Dibiayai IDB Rp820,5 miliar Pembangunan Untirta Gunakan Konstruksi SLL
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kampus Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) di SIndangsari, Kabupaten Serang, Banten, yang baru diresmikan Presiden Joko Widodo memanfaatkan penggunaan konstruksi sarang laba-laba (SLL).Pembangunan kampus baru ini terdiri dari 12 gedung yang sepenuhnya dibiayai dari pinjaman Bank Pembangunan Islam (Islamic Development Bank/ IDB) senilai USD56,9 juta (setara Rp820,5 miliar). Sebanyak 8 gedung menggunakan konstruksi sarang laba-laba.
"Penggunaan konstruksi sarang laba-laba karena selain merupakan karya anak bangsa juga karena konstruksi ini tahan gempa dan tentunya mempertimbangkan efisiensi mengingat gedung yang kami bangun hanya empat lantai," kata Ketua Tim Teknis dan PIC Civilwork Kampus Untirta Sindangsari, Rifky Ujianto, dalam keterangan tertulisnya Selasa (16/3/2021).
(Baca Juga : Sebelum Anies Lengser pada 2022, PAN Dorong Pelepasan Saham Bir )
Konstruksi sarang laba-laba merupakan inovasi yang patennya dipegang PT Katama. Sesuai namanya konstruksi ini merupakan pondasi yang dibentuk dari rangkaian sirip berbentuk segitiga terbuat dari kombinasi besi dan beton. Apabila dilihat dari atas menyerupai jaring laba-laba.Pondasi ini sudah banyak dimanfaatkan untuk bangunan-bangunan tahan gempa di Aceh, Sumatera Barat, dan Bengkulu, bahkan juga dimanfaatkan untuk landasan glinding/ taxiway Bandara Juata Tarakan, Kalimantan Utara serta beberapa ruas jalan di tanah ekstrim.Rifky mengakui hadirnya konstruksi sarang laba-laba membantu dosen dan mahasiswa untuk mempelajari konstruksi terutama untuk mengetahui kemampuannya untuk menahan gempa.
Anggota Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI) M. Arif Toto R mengatakan, penggunaan konstruksi laba-laba selain pertimbangan kekuatannya terhadap gempa juga karena lebih efisien khususnya bangunan empat lantai.Mengenai kekuatan konstruksi SLL, Toto mengatakan berdasarkan hasil lokakarya nasional dan rekomendasi Ditjen CIpta Karya Kementerian PUPR, konstruksi ini memiliki kemampuan memperkecil risiko terjadinya pergeseran tanah karena kekuatannya menggunakan daya dukung tanah yang dipadatkan.
(Baca Juga : Pengamat: Perlu Audit Infrastruktur Agar Bisa Dipertanggungjawabkan )
Presiden Direktur PT Katama, Kris Suyanto selaku pemegang paten menyatakan apresiasinya atas kembali dipercayanya konstruksi karya anak bangsa untuk bangunan di Indonesia.Menurut dia sudah banyak bangunan yang menggunakan konstruksi dangkal dengan sirip segitiga menyerupai laba-laba termasuk dipergunakan berbagai pembangunan di Indonesia tak hanya di daerah gempa konstruksi sarang laba-laba juga banyak digunakan pada tanah lunak dan berawa namun perlu perlakuan khusus.
(Baca Juga : Kepentingan Politis Dibalik Pembangunan Infrastruktur Masih Marak )
Kris juga mengatakan penggunaan konstruksi sarang laba-laba di kampus baru Untirta ini sesuai dengan keinginan Presiden Joko Widodo untuk memperbanyak penggunaan produksi dalam negeri."Konstruksi kami sepenuhnya tidak menggunakan bahan atau material bangunan dari luar. Hampir semuanya di dapat di dalam negeri bahkan pekerja dan peralatan menggunakan sumber daya lokal," ungkap Kris.
"Penggunaan konstruksi sarang laba-laba karena selain merupakan karya anak bangsa juga karena konstruksi ini tahan gempa dan tentunya mempertimbangkan efisiensi mengingat gedung yang kami bangun hanya empat lantai," kata Ketua Tim Teknis dan PIC Civilwork Kampus Untirta Sindangsari, Rifky Ujianto, dalam keterangan tertulisnya Selasa (16/3/2021).
(Baca Juga : Sebelum Anies Lengser pada 2022, PAN Dorong Pelepasan Saham Bir )
Konstruksi sarang laba-laba merupakan inovasi yang patennya dipegang PT Katama. Sesuai namanya konstruksi ini merupakan pondasi yang dibentuk dari rangkaian sirip berbentuk segitiga terbuat dari kombinasi besi dan beton. Apabila dilihat dari atas menyerupai jaring laba-laba.Pondasi ini sudah banyak dimanfaatkan untuk bangunan-bangunan tahan gempa di Aceh, Sumatera Barat, dan Bengkulu, bahkan juga dimanfaatkan untuk landasan glinding/ taxiway Bandara Juata Tarakan, Kalimantan Utara serta beberapa ruas jalan di tanah ekstrim.Rifky mengakui hadirnya konstruksi sarang laba-laba membantu dosen dan mahasiswa untuk mempelajari konstruksi terutama untuk mengetahui kemampuannya untuk menahan gempa.
Anggota Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI) M. Arif Toto R mengatakan, penggunaan konstruksi laba-laba selain pertimbangan kekuatannya terhadap gempa juga karena lebih efisien khususnya bangunan empat lantai.Mengenai kekuatan konstruksi SLL, Toto mengatakan berdasarkan hasil lokakarya nasional dan rekomendasi Ditjen CIpta Karya Kementerian PUPR, konstruksi ini memiliki kemampuan memperkecil risiko terjadinya pergeseran tanah karena kekuatannya menggunakan daya dukung tanah yang dipadatkan.
(Baca Juga : Pengamat: Perlu Audit Infrastruktur Agar Bisa Dipertanggungjawabkan )
Presiden Direktur PT Katama, Kris Suyanto selaku pemegang paten menyatakan apresiasinya atas kembali dipercayanya konstruksi karya anak bangsa untuk bangunan di Indonesia.Menurut dia sudah banyak bangunan yang menggunakan konstruksi dangkal dengan sirip segitiga menyerupai laba-laba termasuk dipergunakan berbagai pembangunan di Indonesia tak hanya di daerah gempa konstruksi sarang laba-laba juga banyak digunakan pada tanah lunak dan berawa namun perlu perlakuan khusus.
(Baca Juga : Kepentingan Politis Dibalik Pembangunan Infrastruktur Masih Marak )
Kris juga mengatakan penggunaan konstruksi sarang laba-laba di kampus baru Untirta ini sesuai dengan keinginan Presiden Joko Widodo untuk memperbanyak penggunaan produksi dalam negeri."Konstruksi kami sepenuhnya tidak menggunakan bahan atau material bangunan dari luar. Hampir semuanya di dapat di dalam negeri bahkan pekerja dan peralatan menggunakan sumber daya lokal," ungkap Kris.
(ton)