Program Biodiesel Hemat Devisa USD8 Miliar

Jum'at, 18 Desember 2020 - 19:27 WIB
loading...
Program Biodiesel Hemat Devisa USD8 Miliar
Program biodiesel akan terus ditingkatkan untuk membantu pemerintah dalam penghematan devisa dan menekan impor solar. (Foto: Dok. Sindonews)
A A A
JAKARTA - Program biodiesel akan terus ditingkatkan untuk membantu pemerintah dalam penghematan devisa dan menekan impor solar. Tahun ini, program B30 diproyeksikan mampu menghemat devisa sampai USD8 miliar.

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), jumlah petani yang terlibat dalam program mandatori biodiesel di on farm sekitar 1.198.766 petani dan pada off farm sekitar 9.046 orang pada 2020.

(Baca juga:Kelapa Sawit Tidak Hanya Bermanfaat untuk Campuran Biodiesel, Cek Faedah Lainnya!)

“Kementerian berupaya mencari upaya untuk meningkatkan partisipasi petani dalam mandatori,” ujar Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana dalam Webinar bertemakan “Masa Depan Biodiesel Indonesia: Bincang Pakar Multi Perpspektif”.

Dadan menyebutkan pemanfaatan produk dan limbah kelapa sawit sebagai sumber energi berkontribusi bagi pencapaian target bauran energi terbarukan. Selain itu, dapat meningkatkan ketahanan energi berbasis sumber daya alam di dalam negeri.

“Dari aspek lingkungan, program B30 bagian dari Paris Agreement salah satu upaya dari sektor energi untuk mencapai target pengurangan emisi gas rumah kaca,” ujar Dadan.

(Baca juga:Wamendag Optimis RI Menangi Gugatan Biodiesel Sawit di WTO)

Dalam pandangan Dadan Kusdiana, peningkatan nilai tambah berjalan baik untuk dikombinasikan dengan program bioenergi. Langkah ini merupakan strategi tepat karena menumbuhkan industri penunjang seperti industri methanol baik itu berbasis gas alam maupun batubara.

Target Mandatori Biodiesel berdasarkan Permen ESDM No. 12/2015. Mulai 1 Januari 2020 diberlakukan Mandatori B30 untuk seluruh sektor. Pemerintah telah menetapkan standar kualitas spesifikasi produk melalui SNI untuk menjaga kualitas dan melindungi konsumen. “Kementerian ESDM akan mulai mengintroduksi prinsip keberlanjutan,” jelas dia.

(Baca juga:Harga Biodiesel di Desember Naik Menjadi Rp9.505/liter)

Sampai tahun ini, kapasitas terpasang produksi biodiesel mencapai 12,6 juta Kl. Terdapat 27 badan usaha yang tersebar di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.

Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengungkapkan indeks ketahanan energi Indonesia mencapai 6,57 ini dikategorikan baik karena pasokan energi terbarukan cukup melimpah, salah satunya dari biodiesel.

(Baca juga:Ironis, Petani Sawit Subsidi Industri Biodiesel)

Program mandatori biodiesel mengurangi konsumsi solar sekitar sekitar 7,2 juta KL pada 2019 serta menghemat devisa sebesar USD2 miliar atau Rp28 triliun. “Tahun ini program B30 diproyeksikan menghemat devisa sebesar USD8 miliar,” ungkap Djoko.

Adapun penggunaan biodiesel (B30) menunjukkan penurunan emisi rata-rata CO 25.35%, NOx + THC 10.82%, Partikulat 42.02%, dan opasitas 23.5% dibandingkan dengan emisi yang dihasilkan dari penggunaan solar.

(Baca juga:Dukung Energi Hijau, Produsen Biodiesel Terus Tingkatkan Kapasitas Produksi)

Peneliti INDEF Fadhil Hasan menjelaskan pemerintah berupaya menekan besarnya insentif biodiesel melalui tiga strategi kebijakan. Pertama, pemerintah mengganti formula perhitungan HIP Biodiesel untuk menurunkan selisih/subsidi biodiesel.

Kedua, dana pungutan ekspor (levy) terbaru diterapkan progresif sesuai dengan PMK 191/2020. Pungutan ekspor diharapkan mampu mempertahankan momentum hilirisasi industri turunan sawit dalam negeri.

(Baca juga:Peneliti Korea Buat Biodiesel dari Kardus Bekas)

Kebijakan ketiga adalah program B-40 akan diimplementasikan pada bulan Juli 2021. Di mana sebagai catatan bauran kebijakan ini menjadi sentimen positif keberlangsungan program B-30 di Indonesia.

Dijelaskan Fadhil bahwa masa depan program biodiesel sangat dipengaruhi oleh dinamika harga CPO dan minyak bumi. Oleh karena itu selain penyesuaian kebijakan pungutan ekspor, keberlanjutan program biodiesel sangat tergantung dari komitmen untuk juga mereview kebijakan harga minyak bumi.

“Program B-30 ini memiliki resiko dan ketidakpastian jika hanya mengandalkan kebijakan dari sisi PE dan industri sawit secara keseluruhan,” paparnya.

Ketua Ikatan Ahli Bioenergi Indonesia, Tatang Hernas Soerawidjaja mengungkapkan masa depan bioesel masih cerah asalkan mutunya makin ideal. “Biodiesel ini bakar terbarukan dan memanfaatkan bahan mentah lokal,” ujar Tatang.

Pengembangan biodiesel di Indonesia sangat menjanjikan. Bahan mentah semuanya ada di sini. Di sisi lain, Indonesia kekurangan bahan baku bahan bakar minyak (BBM).

Inovasi biofuel sangat dibutuhkan untuk mengatasi defisit pasokan minyak bumi. Bahan baku biodiesel tidak mesti bertumpu dari sawit melainkan dari bahan baku tanaman lain seperti pongan, nyamplung, dan kelor.
(dar)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1037 seconds (0.1#10.140)