Serius Garap Pasar Notebook, Sharp Akan Hadirkan Produk di Bawah Harga Rp7 Juta
loading...
A
A
A
“Dengan dimulainya vaksin Covid-19 memberikan rasa aman dan kepercayaan masyarakat Indonesia untuk kembali membelanjakan uang mereka untuk membeli barang-barang sekunder seperti produk elektronik bahkan untuk pergi berlibur,” ungkap Andry, selaku National Sales Senior General Manager PT Sharp Electronics Indonesia .
Menambah kategori produk baru seperti notebook dan smartphone merupakan salah satu strategi yang dilakukan Sharp Indonesia untuk meningkatkan dan memperluas pangsa pasar. Menjadikan produk notebook sebagai salah satu produk backbone di masa yang akan datang.
“Kami berusaha untuk dapat menembus omzet penjualan sebesar Rp12 triliun setahun. Guna mencapai angka tersebut kami terus berusaha menggali potensi dengan meluncurkan kategori produk-produk baru yang memang sesuai dengan masa dan kebutuhan konsumen di Indonesia. Di tahun 2021 salah satu produk yang akan kami tingkatkan performanya adalah produk notebook Dynabook, ke depannya kami akan menambah varian baru dan memperluas jaringan pendistribusian, salah satunya Sharp Indonesia akan fokus untuk menaikan kontribusi penjualan melalui kanal B2B dari 5-6% menjadi 15-20%,” tutup Andry.
Menambah kategori produk baru seperti notebook dan smartphone merupakan salah satu strategi yang dilakukan Sharp Indonesia untuk meningkatkan dan memperluas pangsa pasar. Menjadikan produk notebook sebagai salah satu produk backbone di masa yang akan datang.
“Kami berusaha untuk dapat menembus omzet penjualan sebesar Rp12 triliun setahun. Guna mencapai angka tersebut kami terus berusaha menggali potensi dengan meluncurkan kategori produk-produk baru yang memang sesuai dengan masa dan kebutuhan konsumen di Indonesia. Di tahun 2021 salah satu produk yang akan kami tingkatkan performanya adalah produk notebook Dynabook, ke depannya kami akan menambah varian baru dan memperluas jaringan pendistribusian, salah satunya Sharp Indonesia akan fokus untuk menaikan kontribusi penjualan melalui kanal B2B dari 5-6% menjadi 15-20%,” tutup Andry.
(luq)