Dear Investor! Tren Naiknya Harga Emas Diyakini Berlanjut di 2021
loading...
A
A
A
JAKARTA - Transaksi dan harga emas diprediksi masih akan mengalami tren positif, setidaknya hingga kuartal pertama tahun 2021. Hal itu diperkirakan mengikuti tren tahun lalu, di mana emas menjadi aset utama yang dilirik investor di tengah pandemi Covid-19.
Direktur Utama PT Bursa Berjangka Jakarta atau Jakarta Futures Exchange (JFX) Stephanus Paulus Lumintang mengatakan, sejak pandemi dimulai Maret 2020, volume transaksi komoditas berjangka emas justru mengalami kontraksi positif up trend. Ia mengutip data JFX tahun lalu, di mana nilai kontrak komoditas emas bertumbuh 16% hingga 17% dibanding 2019.
Paulus melanjutkan bahwa tingginya permintaan investor terhadap emas sepanjang 2020 juga tercermin pada pergerakan harganya. Harga emas pernah terpantau mencapai puncak tertinggi USD2.072 per troy ounce pada Juli tahun lalu, meski harganya kemudian melemah tipis ke USD1.899 di akhir 2020.
"Kalau secara volume transaksi dan harga emas, saya masih optimistis akan terjadi peningkatan terus (hingga kuartal I),” jelas Paulus dalam keterangan resminya, Kamis (21/1/2021).
Menurutnya, terdapat beberapa sentimen positif di awal tahun ini yang bisa meningkatkan volume transaksi dan harga emas. Sentimen pertama adalah pelantikan Joe Biden sebagai presiden baru AS pada pekan ini.
Kedua, keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) yang efektif berlaku 1 Januari 2021 akan mempengaruhi kontrak antarmata uang (cross currency) yang selama ini dilakukan menggunakan denominasi Poundsterling Inggris.
Sentimen ketiga dan terakhir adalah rencana pemerintah Amerika Serikat di bawah Biden yang ingin menggelontorkan stimulus demi mendongkrak ekonomi Negara Adidaya itu.
"Di bursa berjangka, dinamika ini akan sangat mempengaruhi animo masyarakat untuk masuk ke kontrak emas. Saya memprediksi bahwa harga emas bisa di atas USD1.900 per troy ounce di akhir kuartal I/2021,” jelas Paulus.
Namun, dia mengigatkan, sentimen tidak bisa mempengaruhi perdagangan emas secara jangka panjang. "Semuanya kan dinamis. Yang paling penting adalah, bagaimana investor bisa memanfaatkan peluang stimulus ekonomi dan keadaan yang terjadi sejauh ini," tandasnya.
Meski demikian, Paulus mengimbau investor untuk tidak gegabah dan rajin memantau pergerakan pasar perdagangan berjangka melalui kabar-kabar terbaru. Ia juga meminta masyarakat untuk mengenali produk sebelum berinvestasi di komoditas berjangka melalui webinar atau diskusi via Instagram, seperti yang diadakan Pluang kali ini.
"Saya meminta investor untuk berinvestasi komoditas berjangka di pialang-pialang yang memiliki izin usaha sah dan diawasi langsung oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti)," tutupnya.
Direktur Utama PT Bursa Berjangka Jakarta atau Jakarta Futures Exchange (JFX) Stephanus Paulus Lumintang mengatakan, sejak pandemi dimulai Maret 2020, volume transaksi komoditas berjangka emas justru mengalami kontraksi positif up trend. Ia mengutip data JFX tahun lalu, di mana nilai kontrak komoditas emas bertumbuh 16% hingga 17% dibanding 2019.
Paulus melanjutkan bahwa tingginya permintaan investor terhadap emas sepanjang 2020 juga tercermin pada pergerakan harganya. Harga emas pernah terpantau mencapai puncak tertinggi USD2.072 per troy ounce pada Juli tahun lalu, meski harganya kemudian melemah tipis ke USD1.899 di akhir 2020.
"Kalau secara volume transaksi dan harga emas, saya masih optimistis akan terjadi peningkatan terus (hingga kuartal I),” jelas Paulus dalam keterangan resminya, Kamis (21/1/2021).
Menurutnya, terdapat beberapa sentimen positif di awal tahun ini yang bisa meningkatkan volume transaksi dan harga emas. Sentimen pertama adalah pelantikan Joe Biden sebagai presiden baru AS pada pekan ini.
Kedua, keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) yang efektif berlaku 1 Januari 2021 akan mempengaruhi kontrak antarmata uang (cross currency) yang selama ini dilakukan menggunakan denominasi Poundsterling Inggris.
Sentimen ketiga dan terakhir adalah rencana pemerintah Amerika Serikat di bawah Biden yang ingin menggelontorkan stimulus demi mendongkrak ekonomi Negara Adidaya itu.
"Di bursa berjangka, dinamika ini akan sangat mempengaruhi animo masyarakat untuk masuk ke kontrak emas. Saya memprediksi bahwa harga emas bisa di atas USD1.900 per troy ounce di akhir kuartal I/2021,” jelas Paulus.
Namun, dia mengigatkan, sentimen tidak bisa mempengaruhi perdagangan emas secara jangka panjang. "Semuanya kan dinamis. Yang paling penting adalah, bagaimana investor bisa memanfaatkan peluang stimulus ekonomi dan keadaan yang terjadi sejauh ini," tandasnya.
Meski demikian, Paulus mengimbau investor untuk tidak gegabah dan rajin memantau pergerakan pasar perdagangan berjangka melalui kabar-kabar terbaru. Ia juga meminta masyarakat untuk mengenali produk sebelum berinvestasi di komoditas berjangka melalui webinar atau diskusi via Instagram, seperti yang diadakan Pluang kali ini.
"Saya meminta investor untuk berinvestasi komoditas berjangka di pialang-pialang yang memiliki izin usaha sah dan diawasi langsung oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti)," tutupnya.
(fai)