Industri Asuransi Jiwa Syariah 'Ngiler' dengan BSI
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wakil Ketua Bidang Pengembangan Industri Asuransi Jiwa Syariah Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) Haryo Pamungkas mengaku terpacu melihat suksesnya merger bank syariah yang menghasilkan Bank Syariah Indonesia (BSI). Dia mengatakan industri asuransi jiwa syariah sejujurnya juga membutuhkan satu perusahaan skala besar. Sehingga pelaku asuransi syariah dapat berkompetisi dengan kompetitor dari konvensional. ( Baca juga:Dicek Bunda, BLT Rp2,7 Triliun Sudah Cair Lewat Kantor Pos )
"Tapi soal merger kita kembalikan ke pelaku industri karena sampai sekarang belum ada dorongan pemerintah seperti Kementerian BUMN di BSI," ujar Haryo saat sesi webinar hari ini (15/2) di Jakarta.
Dia mengaku kehadiran BSI memicu semangat ekonomi syariah, khususnya industri asuransi jiwa syariah. Menurutnya, saat ini pelaku industri asuransi syariah harus melakukan banyak sinergi yang bisa didapatkan bersama BSI. "Tentu muncul peluang baru dari BSI yang bisa kita penuhi dari lini asuransi jiwa," katanya.
AASI mencatat hingga Desember 2020, nilai kontribusi industri asuransi syariah mencapai Rp17,3 triliun. Jumlah tersebut tumbuh 3,8% (year-on-year/yoy) dibandingkan dengan catatan Desember 2019 senilai Rp16,7 triliun. ( Baca juga:Masih Mengenakan Seragam Dinas, Camat di Gresik Diborgol dan Dijebloskan Penjara )
Industri asuransi syariah menutup 2020 dengan perolehan laba Rp792 miliar, menurun hingga 80,5% (yoy) dibandingkan dengan 2019 senilai Rp4,07 Triliun. Namun, Haryo menilai kondisi profit tetap menjadi kabar baik bagi industri di tengah pandemi.
"Aset sendiri sepanjang 2020 masih relatif berada di angka yang stabil, sementara kontribusi bruto meningkat dibandingkan dengan 2019 lalu. Laba industri juga masih menunjukkan kinerja yang positif pada 2020," ujar Haryo.
"Tapi soal merger kita kembalikan ke pelaku industri karena sampai sekarang belum ada dorongan pemerintah seperti Kementerian BUMN di BSI," ujar Haryo saat sesi webinar hari ini (15/2) di Jakarta.
Dia mengaku kehadiran BSI memicu semangat ekonomi syariah, khususnya industri asuransi jiwa syariah. Menurutnya, saat ini pelaku industri asuransi syariah harus melakukan banyak sinergi yang bisa didapatkan bersama BSI. "Tentu muncul peluang baru dari BSI yang bisa kita penuhi dari lini asuransi jiwa," katanya.
AASI mencatat hingga Desember 2020, nilai kontribusi industri asuransi syariah mencapai Rp17,3 triliun. Jumlah tersebut tumbuh 3,8% (year-on-year/yoy) dibandingkan dengan catatan Desember 2019 senilai Rp16,7 triliun. ( Baca juga:Masih Mengenakan Seragam Dinas, Camat di Gresik Diborgol dan Dijebloskan Penjara )
Industri asuransi syariah menutup 2020 dengan perolehan laba Rp792 miliar, menurun hingga 80,5% (yoy) dibandingkan dengan 2019 senilai Rp4,07 Triliun. Namun, Haryo menilai kondisi profit tetap menjadi kabar baik bagi industri di tengah pandemi.
"Aset sendiri sepanjang 2020 masih relatif berada di angka yang stabil, sementara kontribusi bruto meningkat dibandingkan dengan 2019 lalu. Laba industri juga masih menunjukkan kinerja yang positif pada 2020," ujar Haryo.
(uka)