah Singapura mengalokasikan dana penelitian dan inovasi hingga SGD25 miliar (sekitar (Rp263,8 triliun) atau 1% dari produk domestik bruto (PDB) dalam lima tahun ke depan untuk mengantisipasi pandemi di kemudian hari. Hal ini tertuang dalam Research Innovation and Enterprise 2025 (RIE 2025) yang menjadi program terbaru Singapura dalam mencegah Covid-19 kembali terulang.

Menteri Keuangan (Menkeu) Singapura Heng Swee Keat mengatakan, RIE 2025 akan fokus pada empat pilar penelitian dan pengembangan (R&D), yakni: manufaktur, perdagangan, dan konektivitas; kesehatan; tata kota yang berkelanjutan; dan ekonomi serta sistem digital. Pemerintah Singapura juga akan mendukung bisnis berbasis ilmu dan teknologi. (Baca: Angkatan Laut AS Ingin Bentuk Armada Baru di Dekat Singapura)

RIE 2025 merupakan program lanjutan jangka pendek ketiga Singapura yang berpotensi menjadi program permanen. Anggaran yang dikeluarkan untuk mendukung program itu juga semakin hari semakin tinggi. Sebelumnya, pemerintah Singapura hanya memberikan dana SGD19 miliar untuk RIE 2020 dan SGD16 miliar untuk RIE 2015.

“Dalam buku anggaran RIE 2025, sekitar 15% disisakan sebagai ruang putih. Artinya, pihak penyelanggara RIE memiliki keleluasaan dalam mengganggarkan ulang dana itu untuk kepentingan lain sesuai dengan kemajuan teknologi dan perubahan budaya,” ujar Heng, dikutip channelnewsasia. “Kita juga tidak tahu kan apa yang akan terjadi besok.”

Hampir sebesar 30% dari dana itu atau SGD7,3 miliar akan diberikan kepada perguruan tinggi dan lembaga penelitian tertentu, sebesar 26% digunakan untuk mendukung empat pilar utama R&D, dan sebesar 9% dianggarkan untuk pengembangan minat dan bakat. Pemerintah Singapura berharap program ini berjalan lancar. (Baca juga: Taubat Sebagai Jalan Keluar Masalah)

“Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat dan memerlukan perhatian sehingga dapat membantu pertumbuhan ekonomi pasca-wabah Covid-19. Kami juga perlu fokus memerhatikan perkembangan kebutuhan dan kepentingan masyarakat yang semakin meluas,” kata Heng. “Kesehatan dan potensi masyarakat juga akan diperhatikan.”

Sebagai negara dengan angka kelahiran yang rendah dan penuaan penduduk, Singapura berupaya terus mendorong masyarakat agar memiliki lebih banyak anak. Heng mengatakan pemerintah Singapura siap menggelontorkan dana untuk mendukung penelitian terkait isu tersebut, termasuk penelitian lain yang masih berkaitan.

Sebagai contoh, lembaga penelitian angka kelahiran terbesar di Singapura Growing Up in Singapore Towards Healthy Outcomes (GUSTO), kini akan memperluas topik studi untuk memahami permasalahan ini secara lebih luas. Saat ini, GUSTO tidak hanya akan meneliti angka kehamilan, tapi juga perkembangan ibu dan bayi yang terkadang tidak diperhatikan. (Baca juga: Komisi X Dorong Munculnya Penggerak Literasi Desa)

RIE 2025 tidak hanya didukung Menkeu, tapi juga Menteri Industri dan Perdagangan Singapura Chan Chun Sing, Menteri Lingkungan dan Keberlanjutan Grace Fy, Menteri Pendidikan Lawrence Wong, dan Menteri Informasi dan Komunikasi S Israwan. Menurut Wong, beberapa sektor perlu menyingkirkan ego sektoral dan mulai berkolaborasi.

“Institut Pendidikan Nasional memerlukan Science of Learning in Education Centre (SoLEC) baru yang mengintegrasikan penelitian di berbagai bidang, baik perkembangan anak, ilmu pengetahuan instruksi pembelajaran, dan ilmu olahraga,” kata Wong. “Hal ini akan menjembatani setiap tepi penelitian yang dilakukan di perguruan tingggi.”

Pemerintah Singapura juga siap mendanai penelitian yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat dan orang lanjut usia (lansia). Di samping itu, pemerintah Singapura akan membentuk National R&D Programme for Epidemic Preparedness and Response (PREPARE) untuk mempersiapkan diri menghadapi pandemi di masa yang akan datang. (Baca juga: Biaya Kesehatan di Indonesia Diperkirakan Naik di 2021)

“Kami juga berharap dapat melakukan integrasi dalam solusi urbanisasi dan keberlanjutannya,” kata Heng. “RIE 2025 direncanakan dapat membangun lingkungan yang lebih efisien dan berkelanjutan dengan mengadopsi penggunaan robot, mesin, digitalisasi, otomatisasi, dan percetakan 3D bangunan,” sambung Heng.

Sesuai kesepakatan sebelumnya di hadapan negara lain di Paris, Prancis, Singapura juga berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca di bidang energi, industri, dan transportasi dengan menggunakan teknologi rendah karbon. Heng mengatakan, Singapura memerhatikan perubahan iklim secara sangat serius karena dampaknya sangat besar.

Dengan curah hujan yang kian tinggi di Asia Tenggara dan melelehnya es di wilayah kutub, Singapura khawatir ketinggian air laut akan terus naik dan menenggelamkan negara berjuluk Kota Singa itu. Singapura kini berencana membangun kota yang lebih ramah lingkungan, rendah mengeluarkan panas, dan mengelola sampah secara teratur dan tertata. (Lihat videonya: HRS Ditetapkan Tersangka)

“Kemajuan yang kami capai akan sia-sia jika semuanya berubah menjadi bencana. Sembari memerhatikan kelestarian lingkungan dan kemajuan peradaban, kami ingin industri manufaktur maju dengan memperluas konektivitas maritim dan udara ke berbagai negara,” kata Heng. (Muh Shamil)
(ysw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1399 seconds (0.1#10.140)