Kenaikan Harga CPO Bikin Laba Bersih Sawit Sumbermas Melonjak 4.000%
loading...
A
A
A
JAKARTA- PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) memperkirakan dapat meraih laba bersih sepanjang tahun 2020 mencapai Rp500 miliar. Angka tersebut melonjak lebih dari 4.000% dibandingkan laba bersih tahun 2019 yang sebesar Rp12 miliar.
Lonjakan laba bersih tersebut didorong oleh naiknya pendapatan perseroan sepanjang tahun 2020 yang diperkirakan menjadi Rp4 triliun dibandingkan tahun 2019 sebesar Rp3,2 triliun.
“Peningkatan pendapatan penjualan yang cukup signifikan ini juga dipicu oleh tren positif kenaikan harga jual rata-rata CPO dunia yang mengalami peningkatan di kuartal III/ 2020,” ujar Head of Corporate Secretary SSMS Swasti Kartikaningtyas di Jakarta, Senin (1/2/2021). (Baca juga:Produktivitas Sawit Indonesia Kalah dari Malaysia, Ini Penyebabnya)
Menurut Swasti, perseroan mampu melalui tantangan usaha sepanjang tahun 2020 dengan baik hingga mendapatkan pencapaian yang positif lantaran memacu sinergi antar lini bisnis perusahaan untuk terus mendukung beragam program strategis demi mewujudkan pencapaian target yang telah kami tetapkan. “Sejak awal kami optimistis, sehingga tercapai hasil yang positif ini,” jelas Swasti.
Manajemen SSMS, lanjut dia, mengimplementasikan beragam strategi terpadu, seperti pemupukan dan perawatan tanaman yang terukur serta mekanisasi perkebunan untuk menjaga kualitas lahan dan kemampuan produksi untuk mengantisipasi momentum peningkatan harga CPO di masa pandemi ini.
Dia optimitis kinerja operasional dan keuangan perseroan pada tahun 2021 bakal meningkat kendati terdampak pandemi Covid-19. Pasalnya, SSMS memiliki beberapa kelebihan yang bisa menjadi katalis positif terhadap kinerja keuangan yang berkesinmabungan seiring dengan tren kenaikan harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).
Dia menuturkan, pertumbuhan dan proyeksi kinerja keuangan 2021 itu menunjukkan komitmen perseroan dalam mengupayakan pertumbuhan bisnis yang selaras dengan aspek berkelanjutan.
Swasti berpendapat tren kenaikan harga CPO global bisa berdampak positif bagi bisnis perusahaan sehingga menjadi momentum untuk untuk menggenjot produksi CPO. “Kami menargetkan produksi CPO di tahun 2021 meningkat 10% hingga 15% dibandingkan target pada 2020, dengan tingkat rata-rata tingkat ekstraksi minyak (OER/oil extraction rate) sebesar 22,5%.” imbuh Swasti.
Dia menegaskan, produksi jangka panjang perseroan dipastikan akan terus meningkat seiring dengan profil usia perkebunan yang masih berada pada usia produksi yang prima, karena peningkatan pendapatan perseroan paling tinggi juga berasal dari produksi TBS (tandan buah segar) internal yang terus tumbuh.
Sementara itu, akibat kinerja yang melonjak, membuat harga saham SSMS pada akhir tahun 2020 naik sekitar 48% menjadi Rp 1,250 dibandingkan dengan penutupan akhir tahun 2019 seharga Rp845. Hal ini menandakan investor dapat melihat dengan jeli bahwa potensi perseroan di masa depan sangat baik.
Di sisi lain, Swasti mengungkapkan, SSMS pada 19 Januari 2021 lalu telah melunasi bunga obligasi tahap I Tahun 2021. Rinciannya, nilai pokok utang sebesar USD300 juta, dan memiliki tingkat bunga 7,75% per tahun. Entitas anak perseroan yaitu SSMS Plantation Holding Pte Ltd, menerbitkan obligasi senilai USD300 juta.
Surat utang itu telah dicatatkan dan diperdagangkan di SGX-ST pada 24 Januari 2018. Jatuh tempo pembayaran surat utang pada tahun 2023. Pembayaran bunga dilakukan setiap 6 bulan mulai 23 Juli 2018 dan berakhir pada 23 Januari 2023.
Lonjakan laba bersih tersebut didorong oleh naiknya pendapatan perseroan sepanjang tahun 2020 yang diperkirakan menjadi Rp4 triliun dibandingkan tahun 2019 sebesar Rp3,2 triliun.
“Peningkatan pendapatan penjualan yang cukup signifikan ini juga dipicu oleh tren positif kenaikan harga jual rata-rata CPO dunia yang mengalami peningkatan di kuartal III/ 2020,” ujar Head of Corporate Secretary SSMS Swasti Kartikaningtyas di Jakarta, Senin (1/2/2021). (Baca juga:Produktivitas Sawit Indonesia Kalah dari Malaysia, Ini Penyebabnya)
Menurut Swasti, perseroan mampu melalui tantangan usaha sepanjang tahun 2020 dengan baik hingga mendapatkan pencapaian yang positif lantaran memacu sinergi antar lini bisnis perusahaan untuk terus mendukung beragam program strategis demi mewujudkan pencapaian target yang telah kami tetapkan. “Sejak awal kami optimistis, sehingga tercapai hasil yang positif ini,” jelas Swasti.
Manajemen SSMS, lanjut dia, mengimplementasikan beragam strategi terpadu, seperti pemupukan dan perawatan tanaman yang terukur serta mekanisasi perkebunan untuk menjaga kualitas lahan dan kemampuan produksi untuk mengantisipasi momentum peningkatan harga CPO di masa pandemi ini.
Dia optimitis kinerja operasional dan keuangan perseroan pada tahun 2021 bakal meningkat kendati terdampak pandemi Covid-19. Pasalnya, SSMS memiliki beberapa kelebihan yang bisa menjadi katalis positif terhadap kinerja keuangan yang berkesinmabungan seiring dengan tren kenaikan harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).
Dia menuturkan, pertumbuhan dan proyeksi kinerja keuangan 2021 itu menunjukkan komitmen perseroan dalam mengupayakan pertumbuhan bisnis yang selaras dengan aspek berkelanjutan.
Swasti berpendapat tren kenaikan harga CPO global bisa berdampak positif bagi bisnis perusahaan sehingga menjadi momentum untuk untuk menggenjot produksi CPO. “Kami menargetkan produksi CPO di tahun 2021 meningkat 10% hingga 15% dibandingkan target pada 2020, dengan tingkat rata-rata tingkat ekstraksi minyak (OER/oil extraction rate) sebesar 22,5%.” imbuh Swasti.
Dia menegaskan, produksi jangka panjang perseroan dipastikan akan terus meningkat seiring dengan profil usia perkebunan yang masih berada pada usia produksi yang prima, karena peningkatan pendapatan perseroan paling tinggi juga berasal dari produksi TBS (tandan buah segar) internal yang terus tumbuh.
Sementara itu, akibat kinerja yang melonjak, membuat harga saham SSMS pada akhir tahun 2020 naik sekitar 48% menjadi Rp 1,250 dibandingkan dengan penutupan akhir tahun 2019 seharga Rp845. Hal ini menandakan investor dapat melihat dengan jeli bahwa potensi perseroan di masa depan sangat baik.
Di sisi lain, Swasti mengungkapkan, SSMS pada 19 Januari 2021 lalu telah melunasi bunga obligasi tahap I Tahun 2021. Rinciannya, nilai pokok utang sebesar USD300 juta, dan memiliki tingkat bunga 7,75% per tahun. Entitas anak perseroan yaitu SSMS Plantation Holding Pte Ltd, menerbitkan obligasi senilai USD300 juta.
Surat utang itu telah dicatatkan dan diperdagangkan di SGX-ST pada 24 Januari 2018. Jatuh tempo pembayaran surat utang pada tahun 2023. Pembayaran bunga dilakukan setiap 6 bulan mulai 23 Juli 2018 dan berakhir pada 23 Januari 2023.
(bai)