Cetak Laba Rp8,17 Triliun, Kinerja BRI Tetap Stabil di Tengah Pandemi
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mampu mencatatkan kinerja yang stabil hingga akhir kuartal I/2020 di tengah pandemi corona (Covid-19) yang merebak sejak awal tahun. Pencapaian tersebut dibarengi perseroan dengan terus fokus untuk menyelamatkan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia.
Direktur Utama Bank BRI Sunarso menjelaskan, kredit BRI mampu tumbuh diatas rata rata industri hingga akhir kuartal I/2020. Secara konsolidasian, Bank BRI telah menyalurkan kredit sebesar Rp930,73 Triliun atau tumbuh double digit sebesar 10,05% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp845,72 Triliun.
"Ini lebih tinggi daripada pertumbuhan kredit industri sebesar 7,95% di bulan Maret 2020,” ujar Sunarso dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Kamis (13/5/2020). (Baca Juga : 134 Ribu Pelaku UMKM Dapatkan Relaksasi dari BRI )
Komposisi kredit UMKM BRI dibanding total kredit BRI pun merangkak naik dari 77,37% di kuartal I/2019 menjadi 78,31% pada kuartal I/2020. Ini merupakan salah satu bentuk upaya perseroan sebagai langkah countercyclical terhadap UMKM agar roda perekonomian terus berputar.
“BRI mampu tetap tumbuh melalui selective growth dan prudent dalam menyalurkan fasilitas pinjaman. Hal ini tercermin dari pengelolaan rasio kredit bermasalah BRI, dimana pada akhir Maret 2020 NPL BRI tercatat 3% jauh dibawah batas maksimal NPL yang ditetapkan regulator sebesar 5%,” urai Sunarso.
Dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK), hingga akhir kuartal I/2020 DPK BRI tercatat Rp1.029,00 triliun atau naik 9,93% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Angka ini juga masih diatas pertumbuhan DPK industri perbankan nasional pada bulan Maret 2020 sebesar 9,54%. Dana murah (CASA) masih mendominasi portofolio simpanan BRI, mencapai 55,90% dari total DPK atau senilai Rp575,18 Triliun.
“Di tengah kondisi yang sedemikian menantang, dengan fokus pada kesehatan aset produktif, secara konsolidasian Bank BRI mampu mencetak laba Rp8,17 Triliun dengan aset mencapai Rp1.358,98 triliun hingga akhir kuartal I/2020,” jelas Sunarso.
Sementara itu, dari sisi permodalan, BRI mencatat rasio CAR 18,56% pada akhir kuartal I/2020. “Ini mencerminkan modal BRI cukup kuat untuk melakukan ekspansi dalam jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Disamping itu, likuiditas BRI masih sangat ideal dan BRI mempunyai ruang yang cukup untuk tumbuh secara sehat dimana rasio LDR BRI di kuartal I/2020 tercatat sebesar 90,45%,” tutur Sunarso.
Faktor lain yang menjadi penyokong kinerja BRI adalah peningkatan pendapatan berbasis komisi yang dikerek oleh peningkatan transaksi digital dampak dari PSBB dan himbauan physical distancing. Pendapatan berbasis komisi BRI di akhir Maret 2020 tercatat sebesar Rp4,17 triliun atau tumbuh 32,91% yoy.
Direktur Utama Bank BRI Sunarso menjelaskan, kredit BRI mampu tumbuh diatas rata rata industri hingga akhir kuartal I/2020. Secara konsolidasian, Bank BRI telah menyalurkan kredit sebesar Rp930,73 Triliun atau tumbuh double digit sebesar 10,05% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp845,72 Triliun.
"Ini lebih tinggi daripada pertumbuhan kredit industri sebesar 7,95% di bulan Maret 2020,” ujar Sunarso dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Kamis (13/5/2020). (Baca Juga : 134 Ribu Pelaku UMKM Dapatkan Relaksasi dari BRI )
Komposisi kredit UMKM BRI dibanding total kredit BRI pun merangkak naik dari 77,37% di kuartal I/2019 menjadi 78,31% pada kuartal I/2020. Ini merupakan salah satu bentuk upaya perseroan sebagai langkah countercyclical terhadap UMKM agar roda perekonomian terus berputar.
“BRI mampu tetap tumbuh melalui selective growth dan prudent dalam menyalurkan fasilitas pinjaman. Hal ini tercermin dari pengelolaan rasio kredit bermasalah BRI, dimana pada akhir Maret 2020 NPL BRI tercatat 3% jauh dibawah batas maksimal NPL yang ditetapkan regulator sebesar 5%,” urai Sunarso.
Dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK), hingga akhir kuartal I/2020 DPK BRI tercatat Rp1.029,00 triliun atau naik 9,93% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Angka ini juga masih diatas pertumbuhan DPK industri perbankan nasional pada bulan Maret 2020 sebesar 9,54%. Dana murah (CASA) masih mendominasi portofolio simpanan BRI, mencapai 55,90% dari total DPK atau senilai Rp575,18 Triliun.
“Di tengah kondisi yang sedemikian menantang, dengan fokus pada kesehatan aset produktif, secara konsolidasian Bank BRI mampu mencetak laba Rp8,17 Triliun dengan aset mencapai Rp1.358,98 triliun hingga akhir kuartal I/2020,” jelas Sunarso.
Sementara itu, dari sisi permodalan, BRI mencatat rasio CAR 18,56% pada akhir kuartal I/2020. “Ini mencerminkan modal BRI cukup kuat untuk melakukan ekspansi dalam jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Disamping itu, likuiditas BRI masih sangat ideal dan BRI mempunyai ruang yang cukup untuk tumbuh secara sehat dimana rasio LDR BRI di kuartal I/2020 tercatat sebesar 90,45%,” tutur Sunarso.
Faktor lain yang menjadi penyokong kinerja BRI adalah peningkatan pendapatan berbasis komisi yang dikerek oleh peningkatan transaksi digital dampak dari PSBB dan himbauan physical distancing. Pendapatan berbasis komisi BRI di akhir Maret 2020 tercatat sebesar Rp4,17 triliun atau tumbuh 32,91% yoy.
(ind)