Merger Unicorn Harus Dongkrak Penjualan Produk Lokal

Selasa, 12 Januari 2021 - 08:22 WIB
loading...
Merger Unicorn Harus Dongkrak Penjualan Produk Lokal
Merger unicorn diharapkan bisa membantu meningkatkan penjualan produk lokal. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA- Merger unicorn seperti Gojek dengan Tokopedia diharapkan dapat mendongrak penjualan produk lokal. Jika hal ini bisa terwujud maka dampaknya akan sangat terasa bagi partumbuhan ekonomi nasional.

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani mengatakan, merger Gojek dengan Tokopedia bisa berdampak terhadap perekonomian nasional apabila penjualan lokal atau domestik bisa dioptimalkan.

“Sisi ekonomi sangat tergantung apakah penjualan domestik di Tokopedia dioptimalkan. Bila impor maka tidak ada banyak untungnya,” ujar Aviliani di Jakarta, kemarin.

Dia menyarankan agar bila merger terlaksana perlu meminimalisir penjualan barang impor terutama untuk barang konsumtif. ”Bila hanya impor buat apa. Bila tidak produksi di sini maka nilai tambah kecil,” sebutnya. (Baca juga:Merger Unicorn Rawan Monopoli)

Untuk itu, dia berharap dengan merger Tokopedia dengan Gojek maka kekuatan ekspansi semakin tinggi. Sehingga bisa membawa barang dari Indonesia merambah pasar luar negeri terutama untuk di regional Asia Tenggara.

Di sisi lain, dia meminta isu dominasi pasar atau monopoli yang mungkin menjadi perhatian Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) diminta agar dinilai secara lebih bijak.

”Menurut saya tidak relevan antara isu asing vs tidak asing. KPPU tak boleh dianggap ini dominasi pasar karena kita punya Undang-Undang (UU) Persaingan Usaha kan. Trennya ke depan ini pasti akan ada banyak perusahaan yang akan merger dan akuisisi,” ungkapnya.

Kacamata KPPU, menurutnya, memang tidak bisa hanya lihat dari satu sisi saja. Perlu melihat perspektif lain bahwa persaingan ini sehat. Rencana merger Tokopedia dengan Gojek sebagai praktik bisnis yang wajar karena ekosistem akan terjadi dengan sendirinya. ”Dengan win-win solution,” terusnya.

Tokopedia adalah platform jual beli barang dan menjadi salah satu e-Commerce yang menguasai pasar. ”Sedangkan Gojek punya ekosistem layanan transportasi, makanan, dan lainnya. Gojek belum punya e-Commerce. Dengan merger maka keduanya semakin besar,” jelasnya.

Dia menuturkan, ekosistem digital yang lebih kuat berpotensi terbangun dari penggabungan dua entitas tersebut. Terlebih Gojek segera menjadi salah satu pemilik bank dengan keunggulan digital yaitu Bank Jago.

”Maka toko-toko yang berada dalam Tokopedia bisa dengan mudah mendapat pinjaman dari bank tersebut. Terbangunlah ekosistem digital,” jelasnya.

Hal tersebut akan terjadi secara lebih efisien. Aviliani mengatakan, tanpa kolaborasi, seandainya masing-masing pihak membuka layanan sendiri-sendiri maka akan membutuhkan investasi dengan dana yang besar.

”Sedangkan dengan bergabung jadi lebih cepat membangunnya. Maka kalau mau jual sebagian saham, buat Gojek tentu untung dapat data banyak dari Tokopedia. Karena mereka dapat tawarkan kredit ke seller di tokopedia,” imbuhnya.

Menurut Ketua Umum Yayasan Next Indonesia Unicorn (NextICorn) Daniel Tumiwa, dampak merger Gojek dengan Tokopedia sangat signifikan. Termasuk bagi perkembangan ekonomi digital Indonesia.

”Sangat (signifikan). Dan kalau bicara ekonomi digital Indonesia, langkah ini akan lebih mempercepat perkembangan ekonomi kita,” paparnya.

Jika terealisasi, lanjut dia, merger Gojek dengan Tokopedia juga akan membuat kedua entitas bergerak sangat cepat. Memiliki keleluasan menjalankan berbagai hal yang saat ini mungkin masih terbentur sejumlah kendala.

”Memperluas jangkauannya dengan penawaran yang lebih lengkap. Tidak terhambat dengan isu-isu ego, proses, prosedur, ataupun hal teknis lainnya. Fokus untuk bisa sesegara mungkin mengangkat ekonomi Indonesia dengan pemberdayaan yang sudah dibawa oleh insititusi masing masing selama ini,” ungkap Daniel.

Pengamat teknologi digital Heru Sutadi menilai merger antara Gojek dan Tokopedia ini akan menjadi Super Apps. Namun dalam ekonomi tradisional ini juga disebut konglomerasi.

"Tentu harus jadi perhatian jika ada penguasaan bisnis dari hulu hingga ke hilir yang berdampak misal pada harga ke konsumen dan persaingan usaha tidak sehat," jelas Heru.

Sebelumnya, Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Kodrat Wibowo mengakui bila Gojek dan Tokopedia jelas sama-sama memiliki bidang usaha yang multisided market. Beberapa di antaranya berada dalam pasar yang relevan sama bidang utamanya yaitu market place.

"Lalu soal apakah ada praktik monopoli? Kami harus melakukan penilaian terlebih dahulu apakah konsentrasi pasar di sektor marketplace akan berpotensi dimonopoli," ujar Kodrat.

Dia menjelaskan, walaupun untuk saat ini pihaknya belum mempunyai data hasil merger namun secara umum dia masih melihat pemain utamanya seperti Blibli, Shopee, Lazada, dan lainnya cukup kompetitif. "Mereka masih cukup punya posisi yang bersaing satu sama lainnya," lanjutnya.

Bahkan dia juga mengingatkan secara diplomatis bila tim di KPPU siap kapanpun memberikan konsultasi pra-merger bila dibutuhkan Gojek dan Tokopedia. "Tapi bila tidak ya kami tunggu notifikasi setelah merger terealisasi saja," jelasnya.

Dia mengatakan pada dasarnya KPPU melihat sebuah merger punya potensi melanggar aturan larangan praktik monopoli atau tidak tentu setelah melalui proses penilaian KPPU. "Ini dilakukan setelah pihak bermerger melaksanakan kewajiban notifikasi pasca mereka merger," pungkasnya. (anto kurniawan/hafid fuad)
(bai)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1182 seconds (0.1#10.140)