Jika IPO BUMN Jadi, Investor Bakal Datang Menyerbu
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan bahwa akan ada delapan hingga 12 perusahaan, baik itu anak ataupun cucu perusahaan BUMN , yang akan melakukan penawaran perdana saham atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Namun, Erick belum menjelaskan perusahaan-perusahaan mana saja yang akan IPO nantinya.
Melihat hal tersebut, Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, rencana IPO perusahaan BUMN disebut akan dibanjiri peminat oleh investor Indonesia. Dia menyebut ada dua faktor yang mendorong tingginya minat para investor.
"Faktor pertama, memang saham-saham BUMN lebih dipercaya oleh publik, ini biasanya lebih diminati. Faktor kedua adalah BUMN lebih dikenal, biasanya perusahaan-perusahaannya lebih bisa dipercaya karena punya pemerintah," ujar Hans saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Jumat (5/2/2021). ( Baca juga:Ini 8 Perusahaan Anak BUMN yang Ingin Melantai di Bursa Saham )
Hans menambahkan, tak dipungkiri terdapat beberapa perusahaan yang masuk ke bursa, namun ternyata bisnisnya tidak terlalu jelas sehingga mengalami kerugian dan itu memiliki risiko yang lebih tinggi.
Berbeda dengan BUMN, dia menyebut perusahaan pelat merah yang telah go public bisnisnya berpeluang memiliki sustainable atau berkelanjutan yang lebih tinggi, meskipun ada yang mengalami kerugian dan memiliki kinerja tidak bagus.
"Nah kalau di swasta kadang-kadang tak seperti itu, bisnisnya bagus mendadak ada masalah. Kemudian bisa aja bentar-bentar perusahaannya hilang sehingga sahamnya Rp50. Biasanya BUMN sangat dipegang pemerintah cenderung tak akan seperti itu. Jadi, itu yang menyebabkan biasanya BUMN lebih dipercaya, lebih disukai oleh investor di Indonesia," kata dia.
Terkait seberapa besar kontribusi perusahaan-perusahaan yang akan melakukan IPO di Bursa terhadap pasar saham Indonesia, khususnya indeks harga saham gabungan (IHSG), Hans menyampaikan bahwa hal tersebut akan dipengaruhi oleh perusahaan-perusahaan BUMN seperti apa yang akan melakukan IPO nantinya. Jika nantinya perusahaan BUMN besar yang akan melantai di bursa, tentunya akan memberikan dampak signifikan terhadap pasar saham Indonesia.
"Karena kalau kita tahu sekarang market cap terbesar di pasar saham rata-rata itu 10 besar ada saham Bank Mandiri, Bank BRI dan Bank BNI. Pada zamannya kan ada Telkom, Perusahaan Gas Negara juga sangat besar dan Semen Indonesia. Ini kan saham-saham BUMN yang sangat besar sekali," ucapnya. ( Baca juga:China Uji Rudal Antibalistik dengan Cegat Misil di Tengah Penerbangannya )
Hans menambahkan, ada lagi yang cukup besar juga seperti Wijaya Karya, Waskita Karya, dan PT PP. Rata-rata BUMN semua yang sangat dominan sekali di pasar, sehingga kalau misalnya go public-nya besar tentu akan besar pula pengaruhnya.
"Tapi mungkin saat ini BUMN yang besar yang akan go public Pertamina dan PLN. Tapi kita pikir akan ada kontribusi kalau BUMN yang konkrit," sambungnya.
Melihat hal tersebut, Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, rencana IPO perusahaan BUMN disebut akan dibanjiri peminat oleh investor Indonesia. Dia menyebut ada dua faktor yang mendorong tingginya minat para investor.
"Faktor pertama, memang saham-saham BUMN lebih dipercaya oleh publik, ini biasanya lebih diminati. Faktor kedua adalah BUMN lebih dikenal, biasanya perusahaan-perusahaannya lebih bisa dipercaya karena punya pemerintah," ujar Hans saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Jumat (5/2/2021). ( Baca juga:Ini 8 Perusahaan Anak BUMN yang Ingin Melantai di Bursa Saham )
Hans menambahkan, tak dipungkiri terdapat beberapa perusahaan yang masuk ke bursa, namun ternyata bisnisnya tidak terlalu jelas sehingga mengalami kerugian dan itu memiliki risiko yang lebih tinggi.
Berbeda dengan BUMN, dia menyebut perusahaan pelat merah yang telah go public bisnisnya berpeluang memiliki sustainable atau berkelanjutan yang lebih tinggi, meskipun ada yang mengalami kerugian dan memiliki kinerja tidak bagus.
"Nah kalau di swasta kadang-kadang tak seperti itu, bisnisnya bagus mendadak ada masalah. Kemudian bisa aja bentar-bentar perusahaannya hilang sehingga sahamnya Rp50. Biasanya BUMN sangat dipegang pemerintah cenderung tak akan seperti itu. Jadi, itu yang menyebabkan biasanya BUMN lebih dipercaya, lebih disukai oleh investor di Indonesia," kata dia.
Terkait seberapa besar kontribusi perusahaan-perusahaan yang akan melakukan IPO di Bursa terhadap pasar saham Indonesia, khususnya indeks harga saham gabungan (IHSG), Hans menyampaikan bahwa hal tersebut akan dipengaruhi oleh perusahaan-perusahaan BUMN seperti apa yang akan melakukan IPO nantinya. Jika nantinya perusahaan BUMN besar yang akan melantai di bursa, tentunya akan memberikan dampak signifikan terhadap pasar saham Indonesia.
"Karena kalau kita tahu sekarang market cap terbesar di pasar saham rata-rata itu 10 besar ada saham Bank Mandiri, Bank BRI dan Bank BNI. Pada zamannya kan ada Telkom, Perusahaan Gas Negara juga sangat besar dan Semen Indonesia. Ini kan saham-saham BUMN yang sangat besar sekali," ucapnya. ( Baca juga:China Uji Rudal Antibalistik dengan Cegat Misil di Tengah Penerbangannya )
Hans menambahkan, ada lagi yang cukup besar juga seperti Wijaya Karya, Waskita Karya, dan PT PP. Rata-rata BUMN semua yang sangat dominan sekali di pasar, sehingga kalau misalnya go public-nya besar tentu akan besar pula pengaruhnya.
"Tapi mungkin saat ini BUMN yang besar yang akan go public Pertamina dan PLN. Tapi kita pikir akan ada kontribusi kalau BUMN yang konkrit," sambungnya.
(uka)