Bisnis Sawit Dapat Angin Segar, Mentari Group Siap Ekspansi Buka Pabrik Baru
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dalam bebarapa tahun terakhir industri perkebunan sawit memang sempat menghadapi tantangan berat seiring harga CPO (crude palm oil) dunia yang kurang kondusif ditambah dampak pandemi Covid-19 yang banyak membatasi kegiatan bisnis. Namun demikian, manajemen Mentari Group melihat perlahan-lahan bisnis sawit makin membaik.
Setidaknya tercermin dari harga CPO yang di awal 2021 ini lebih kondusif, dipicu oleh sejumlah faktor domestik maupun dorongan harga CPO di pasar global. Di pasar domestik misalnya, pemerintah sedang intensif mendorong peningkatan konsumsi biodiesel yang hal itu diyakini berdampak pada membaiknya demand produk sawit di dalam negeri.
"Kami di Mentari Group sangat optimis, prospek bisnis sawit di 2021 dan 2022 akan semakin cerah. Kami akan ekspansi dengan memperluas area penanaman, membuka pabrik sawit baru dan mengembangkan bisnis logistik sebagai sektor pendukung," jelas Direktur Utama Divisi Sawit Mentari Group, Harry Poetranto.
Mentari Group sendiri termasuk pemain baru yang tumbuh pesat di bisnis perkebunan kelapa sawit. Group ini baru mulai menggarap bisnis sawit tahun 2014 dengan mendirikan pabrik pengolahan TBS pertama di Selensen, Riau. Sejak itu Mentari Group terus melakukan akuisisi kebun-kebun dan dilakukan perbaikan produktifitasnya.
Saat ini Mentari Group mengelola perkebunan sawit di Riau, Jambi dan Kalimantan Tengah dengan luas tertanam (planted area) tak kurang dari 26,8 ribu hektar. Selain itu juga mengoperasikan tiga unit pabrik kelapa sawit (PKS) menengah, masing-masing dengan kapasitas 60ton TBS/jam. Tahun 2021 ini Mentari Group menargetkan produksi 144 ribu ton CPO.
"Masih ada banyak ruang pengembangan usaha yang bisa dilakukan tahun ini. Contohnya ada salah satu kebun kita yang jarak ke pabrik pengolahan terlalu jauh, kami berencana akan kami bangun pabrik baru disana agar lebih efisien, dan sekaligus untuk mencari tambahan pasokan (sourcing) buah sawit dari petani sawit sekitarnya," tutur Harry Poetranto.
Mentari Group sendiri awalnya bergerak di bidang trading komoditi seperti gula, molasses dan beberapaa produk hasil pertanian, namun kemudian ekspansi ke bisnis hulu sawit. Mentari Group pun mengelola bisnis transportasi dan logistik guna menopang bisnis perdagangan dan perkebunan sawit, melalui dua anak usahanya yang lain.
"Kami akan tingkatkan sinergi antar unit bisnis untuk memperkuat value chain, dan akan segera gandeng mitra investor yang punya visi sama untuk memperkuat pertumbuhan," ungkap Harry menerangkan.
Dua tahun terakhir merupakan tahun yang penuh tantangan bagi Mentari Group, antara lain disebabkan harga komoditi sawit yang saat itu belum kondusif. Tak heran, saat itu ada salah satu anak usaha Mentari Group, yaitu PT Mentari Agung Jaya Usaha, yang mengalami kesulitan untuk melakukan pembayaran cicilan ke beberapa krediturnya hingga kemudian menjadi sengketa di pengadilan.
Setidaknya tercermin dari harga CPO yang di awal 2021 ini lebih kondusif, dipicu oleh sejumlah faktor domestik maupun dorongan harga CPO di pasar global. Di pasar domestik misalnya, pemerintah sedang intensif mendorong peningkatan konsumsi biodiesel yang hal itu diyakini berdampak pada membaiknya demand produk sawit di dalam negeri.
"Kami di Mentari Group sangat optimis, prospek bisnis sawit di 2021 dan 2022 akan semakin cerah. Kami akan ekspansi dengan memperluas area penanaman, membuka pabrik sawit baru dan mengembangkan bisnis logistik sebagai sektor pendukung," jelas Direktur Utama Divisi Sawit Mentari Group, Harry Poetranto.
Mentari Group sendiri termasuk pemain baru yang tumbuh pesat di bisnis perkebunan kelapa sawit. Group ini baru mulai menggarap bisnis sawit tahun 2014 dengan mendirikan pabrik pengolahan TBS pertama di Selensen, Riau. Sejak itu Mentari Group terus melakukan akuisisi kebun-kebun dan dilakukan perbaikan produktifitasnya.
Saat ini Mentari Group mengelola perkebunan sawit di Riau, Jambi dan Kalimantan Tengah dengan luas tertanam (planted area) tak kurang dari 26,8 ribu hektar. Selain itu juga mengoperasikan tiga unit pabrik kelapa sawit (PKS) menengah, masing-masing dengan kapasitas 60ton TBS/jam. Tahun 2021 ini Mentari Group menargetkan produksi 144 ribu ton CPO.
"Masih ada banyak ruang pengembangan usaha yang bisa dilakukan tahun ini. Contohnya ada salah satu kebun kita yang jarak ke pabrik pengolahan terlalu jauh, kami berencana akan kami bangun pabrik baru disana agar lebih efisien, dan sekaligus untuk mencari tambahan pasokan (sourcing) buah sawit dari petani sawit sekitarnya," tutur Harry Poetranto.
Mentari Group sendiri awalnya bergerak di bidang trading komoditi seperti gula, molasses dan beberapaa produk hasil pertanian, namun kemudian ekspansi ke bisnis hulu sawit. Mentari Group pun mengelola bisnis transportasi dan logistik guna menopang bisnis perdagangan dan perkebunan sawit, melalui dua anak usahanya yang lain.
"Kami akan tingkatkan sinergi antar unit bisnis untuk memperkuat value chain, dan akan segera gandeng mitra investor yang punya visi sama untuk memperkuat pertumbuhan," ungkap Harry menerangkan.
Dua tahun terakhir merupakan tahun yang penuh tantangan bagi Mentari Group, antara lain disebabkan harga komoditi sawit yang saat itu belum kondusif. Tak heran, saat itu ada salah satu anak usaha Mentari Group, yaitu PT Mentari Agung Jaya Usaha, yang mengalami kesulitan untuk melakukan pembayaran cicilan ke beberapa krediturnya hingga kemudian menjadi sengketa di pengadilan.